[46]TRAVMA

32K 2.2K 30
                                    

Holaa selamat malam semuanya...

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya. Ajak juga teman-teman kalian untuk baca cerita ini.

Thanks and happy reading🖤

*****

Tasya sudah siap dengan seragam putih abu-abunya dengan rambut yang di kuncir kuda. Hari ini ia sudah siap kembali ke sekolah. Satu minggu tidak masuk sudah membuatnya sangat rindu.

Hari ini Tasya hanya sarapan berdua dengan Bian. Sejak kemarin Tyas pergi ke luar kota dan akan kembali minggu depan.

Bian terus mengamati adiknya yang sangat lahap memakan nasi gorengnya. Tidak seperti biasanya Tasya sarapan nasi goreng pagi-pagi begini. Biasanya hanya roti dan satu gelas susu. Tapi tidak masalah, itu lebih baik untuk kesehatan adiknya.

"Pelan-pelan makannya, Sya ini masih pagi. Kamu gak akan telat kok," goda Bian saat Tasya menyuapkan satu sendok terakhir ke mulutnya.

Tasya tidak langsung menjawab, ia masih mengunyah makanannya hingga masuk ke tenggorokan.

"Lagian nasi goreng buatan Abang itu enak banget!" Tasya mengacungkan jempolnya kearah Bian.

Bian tersenyum senang melihat Tasya seceria itu. Tidak masalah jika Bian harus mengorbankan jadwal kuliahnya demi menemani sang adik selama sakit. Yang terpenting Tasya tidak merasa kehilangan kasih sayang.

"Kamu di jemput Marsel kan?" tanya Bian memastikan. Bian tidak ingin adiknya ini sakit hati lagi hanya karena pria brengsek seperti Farel.

Tasya mengangguk seraya meminum habis air putihnya. Tasya mengambil tasnya lalu menyalami tangan Bian.

"Tasya berangkat dulu ya," pamit Tasya.

"Hati-hati. Bilang sama Marsel bawa motornya jangan ngebut-ngebut!"

"Iya."

*****

Bel sudah berbunyi ke seluruh penjuru sekolah. Tasya berjalan gontai menuju ke kelas namun di saat di koridor tangannya di tarik seseorang masuk ke dalam gudang.

"Lo siamph..."

Tasya hendak teriak sebelum orang itu membekap mulutnya.

"Sstt, ini aku Farel."

Farel melepas bekapannya dari mulut Tasya membuat sang empu bernafas lega.

"Aku pikir kamu siapa. Ngapain kamu bawa kesini?" tanya Tasya.

"Ya, aku kangen lah sama kamu. Satu minggu gak masuk sekolah. Kemana aja?"

Farel merasa frustasi saat tidak melihat Tasya di sekolah. Ingin menghubungi Tasya melalui ponsel namun tidak bisa karena Stella blokir dan hapus nomor Tasya dari ponselnya.

"Maaf, aku sakit waktu itu."

"Sakit?"

Farel menaruh telapak tangannya di kening Tasya dan juga kedua pipinya. Tasya terkekeh melihat wajah panik Farel.

"Sekarang udah sembuh kok," ujar Tasya menarik tangan Farel dari wajahnya.

Farel menunduk sedih."Gak berguna banget aku jadi pacar kamu, Sya. Masa kamu sakit aja aku gatau."

Tangan Tasya terulur mengelus pipi Farel.

"Jangan nyalahin diri sendiri, ya. Aku udah nggak apa-apa kok," ucap Tasya meyakinkan Farel.

"Serius?" Tasya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Farel tersenyum lalu memeluk kekasihnya itu. Farel sangat merindukan dekapan hangat Tasya.

"Udah ya pelukannya, bel masuk udah bunyi lho."

Farel melepas pelukannya lalu menggeleng."Kita bolos aja ya?"

"T-tapi..."

"Kita jarang ada waktu berdua kayak gini Sya. Sehari aja," mohon Farel.

Tasya memikirkan permintaan Farel, bagaimana nanti jika Mamanya tau jika dirinya bolos. Apa tidak semakin murka. Tapi Tasya juga tidak bisa membohongi perasaannya kalau sebenarnya ia juga sangat rindu dengan Farel.

"Stella gimana?"

"Kamu tenang aja, hari ini Stella lagi istirahat di rumah jadi aku bisa bebas sampai sore nanti," ujar Farel.

"Yaudah, kali ini aja ya?"

"Iya aku janji ini pertama dan terakhir kali aku ajak kamu bolos."

"Mau kemana kita hari ini?" tanya Tasya.

"Ke apartemen aku aja gimana?"

Mendengar kata apartemen membuat raut wajah Tasya berubah pucat.

"A-apartemen?"

Melihat Tasya seperti orang ketakutan membuat Farel sadar jika Tasya masih trauma dengan kejadian bulan lalu. Tangan Farel terulur mengelus lembut kepala Tasya.

"Kita cuma ngabisin waktu berdua di sana. Aku janji gak akan ngapa-ngapain kamu. Aku tahu perbuatan aku waktu itu salah. Aku menyesal, Sya," Farel benar-benar menyesali perbuatannya waktu itu. Hal itu sudah membuat kekasihnya trauma.

"Tapi hanya apartemen tempat aman buat kita ngabisin waktu bersama. Aku takut suruhan Papa melihat kita berdua di luar tanpa Stella," sambung Farel.

Tasya berusaha melawan rasa takutnya dan setuju untuk ikut ke apartemen pria itu.

*****

Farel dan Tasya sudah sampai di depan gedung apartemen Farel. Selama perjalanan Farel tidak melepaskan genggamannya di tangan Tasya seolah-olah takut gadis itu akan pergi.

Di dalam life Farel bisa merasakan telapak tangan Tasya dingin. Pasti tidak mudah bagi Tasya melupakan kejadian itu.

"Kamu percaya kan sama aku?" tanya Farel.

Tasya memaksakan senyumnya lalu mengangguk."Iya. Aku percaya."

Pintu life terbuka, kini keduanya berjalan beriringan menuju apartemen Farel nomor 220.

Tasya menelan salivanya susah payah saat masuk ke apartemen Farel. Jantungnya berdebar begitu kencang saat bayang-bayang malam itu kembali berputar di kepalanya.

Farel menyuruh Tasya duduk di sofa depan televisi. Sedangkan dirinya masuk ke dalam kamar untuk ganti baju.

"Sayang."

Tasya terpelonjat kaget saat Farel menyentuh pundaknya tiba-tiba.

"Kamu kenapa?" tanya Farel saat Tasya terlihat panik.

"N-nggak, aku cuma kaget tiba-tiba kamu udah ada disini," ujar Tasya.

Farel duduk di samping Tasya lalu menggenggam tangannya.

"Maaf ya aku udah buat kamu kaget," ujar Farel menyesal. Tasya hanya mengangguk sebagai balasan.

Tatapan Farel yang semula menatap wajah Tasya beralih ke arah rambutnya. Tangannya terulur ke atas kepala Tasya namun Tasya terlebih dahulu menepisnya.

"Kamu mau ngapain?"

"Aku cuma mau buka tali rambut kamu, Sya. Kamu itu lebih cantik kalau rambutnya terurai," jelas Farel. Farel menarik pelan ikat rambut Tasya sampai rambut panjang Tasya terurai indah.

Tasya mencebikkan bibirnya kesal.

"Emangnya aku gak cantik," rajuk Tasya.

"Cantik dong tapi lebih cantik lagi kalau kamu biarin rambut kamu terurai gini. Aku suka."

Farel merapikan rambut Tasya dengan romantis. Tasya merasa kedua pipinya merona. Tasya menahan agar tidak tersenyum membuat Farel terkekeh melihat wajah malu pacarnya itu.

"Kalau mau senyum, senyum aja jangan di tahan." Farel mencubit gemas hidung Tasya.



Mau double up gak malam ini? Kalau mau spam komentar ya🖤

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now