[39]TRAVMA

35.2K 2.7K 133
                                    

Holaa, selamat malam semuanya...

Sebelum baca jangan lupa vote dan komen, ya. Dan ajak juga teman-teman kalian untuk baca cerita ini.

Teman-teman aku punya kejutan buat kalian di chapter 40. Eum... kira-kira apa ya? Penasaran gak? Tungguin aja besok malam, mwhehe..

Thanks and happy reading🖤

Author push rank dulu yak, papay! Dadah dulu yekann😌

*****

Tasya berjalan seorang diri menuju ke dalam kelasnya. Tasya sengaja datang pagi-pagi sekali agar punya waktu untuk belajar di perpustakaan. Masalah akhir-akhir ini membuat nilai Tasya menurun dan terancam di eliminasi dari peserta olimpiade.

Tasya masuk ke dalam kelas masih tidak ada siapa-siapa. Jam masih menunjukkan pukul 06:00 dan Tasya bisa belajar dengan santai.

Kening Tasya berkerut menatap bangkunya yang sudah bersih. Tidak ada kata-kata kotor dan nama-nama hewan. Bangkunya bersih seperti baru. Siapa yang menggantinya?

"Kira-kira siapa yang ganti?"

Tatapan Tasya berhenti ke arah kertas yang berada di kolong meja. Tangan Tasya terulur untuk mengambilnya.

BANGKUNYA UDAH AKU GANTI YANG BARU. BELAJAR YANG RAJIN YA ANAK BAIK!

Seperti itulah tulisan yang berada di kertas itu. Pikiran Tasya saat ini hanya tertuju kepada satu nama, yaitu...

"Farel."

Entah kenapa Tasya yakin jika ini semua adalah kerjaan Farel.

*****

"Farel!" panggil Tasya saat melihat Farel berjalan seorang diri di koridor.

Farel menghentikan langkahnya, menatap Tasya dengan satu alis terangkat.

"Aku mau ngomong sama kamu," ujar Tasya.

"Sorry, gue gak ada waktu," ujar Farel cuek.

Saat Farel hendak pergi, Tasya menahan lengan Farel agar berhenti melangkah.

"Lima menit aja, Rel," mohon Tasya.

Farel melepas tangan Tasya dari lengannya.

"Satu menit!" putus Farel.

"T-tapi---"

"Di mulai dari sekarang."

Tasya menghela nafasnya sebentar.

"Hubungan kita yang sekarang itu apa ya, Rel? Kita masih pacaran atau udahan?" tanya Tasya.

"Pacaran. Jadi gue larang lo buat dekat-dekat sama cowo lain termasuk Marsel!" ujar Farel.

"Terus kamu dengan Stella?"

"Waktu habis dan gak ada yang perlu di bahas lagi."

Farel berlalu begitu saja meninggalkan Tasya seorang diri di koridor. Tasya menatap punggung Farel dengan mata yang berkaca-kaca.

Untuk berbicara dengan pacarnya saja harus meminta waktu dulu. Hubungan apa yang sedang mereka jalankan saat ini.

Seperti mempertahankan, tapi tak tahu apa yang di pertahankan

*****

Tasya berjalan dengan tatapan kosong sampai tidak sadar ada motor yang mengarah ke arahnya. Marsel yang tidak jauh dari situ langsung menarik tangan Tasya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Marsel cemas.

Tasya tersadar dari lamunannya.

"A-aku kenapa?"

"Kamu hampir aja di serempet motor, Sya. Kamu lagi mikirin apa sih sampai jalan bengong gitu," ujar Marsel.

Tasya menghela nafasnya lega. Tasya sangat ceroboh, untung saja ada Marsel yang menyelamatkannya. Jika tidak pasti sekarang Tasya sudah terluka.

"Makasih ya, Sel," ucap Tasya.

"Kamu mau kemana?"

"Pulang."

"Sama aku aja," ujar Marsel.

"Nggak usah nggak apa-apa," tolak Tasya.

"Aku gak mau kejadian tadi terulang kembali Sya. Naik sekarang," suruh Marsel.

Tasya mengangguk pasrah lalu naik ke atas motor Marsel. Tanpa sadar seseorang memperhatikan dari dalam mobil.

*****

"Makasih udah mau nganterin aku," ucap Tasya.

"Iya sama-sama. Nanti malam ada waktu gak?" tanya Marsel.

Kening Tasya berkerut.

"Kenapa emangnya?"

"Aku mau ngajak kamu makan."

"T-tapi---"

"Kamu harus setuju karena aku masih punya satu permintaan yang harus kamu kabulkan," potong Marsel cepat sebelum Tasya menolak.

Tasya menatap Marsel jengah, dasar pemaksa.

"Yaudah, jam berapa?"

"Jam 07:00, nanti aku jemput."

*****

Malam ini Tasya dan Marsel pergi ke salah satu restoran. Mereka berjalan beriringan seperti sepasang kekasih namun nyatanya bukan. Miris sekali.

"Suasananya romantis ya," ujar Marsel menatap segala penjuru di restoran itu.

"Iya," jawab Tasya seadanya.

"Kamu lihat deh pasangan itu." Marsel menunjuk kearah meja yang di isi oleh sepasang kekasih yang sedang berpegangan tangan. Tasya mengikuti arah telunjuk Marsel.

"Si cowok takut kali ya pacarnya di ambil orang makanya di pegangin terus tangannya," ujar Marsel.

"Mungkin."

Kini Marsel menatap wajah Tasya dengan menopang dagu.

"Kalau aku pegang tangan kamu boleh gak?" tanya Marsel membuat mata Tasya membola.

"Ngaco!"

"Emang kenapa? Aku kan takut kamu hilang."

"Marsel, aku itu udah punya pacar dan aku cuma anggap kamu gak lebih dari sekedar seorang sahabat."

Ucapan Tasya membuat hati Marsel potek. Tapi Marsel malah mengembangkan senyumnya dan memamerkan lesung pipi yang sangat manis.

"Aku akan berusaha merubah kata sahabat itu menjadi pendamping suatu saat nanti. Ya, meskipun aku harus nunggu bertahun-tahun lamanya," ujar Marsel sungguh-sungguh.

Tasya terdiam mendengar ucapan Marsel. Ia pikir Marsel hanya becanda ketika mengatakan akan merebut dirinya dari Farel.

"Sel, aku gak mau lagi kamu ribut sama Farel. Jadi jangan nekat."

"Aku gak peduli kalau harus ribut sama Farel nantinya. Dan aku akan tetap bertekad rebut kamu dari dia!" ucap Marsel sungguh-sungguh.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini?"

"Sampai kamu buka hati buat aku. Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Tapi sekalinya jatuh itu ke kamu dan sayangnya kamu milik orang lain," Marsel tertawa miris.

"Sel..."

"Awalnya aku udah gak mau paksain perasaan aku ke kamu. Tapi melihat perlakuan Farel ke kamu membuat semangat aku menggebu untuk merebut kamu dari dia. Aku gak rela gadis yang aku cintai di sakitin sama pria brengsek seperti dia!"

Brag!

"Asik banget kayaknya kencan sama pacar orang!"

TRAVMA (Segera Terbit)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن