[28]TRAVMA

37.3K 3.2K 147
                                    

Holaa selamat malam semuanya...

Maaf tadi sore salah update, huhu semoga masih belum ada yang baca part 30. Buat yang udah baca pura-pura lupa aja ya guys jangan spoiler.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian di sini.

Dan jangan lupa juga untuk bantu share dan rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kalian ya...

Yang belum follow akun author jangan lupa follow ya teman-teman.

Thanks and happy reading🖤

*****

Tasya mengerjapkan matanya beberapa kali saat sinar terang mengganggu pandangannya. Yang pertama kali ia lihat adalah dinding putih dengan aroma obat-obatan yang menyengat.

Tasya memegang kepalanya yang terasa sakit dan berat. Terasa ada perban yang melilit di keningnya.

"Kamu udah sadar?"

Tasya menoleh kearah suara yang baru saja muncul dari balik pintu.

"F-farel."

Farel membantu Tasya untuk duduk. Apa Tasya tidak salah lihat? Farel ada di sini bersamanya. Itu berarti Farel tidak mengabaikannya.

Tasya tersenyum bahagia lalu memeluk Farel.

"Aku pikir kamu udah gak peduli lagi sama aku," ujar Tasya di pelukan Farel.

Farel membalas pelukan Tasya, mengelus rambut Tasya penuh kasih sayang.

"Bagaimana mungkin aku gak peduli sama pacar aku," ujar Farel.

"Stella gimana?" tanya Tasya saat pelukan mereka terlepas.

Farel tersenyum hangat."Jangan di pikiran ya? Kamu fokus aja sama kesembuhan kamu. Maaf tadi aku gak bisa tahan tangan kamu agar gak jatuh," ucap Farel menyesal.

"Nggak apa-apa. Yang penting kamu ada di sini."

Keberadaan Farel di sini sudah membuktikan jika Farel lebih peduli kepadanya. Itu berarti Farel bersungguh-sungguh dengan janjinya.

*****

Dua hari berlalu hari ini Tasya akan kembali ke sekolah. Luka di kepalanya sudah cukup sembuh tinggal menunggu hari untuk mengering.

"Lho, kamu udah mau sekolah?"

Bian melihat Tasya sudah rapih dengan seragam sekolah dan sedang menyiapkan buku-bukunya.

"Iya, bang," jawab Tasya.

"Kepala kamu gimana?" tanya Bian khawatir.

"Udah gak sakit lagi kok."

"Yakin?"

"Yakin."

"Abang anterin ya ke sekolah?" tawar Bian.

"Nggak usah. Tasya sama Farel aja ke sekolahnya."

Tin... tin... tin...

Suara kelakson mobil Farel sudah di depan. Itu tandanya Farel sudah datang.

"Itu, Farel udah datang," ujar Tasya senang.

Tasya bahagia karena selama sakit Farel lebih sering menemaninya di rumah. Hal itu semakin membuat Tasya percaya jika Farel benar-benar mau berubah.

"Yaudah. Kamu hati-hati di jalan. Jangan ribut lagi di sekolah!" peringat Bian.

Tasya mengangguk lalu mencium pipi Bian.

"Tasya pergi dulu! Assalamualaikum!"

Tasya segara turun dari kamar lalu menghampiri Farel di depan rumahnya.

"Selamat pagi!" ucap Tasya.

Farel yang sedang berdiri di depan mobil tersenyum hangat melihat Tasya seceria itu hari ini. Untuk pertama kalinya Farel melihat Tasya ceria bertemu dengannya.

"Pagi."

Farel mengacak puncak kepala Tasya saat berada di depannya.

"Langsung berangkat?" tanya Farel yang di angguki oleh Tasya.

Farel membukakan pintu untuk Tasya dan memasangkan seatbelt untuk Tasya sebelum menutup pintunya.

*****

Mobil Farel masuk kearah parkir SMA PANDU. Farel keluar terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Tasya.

"Makasih," ucap Tasya tulus.

"Nanti aku gak bisa antar kamu pulang soalnya nanti aku ada urusan," ujar Farel.

Tasya mengerutkan keningnya.

"Urusan apa?"

"Keluarga. Jadi aku gak bisa tungguin kamu sampai pulang," jelas Farel.

Tasya mengangguk mengerti.

"Iya gapapa."

"Semangat ya sayang belajarnya," ucap Farel membuat pipi Tasya merona.

"Kamu juga."

*****

"Tasya!"

Tasya menghentikan langkahnya saat ada yang memanggil namanya. Ia menoleh ke sumber suara melihat Yola berjalan mendekatinya.

"Lo balikan sama Farel?" tanya Yola to the point.

Tasya mengerutkan dahinya saat Yola tiba-tiba menanyakan hal itu.

"Kenapa?"

"Lo bodoh atau bego sih?? Setelah kejadian kemarin lo masih mau balikan sama dia?!"

Yola tidak habis pikir bagaimana jalan pikir Tasya sebenarnya. Apa cinta sudah membuatnya bodoh.

"Emang ada yang salah dari Farel?" tanya Tasya tidak mengerti.

"Harus dengan apalagi sih, Sya biar lo bisa buka mata lo lebar-lebar kalau Farel itu gak cinta sama lo!"

"Farel itu cinta sama gue Yola!"

Yola mencengkram kuat bahu Tasya.

"Nggak Tasya! Buktinya aja kemarin pas lo jatuh dia ninggalin lo. Dia ngebiarin lo terkapar gak berdaya di sana!" pekik Yola.

"Dia memilih sahabatnya di banding lo. Itu artinya dia gak cinta sama lo! Sadar, Sya sadar!"

Tasya terdiam sebentar mendengar ucapan Yola. Bukankah Farel berada di depannya waktu ia sadar. Nggak mungkin Farel meninggalkan Tasya begitu saja waktu itu.

"T-tapi Farel ada pas aku sadar. Dia ada di samping aku," ujar Tasya berusaha untuk menyangkal jika ucapan Yola tidak benar.

"Lo pasti bohong kan? Lo cuma gak suka lihat gue bahagia sama Farel. Buktinya Farel ada pas gue sadar."

"Karena yang lo tahu pas lo sadar aja, Sya. Kebenaranya itu Farel emang ninggalin lo. Marsel yang bawa lo ke rumah sakit dan nungguin lo selama gak sadar!"

"M-marsel?"

"Kalau lo gak percaya lo bisa tanya ke semua siswa di sini. Mereka saksi kalau Marsel yang bawa lo ke rumah sakit bukan Farel!" tegas Yola.

"Lo ngelakuin kesalahan besar karena  mau balikan sama Farel, Sya. Seorang pria yang memiliki perempuan lain di hidupnya gak akan pernah bisa fokus sama pacarnya meskipun dia bilang cinta mati sama lo!"

"Lo percaya sama omongan gue atau nggak itu hak lo. Gue udah peringati ini sama lo. Kalau suatu saat lo kembali kecewa itu karena harapan lo ke dia. Jangan pernah mempercayai orang yang memprioritaskan lo aja nggak!" ucap Yola sebelum akhirnya pergi meninggalkan Tasya yang mematung.

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now