[75]ENDING

70.5K 3.1K 238
                                    

"Jatuh cinta itu tidak salah. Yang salah itu adalah hati kamu. Kamu menjatuhkan hati kepada orang yang tidak mencintai mu."
-Marcelo Sadewa Putra-

"Jangan mentang-mentang di cintai jadi bebas melukai. Se sabar apapun orang itu jika sudah tidak di hargai, ia juga bisa pergi!"
-Anastasya Anugraha-

"Yang tidak merasakan tidak akan paham. Yang tidak mengalami tidak akan mengerti."
-Farel Arega-

*****

"Pemakaman sudah selesai bagi keluarga yang di tinggalkan semoga di tabah kan hatinya."

Semua pelayat sudah membubarkan diri meninggalkan pemakaman. Kini hanya tinggal Farel di depan batu nisan sahabatnya itu.

"Istirahat dengan tenang, Stella. Gue udah maafin lo, kok," ucap Farel mengusap batu nisan dengan nama Stella Arga Pratiwi.

Semalam saat perawat pribadi Stella mengabari dirinya tentang kondisi kritisnya langsung membuat Farel panik. Bagaimana tidak, saat perawat itu bilang jika detak jantung gadis itu berhenti.

"Aku turut berduka cita ya, Rel."

Farel menoleh mendengar suara Tasya berada di belakangnya. Pria itu berdiri lalu menghambur ke pelukan Tasya. Tentu saja Tasya terkejut dengan apa yang di lakukan Farel.

Tasya menoleh pada Marsel yang berada di sampingnya sebelum membalas pelukan Farel.

"Makasih udah mau datang," ucap Farel di pelukan Tasya.

"Iya."

Tasya mengusap pelan punggung Farel.

"Gue turut berduka cita ya," ujar Marsel di samping Tasya.

Farel melepas pelukannya saat sadar jika ada Marsel di sebelah Tasya. Pria itu mengangguk.

"Makasih."

"Rum, aku tunggu di mobil ya?" ujar Marsel yang di angguki oleh Tasya.

Farel kembali menatap Tasya setelah kepergian Marsel kembali ke mobil. Mereka saling tatap dan dengan tatapan sayu.

"Sebelum Stella meninggal dia ingin ketemu sama kamu. Tapi pas aku hubungi kamu gak ada jawaban," ujar Farel lirih.

Tasya menunduk merasa bersalah. Semalam Tasya sengaja mengheningkan ponselnya untuk menenangkan diri. Dan ia mendapat kabar Stella meninggal pagi tadi.

"Maaf aku gak tau," ujar Tasya.

Farel mengangguk paham. Setelah itu Farel menyerahkan sebuah handphone kepada Tasya. Kening Tasya berkerut.

"Ini apa?"

"Di situ ada vidio permintaan maaf Stella," jelas Farel.

Tasya menerima ponsel itu dan membuka galeri. Tasya memutar vidio yang memperlihatkan Stella dengan alat pembantu pernafasan.

"Tasya, sorry g-gue udah bikin lo menderita s-selama i-ini. G-gue ngelakuin i-itu karena g-gue gak mau kehilangan F-farel. Gue gak punya siapa-siapa l-lagi kecuali Farel dan gue gak rela kalau F-farel punya pacar. Bokap sama nyokap gue gak peduli kalau gue sakit, Sya makanya g-gue juga gak mau kalau Farel ninggalin gue."

Air mata menetes dari pelupuk Tasya melihat vidio permohonan maaf Stella.

"F-farel itu baik, Sya k-karena itu gue cinta sama dia. T-tapi sayangnya cinta Farel cuma buat lo. S-sekarang gue sadar kok kalau cinta itu gak bisa di paksain. G-gue harap lo masih mau kasik kesempatan buat Farel. Biarin dia perbaiki---"

TRAVMA (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang