[21]TRAVMA

40.5K 3.6K 92
                                    

HAPPY READING🖤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HAPPY READING🖤

*****

Siang ini Tasya dan Bian pergi ke makam Anas. Untuk pertama kali di hidupnya Tasya mendatangi makam Papanya. Bian tidak pernah mengajaknya berziarah sebelumnya karena Tyas selalu melarang Bian untuk mengajak Tasya ke makam Papa mereka.

Hari ini tanpa sepengetahuan Tyas, Bian mengajak Tasya berziarah ke makam Anas karena permintaan Tasya sebagai kado ulang tahun. Tidak mungkin Bian terus-terusan melarang Tasya untuk pergi berziarah ke makam papa mereka. Tasya pasti juga sangat merindukan sosok seorang Ayah karena saat ia lahir Papa mereka harus meninggal.

Saat Tasya dan Bian telah sampai di makam Anas tak sengaja mereka melihat Tyas juga sedang berziarah. Terlihat Tyas sedang menaburkan bunga mawar di makam suaminya itu.

Bian melarang Tasya untuk menghampiri Tyas. Bian menyuruh Tasya tetap di sampingnya sampai Mama mereka pergi dari sana. Bian tidak mau Tyas murka hanya karena Bian mengajak Tasya ke makan Papa mereka.

"Hari ini anak kita ulang tahun Mas. Dan sekarang usianya sudah 17 tahun. Tasya udah dewasa Mas, dia tumbuh menjadi gadis cantik yang memiliki mata indah seperti mu." Ucap Tyas di depan makam Anas.

"Tapi aku gak bisa ucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Sakit rasanya mengucapkan kata selamat di hari kematian kamu Mas. Hari ini bukan hanya ulang tahun Tasya aja yang di rayain tapi juga kematian kamu."

Tyas menumpahkan kesedihannya di depan makam suaminya. Selama 17 tahun ia berusaha untuk tetap tegar menjalani hidup tanpa seseorang yang sangat ia cintai. Kepergian Anas adalah luka terbesar bagi Tyas karena ia pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan.

"Maafin aku karena aku belum bisa memenuhi permintaan terakhir kamu untuk membesarkan Tasya dengan penuh kasih sayang. Dia begitu mirip dengan kamu sampai menatapnya saja aku tidak sanggup," isak Tyas.

Tanpa sadar Tasya juga meneteskan air mata mendengar semua ucapan Tyas. Ternyata di balik sikap acuhnya, Tyas menyimpan begitu banyak luka karenanya.

"Jadi... Mama gak pernah benci sama aku?" lirih Tasya menatap punggung Tyas yang bergetar.

"Tidak ada seorang Ibu yang membenci anaknya, Sya." Bian mengelus punggung Tasya.

"Tasya sayang sama Mama. Tapi kenapa Tasya harus menjadi sumber kesedihan nya?"

*****

Malam hari ini adalah malam yang spesial untuk Tasya. Tepat hari ini Tasya merayakan ulang tahunnya yang ke 17 tahun.

Tasya begitu cantik dengan dress putih tanpa lengan di atas lutut. Rambutnya di curly menambah kesan dewasa di wajah Tasya.

Tasya memainkan rambutnya mengingat Farel yang sangat menyukai rambut panjangnya. Ia sudah tidak sabar meniup lilin dengan di dampingi oleh Farel.

"Dek kamu udah siap?"

Bian masuk ke dalam kamar Tasya untuk mengecek apakah Tasya sudah siap. Namun saat Bian masuk ke dalam kamar adiknya, ia begitu speechless melihat penampilan Tasya yang begitu anggun pada malam hari ini.

"Kamu cantik banget," puji Bian.

"Serius cantik?"

"Serius. Pasti Papa bangga ngeliat putri kecilnya sekarang udah tumbuh dewasa," ujar Bian.

Bian mendekati Tasya lalu memeluk adik kesayangannya itu dengan hangat. Tak terasa usia Tasya sudah 17 tahun. Begitu banyak kenangan yang Bian lalui bersama Tasya.

"Mama udah pulang?" tanya Tasya saat pelukan mereka terlepas.

Bian hanya menggelengkan kepalanya lemah.

"Nggak apa-apa ya tanpa Mama?"

"Iya nggak apa-apa. Tasya ngerti kok," ujar Tasya.

"Hari ini harus happy oke?"

"Oke." Tasya mengajukan jempolnya kearah Bian.

*****

"Happy birthday Tasya!"

"Hbd ya, Sya!"

"Happy sweet seventeen, Tasya!"

"Iya makasih. Makasih ya udah mau datang," ujar Tasya menerima kado dari teman-temannya yang baru saja datang.

"Btw acara ulang tahun lho keren banget Sya. Bertema outdoor dengan suasana romansa," ujar Vina salah satu teman kelas Tasya.

"Iya, semua ini Bang Bian yang susun acaranya. Makanya bisa sebagus ini," ujar Tasya.

"Keren sih abang lo."

Tasya hanya terkekeh mendengar pujian untuk Bian. Abangnya itu memang harus di ajukan jempol karena ia selalu bisa membuat Tasya bahagia.

"Kok lo datang sendiri biasanya kemana-mana sama Tiara?" tanya Tasya.

"Iya, nih soalnya Tiara datang ke acara ulang tahun Stella," jawab Vina.

Deg.

"U-ulang tahun Stella?" tanya Tasya memastikan ia tidak salah dengar.

"Iya. Kan acara ulang tahun lo barengan tuh sama Stella jadi anak-anak kelas bagi dua. Sebagian ke sini sebagian lagi ke acara ultah Stella." Jelas Vina.

Tasya cukup terkejut mendengar hari ulang tahunnya sama dengan Stella. Itu artinya Farel...

Tidak-tidak. Tasya tidak boleh berpikiran buruk dulu. Farel kan udah janji akan datang dan mendampinginya tiup lilin. Tasya yakin kali ini Farel tidak akan membuatnya kecewa.

"Tasya!"

Tasya langsung menoleh kearah suara yang memanggil namanya. Senyum Tasya memudar ketika orang yang ia yakini adalah Farel ternyata bukan Farel.

"M-marsel," lirih Tasya melihat Marsel yang berjalan mendekatinya.

Dengan senyum yang memamerkan lesung pipinya Marsel mendekati Tasya lalu memberikan sebuah kotak berwarna pink dengan motif arum manis.

"Happy birthday ya, Sya. Semoga panjang umur dan sehat selalu." Ucap Marsel.

"Makasih ya, Sel udah mau datang."

"Pasti aku datang lah. Mana mungkin aku di undang tapi gak datang. Btw kamu cantik banget malam ini," puji Marsel.

"Makasih."

"Ouh, ya aku lupa bawa arum manis kesukaan kamu lagi. Harusnya aku gak lupa sama satu hal itu."

"Kamu tau aku suka arum manis? Tahu dari mana?" tanya Tasya. Tasya tidak menyangka jika Marsel pria yang baru beberapa minggu ia kenal sudah mengetahui makanan kesukaannya.

"Aku kan suka perhatiin hal-hal kecil yang ada di dalam diri kamu. Contohnya ya arum manis. Aku tahu kamu suka sama arum manis karena aku pernah liat casing hp kamu. Terus gantungan kunci kamu juga arum manis bahkan pas di kantin kamu juga sering jajan arum manis."

"Sedetail itu kamu perhatiin aku?" ujar Tasya takjub.

"Iyalah kan aku suka sama kamu."

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now