[48]TRAVMA

28.5K 2K 29
                                    

"Jaga diri baik-baik ya, nanti kalau udah sampai langsung istirahat."

Farel mengantar Tasya sampai ke depan taxi. Meskipun Farel sudah memaksa Tasya untuk di hantarkan sampai ke rumah gadis itu tetap menolak.

"Iya."

Farel membukakan pintu taxi untuk Tasya.

"Kamu janji gak akan macam-macam di sana," pesan Tasya.

"Iya sayang."

"Bawa mobilnya pelan-pelan ya Pak, hantar pacar saya sampai di depan rumahnya," pesan Farel kepada supir taxi itu.

Supir taxi mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu Farel menutup pintu mobil dan membiarkan berjalan menjauh.

*****

Farel melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah megah milik keluarga Stella. Rumah ini sangat besar namun sayang sangat hampa.

"Stella!" panggil Farel.

Farel terus berjalan menjelajahi rumah megah itu mencari keberadaan sahabatnya. Langkah Farel terhenti ketika melihat sang Papa duduk santai di sofa.

"Papa?"

Farel berjalan mendekati Papa dan juga sahabatnya yang berada di ruang tamu.

Farel duduk di sofa yang bersebelahan dengan Stella. Kenapa suasana rumah ini mendadak jadi dingin. Apa yang Papanya lakukan di sini.

"Akhirnya kamu datang juga."

Arya menegakkan badannya menatap Farel. Dari tatapannya Farel bisa melihat ada sesuatu yang penting yang ingin di bicarakan oleh Papanya.

"Papa ngapain disini?" tanya Farel.

"Terserah Papa dong. Ini kan rumah calon menantu Papa," jawab Arya santai.

Deg! Calon menantu? Siapa?

"M-maksud Papa?"

Arya berdehem lalu membenarkan jas hitamnya.

"Papa mau kamu bertunangan dengan Stella."

"Nggak! Papa apa-apaan sih suruh Farel tunangan sama sahabat Farel sendiri!" tolak Farel cepat.

Ada apa dengan Papanya, kenapa ia malah menyuruh dirinya bertunangan dengan Stella.

"Kenapa kalau Stella itu sahabat kamu? Bukannya itu lebih baik buat kalian," ujar Arya.

"Stella, lo jangan diam aja dong!" ucap Farel saat melihat Stella diam saja saat di jodohkan dengan dirinya.

Mereka bersahabat sudah dari kecil dan Farel hanya menganggap Stella sebagai adik dan itu tidak lebih.

"J-jangan paksa Farel ya om kalau Farel gak mau," ujar Stella.

"Om nggak maksa Stella, om hanya ingin yang terbaik buat kalian. Dengan bertunangan ikatan kalian akan semakin erat," ujar Arya.

"Ini yang terbaik buat Papa bukan buat kita. Farel gak bisa tunangan sama Stella!"

"Kenapa? Apa karena pacar murahan kamu itu!"

"Maksud Papa apa? F-farel udah putus sama Tasya!" Farel tidak boleh melibatkan Tasya dalam masalah keluarganya. Papanya adalah pria yang sangat nekat dan bisa saja menyakitinya.

Arya terkekeh."Putus? Terus gadis yang seharian bersama kamu di apartemen itu siapa?"

Deg! Bagaimana bisa Papanya tahu jika seharian Tasya bersamanya.

"Papa tahu dari mana?"

"Papa bukan orang yang gampang kamu bodohi, Rel. Kemana pun dan dimana pun kamu bersembunyi mata-mata Papa bakal tetap tau," ujar Arya.

"Papa apa-apaan sih! Kenapa suruh orang untuk awasi Farel. Farel juga punya privasi Pa!" teriak Farel tidak terima.

"Sabar, Rel." Stella yang berada di samping Farel berusaha menenangkannya.

"Terserah Papa mau lakuin apapun ke kamu karena kamu itu anak Papa."

"Anak atau hewan peliharaan, Pa? Selama ini Papa terus menyuruh Farel melakukan hal yang Papa mau tanpa Papa tanya apa kemauan Farel!!"

Farel muak segala sesuatu yang di lakukan Farel harus sesuai dengan kemauan Papanya. Farel capek dan Farel ingin bebas.

"FAREL!!"

Arya hendak melayangkan tamparannya jika saja Stella tidak menahan tangan Arya.

"Jangan kasar sama sahabat Stella om! Kalau Farel gak mau itu jangan di paksa!" bela Stella.

"Kamu lihat Stella, dia terus saja bela kamu. Kurang baik apa Stella sama kamu?" tanya Arya menatap tajam putranya itu.

Farel berdiri dan membalas tatapan tajam Papanya.

"Terserah Papa mau lakuin apapun ke Farel setelah ini. Papa mau kirim Farel ke jepang? Oke, Farel akan pergi ke jepang. Tapi satu hal yang gak akan Farel lakukan, yaitu tunangan sama Stella!"

Farel hendak pergi meninggalkan rumah Stella. Namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar jeritan seseorang.

"Farel, tolong aku!!"

Farel membelakkan matanya ketika ia melihat Tasya berada di atas gedung melalui sambungan vidio.

"Kamu yakin gak mau nurut sama Papa?" tanya Arya memamerkan senyum smirknya.

Farel melangkah mendekati ponsel Papanya. Ia melihat Tasya di ikat oleh dua orang di atas gedung.

"T-tasya,"

"Sekarang kamu pilih mana, Rel? Tunangan dengan Stella atau pacar kamu mati!" ucap Arya dingin.

Mata Farel berkaca-kaca menatap sang Papa. Farel tidak menyangka jika Arya akan sejahat ini kepadanya.

"Kenapa Papa lakuin ini ke Farel? Lepasin Tasya, Pa," mohon Farel.

"Papa nggak jahat Farel. Papa lakukan ini demi masa depan kamu," ujar Arya.

"Lepasin Tasya, Pa, Farel mohon!"

"Papa akan lepasin pacar kamu kalau kamu mau bertunangan dengan Stella."

"Jangan, Rel! Aku mohon jangan terima!" teriak Tasya dari layar ponsel.

"Gimana? Jika kamu salah ambil keputusan Papa jamin kamu tidak akan bisa melihat pacar kesayangan kamu lagi besok."

"Udah Rel kamu terima aja tawaran Papa kamu," ujar Stella.

"Nggak Rel! Aku mohon jangan terima!"

"DIAM!!"

"Jangan bentak pacar gue anjing!" umpat Farel saat salah satu dari suruhan Papanya itu membentak Tasya.

"Cepat kamu ambil keputusan sebelum Papa suruh mereka untuk lempar pacar kamu ke bawah!" ucap Arya tidak sabar.

"Demi keselamatan Tasya, Rel, lo terima aja. Lagian umur gue udah gak lama jadi lo masih punya kesempatan buat bersatu sama Tasya," ujar Stella lagi.

Farel tetap diam tidak langsung mengambil keputusan. Farel takut keputusannya nanti akan kembali menyakiti Tasya.

"Cepat Rel!" ucap Stella.

"Sepertinya kamu tidak benar-benar mencintai pacar kamu itu. Lempar sekarang dia ke bawah!" suruh Arya.

"JANGAN!!" teriak Farel menghentikan suruhan Arya melempar Tasya dari atas gedung.

"Oke. Farel terima tawaran Papa."

Farel tidak memiliki pilihan lain selain menyelamatkan nyawa Tasya terlebih dahulu. Farel tidak mau Tasya menjadi korban keserakahan papanya.

TRAVMA (Segera Terbit)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora