[24]TRAVMA

42.2K 3.1K 91
                                    

Hai ketemu lagi....
Hari ini updatenya pagi ya teman-teman jangan lupa sebelum baca tinggalkan vote dan komennya.

Jangan lupa juga untuk share dan rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kalian agar semakin banyak yang suka kisah Tasya dan Farel.

Terimakasih and happy reading🖤

*****

Setelah putus dari Farel, Tasya tidak mau masuk sekolah. Tasya cenderung diam dan mengurung diri di kamar. Hal itu membuat Bian kebingungan.

Sekarang Tasya sedang duduk santai di pinggir kolam berenang lebih tepatnya sedang melamun sendiri. Bian menghampiri Tasya dan membawakannya susu hangat.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini? Gak mau masuk sekolah, gak mau keluar rumah dan selalu ngurung diri di kamar. Abang jadi khawatir untuk ninggalin kamu sendiri," ujar Bian.

Tasya hanya menghela nafasnya sebentar.

"Abang gak perlu khawatir. Kalau abang emang mau ninggalin Tasya juga gapapa. Lagi pula Tasya kan udah biasa sendiri."

Tasya beranjak pergi ke kamarnya meninggalkan Bian sendiri di kolam berenang.

"Tasya, bukan gitu maksud abang," ucap Bian lirih.

*****

Kini Tasya berada di kamarnya, duduk di dekat jendela dengan tangan menopang dagu.

Ceklek

Terdengar suara pintu terbuka namun Tasya memilih mengabaikannya.

"Tasya," panggil Bian dari arah depan pintu.

"Ada Farel di luar mau ketemu kamu."

Tasya menoleh ketika Bian menyebut nama Farel.

"Bilang aja Tasya lagi gak ada," jawab Tasya.

"Kasian Farel, Sya. Setiap hari dia kesini kamu gak pernah mau temuin."

"Abang ngertiin perasaan Tasya gak sih? Tasya udah putus sama Farel bang!" ucap Tasya sedikit kesal.

Bian mengangguk paham lalu ia menghampiri Tasya menyibak rambut Tasya ke belakang telinganya.

"Abang ngerti. Tapi abang juga gak mau ngeliat kamu kayak gini setiap hari. Abang tahu kamu masih sayang sama Farel. Temui dia selesaikan masalah kalian baik-baik," ujar Bian memberi saran.

Tasya membuang mukanya kembali menatap ke arah jendela.

"Nggak mau."

Bian menghela nafasnya gusar.

"Yaudah kalau kamu tetap gak mau temui Farel. Tapi kata Farel, dia gak akan pulang sebelum kamu mau keluar temui dia."

Bian berdiri lalu mengacak pucuk kepala Tasya sebelum keluar.

Tasya mendengus setelah kepergian Bian dari kamarnya. Kenapa Farel sangat keras kepala. Bukan kah hubungan mereka sudah selesai tapi kenapa Farel selalu mengganggu nya.

Tasya tidak masuk sekolah karena ia menghindari pertemuannya dengan Farel namun kenapa setiap hari Farel harus datang ke rumahnya.

*****

Tasya turun dari kamarnya untuk menemui Farel. Bukan karena Tasya ingin bertemu dengannya namun agar Farel cepat pergi dari rumahnya.

Saat Tasya membuka pintu ia melihat Farel beranjak dari kursi depan rumah nya. Tanpa aba-aba Farel memeluk Tasya melepas rasa rindu kepada gadisnya.

"I miss you," ucap Farel lirih.

Dengan cepat Tasya mendorong tubuh Farel menjauh dari dirinya.

"Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Tasya to the point.

"Aku mau minta maaf," lirih Farel.

"Maaf untuk apa? Bukannya semua udah berakhir."

"Kita belum berakhir Sya. Kamu tetap punya aku dan aku tetap punya kamu," ujar Farel.

"Kita udah putus, Rel!" tegas Tasya.

"Kata siapa kita putus? Aku belum iyain keputusan kamu. Kita jadian karena kesepakatan bersama dan putus pun harus begitu."

"Udah cukup Rel aku gak mau dengar alasan apapun dan aku udah anggap kita gak ada hubungan apa-apalagi!" muak Tasya.

"Terserah kamu mau anggap hubungan kita apa yang penting kita udah selesai. Kita urus hidup kita masing-masing!"

"Sekarang kamu pergi aku gak mau liat kamu lagi di sini!" usir Tasya.

Tasya mendorong tubuh Farel untuk pergi dari rumahnya. Tasya sudah muak menghadapi keras kepala Farel.

"Nggak, Sya aku gak mau. Aku akan tetap di sini sebelum kamu mau maafin aku dan memperbaiki hubungan kita!" ucap Farel.

Namun Tasya abai dan langsung menutup pintu rumahnya. Tasya menyandar di pintu memegangi dadanya yang sesak. Kenapa Farel sangat kekuh memperjuangkan hubungannya kembali. Bukankah jika mereka putus Farel akan lebih leluasa menjaga Stella tanpa harus memperdulikannya.

*****

"Kamu masih belum mau temui Farel? Kasian lho dia di luar nungguin kamu," ujar Bian.

Tasya melirik kearah jam wekernya, ini sudah pukul 07:00 namun Farel belum juga pulang.

"Biarin aja paling entar juga udah pulang," jawab Tasya acuh. Tasya kembali sibuk dengan buku-bukunya.

"Tapi, Sya---"

"Abang." Potong Tasya cepat.

"Besok Tasya mau masuk sekolah jadi Tasya harus kejar pelajaran kemarin yang tertinggal," sambungnya.

"Tasya gak mau di ganggu."

Setelah kepergian Bian, Tasya mencoba untuk kembali fokus ke tugas-tugasnya namun pikirannya kalang kabut gara-gara Farel.

Suara rintikan hujan terdengar di kamar Tasya membuat Tasya teringat dengan Farel. Apa pria itu sudah pulang? Pikir Tasya sudah karena tidak mungkin Farel akan tetap di luar dengan keadaan hujan seperti ini.

Tasya menyibak gorden balkonnya untuk memastikan Farel sudah pulang atau belum. Mata Tasya membulat sempurna ternyata Farel masih tetap di posisinya menatap kearah kamar Tasya dan tidak beranjak sedikitpun dari sana.

Apa pria itu gila membiarkan dirinya terguyur air hujan. Tasya membuka jendela balkonnya.

"Kamu ngapain masih di situ? Udah sana pulang," ujar Tasya dari atas balkon kamarnya.

"Aku akan tetap di sini sebelum kamu mau maafin aku," ujar Farel.

"Aku udah maafin kamu. Sekarang kamu pulang sana!"

"Lalu bagaimana dengan hubungan kita?"

"Aku udah maafin kamu tapi aku sama kamu gak akan pernah lagi menjadi kita," ujar Tasya.

"Aku akan tetap di sini tunggu kamu dan aku menjadi kita lagi!" kekuh Farel.

"Kenapa sih kamu keras kepala banget! Terserah kamu deh!" kesal Tasya lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.

*****

Sudah tiga puluh menit Tasya tidak tenang berada di dalam kamar. Ia masih memikirkan keadaan Farel yang kehujanan di luar.

Tasya kembali mengintip dari jendela balkon untuk melihat Farel. Dan Farel masih tetap di sana meringkuk kedinginan. Tasya menjadi tidak tega melihat Farel seperti itu.

Tasya memutuskan keluar menemui Farel. Tasya tidak bisa melihat Farel menderita seperti itu. Tasya mengambil payung dan turun ke bawah.

Tasya membuka payungnya lalu menghampiri Farel. Dengan bibir yang sudah membiru dan badan yang menggigil Farel memaksakan senyum nya.

"A-aku c-cinta sama k-kamu." Ucap Farel sebelum akhirnya ambruk tak sadarkan diri.

"Farel!"

TRAVMA (Segera Terbit)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora