[56]TRAVMA

32.9K 2.2K 90
                                    

"Kakak cantik main sama Sea yuk!"

Seana menghampiri Tasya di depan paviliunnya. Gadis kecil itu berlari kecil seraya memegang boneka ke arah Tasya. Langkah gadis kecil itu terhenti ketika seseorang menahan pundaknya.

"Udah malem gak usah main-main segala. Balik ke kamar sana!"

Seana menyentak tangan Marsel dari pundaknya. Ia menatap tajam kakaknya itu.

"Gak mau! Sea mau main sama kakak cantik!" ujar Seana.

"Lo kalau di bilangin---"

"Marsel."

Tasya memotong ucapan Marsel lalu mendekati keduanya. Ia menarik Sea ke dekatnya.

"Kenapa kamu ngomongnya kasar sama anak kecil. Apalagi yang kamu ajak ngomong itu adik kamu," tegur Tasya.

"Dia bukan adik aku, Sya." Marsel merotasikan bola matanya.

Di sini Tasya bisa melihat sisi lain dari seorang Marsel Saputra. Marsel yang selama ini ia kenal adalah pria baik dan humoris. Namun saat di rumah ini Tasya melihat Marsel sebagai pria dingin dan juga galak.

"Seana juga gak mau punya kakak galak kayak kak Dewa!" sentak Seana di dekat Tasya.

Tasya mengerutkan keningnya. Dewa? Siapa yang Seana panggil Dewa? Marsel? Maksudnya bagaimana ini kenapa Tasya tidak mengerti.

"Seana, Sadewa, kalian ini berantem terus. Gak malu berantem di depan tamu."

Mario datang dengan baju santainya menghampiri mereka. Sadewa? Siapa lagi itu. Astaga kenapa Marsel memiliki banyak nama. Sebenarnya siapa pria yang Tasya kenal sebagai Marsel ini.

"Tasya, ayo makan malam bersama di dalam. Saya lupa ajak kamu makan tadi. Pasti kamu laper," ujar Mario.

"Gak usah om, Tasya gak laper kok."

"Kakak cantik bohong ya, orang tadi Sea dengar bunyi perut kakak cantik," jujur Seana. Sedangkan Tasya menahan malu. Seana kenapa kamu jujur sekali jadi anak.

Tasya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal ketika Marsel dan Mario terkekeh. Pipi Tasya juga terasa panas akibat menahan malu. Pasti pipinya sudah merah seperti udang rebus.

"Jangan malu-malu, kamu anggap ini rumah kamu sendiri. Lagian kamu kan calon menantu rumah ini," goda Mario.

Marsel mengembangkan senyumnya mendengar ucapan Mario. Pria itu menepuk-nepuk pundak sang Papa.

"Malam ini Marsel mau makan malam bareng Papa."

*****

Di meja makan sudah ada Mario, Marsel, Seana dan juga Tasya. Di meja makan panjang ini hanya ada empat manusia dengan hidangan makanan yang begitu banyak. Siapa yang akan menghabiskan ini semua.

"Ayo Tasya makan," suruh Mario. Tasya mengangguk kecil.

Di rumah Marsel makan di dampingi oleh para pelayan. Dari membalik piring, mengambil lauk atau bahkan minum semua di layani. Tasya merasa saat ini ia sedang berada di real istana kerajaan.

"Om senang lho bisa makan malam rame-rame gini lagi. Biasanya setiap malam om cuma makan berdua dengan Seana," cerita Mario.

"Memangnya Marsel gak ikut makan malam?" tanya Tasya.

"Semenjak kematian Mamanya, Sadewa tidak pernah lagi makan malam di sini. Ia selalu makan di dalam kamar."

Tasya mengerutkan keningnya."Sadewa?"

Sampai saat ini Tasya masih tidak tahu siapa itu Sadewa atau Dewa yang di sebut oleh Mario dan juga Seana.

"Saya lupa jika kamu mengenal Sadewa sebagai Marsel. Nama asli dia itu Marcelo Sadewa Putra. Tapi semenjak kepergian Mamanya dia mengubah namanya menjadi Marsel Saputra. Sadewa tidak mau lagi ada nama keluarga ini di dalam namanya," jelas Mario dengan sangat jelas.

Lagi-lagi perubahan Marsel di sangkut pautkan dengan kepergian Mamanya. Memang kepergian seseorang yang kita cintai itu bisa berubah segalanya. Apa jika dirinya yang pergi orang-orang terdekatnya juga akan berubah seperti Marsel?

Contoh Mamanya sendiri, apa Mamanya akan berubah menjadi baik. Atau Farel, apa pria itu akan menyesal jika dirinya pergi. Tapi sepertinya tidak, dunia Farel kan hanya sebatas Stella. Jadi tidak mungkin jika Farel akan menyesal jika suatu saat dirinya benar-benar pergi.

Tasya melirik kearah Marsel yang hanya fokus makan di sampingnya. Biasanya Marsel pria paling bawel dan menyebalkan di sekolah. Tapi sekarang? Pria itu menjadi  pria pendiam.

*****

Tok... tok... tok...

Tasya menggeliat ketika jendela kamarnya di ketuk berkali-kali. Ini siapa yang udah datang pagi-pagi begini. Tasya membuka matanya yang masih terasa berat.

"Marsel?"

Tasya terkejut melihat Marsel berada di depan kamarnya dengan baju olahraga. Gadis itu pun membuka jendela kamarnya.

"Kita joging keliling komplek yuk? Mumpung cuacanya cerah gini," ajak Marsel semangat.

"Mager tau, Sel," ujar Tasya malas.

"Sehat itu gak kenal mager. Buruan ganti baju, aku tungguin di depan."

Tasya menghela nafasnya gusar. Sungguh Tasya mager untuk pergi  keluar rumah pagi-pagi begini. Untuk menolak Tasya tidak enak. Sekarang kan Tasya tinggal di rumah pria itu.

*****

Dan di sinilah Tasya sekarang, mengitari komplek dengan Marsel. Tasya sudah lelah namun Marsel masih saja semangat. Apa pria itu tidak lelah sudah berlari tiga putaran.

"Sel, udah Sel aku capek!" Tasya ketinggalan jauh karena Marsel berlari sangat kencang.

Tasya duduk di trotoar sambil memegang perutnya yang kram.

"Akh, sakit!"

Marsel balik arah saat melihat Tasya seperti orang kesakitan. Marsel terlihat panik melihat wajah Tasya pucat.

"Tasya kamu kenapa? Kamu gak lagi kesurupan kan?" celetuk Marsel.

"P-perut aku sakit, Sel."

Tasya mencengkram kuat bahu Marsel. Marsel yang sudah panik langsung mengangkat tubuh Tasya ala bridal style.

"Aduh! Tahan ya, Sya. Kita pulang sekarang."

Tasya menatap wajah Marsel yang terlihat sangat panik. Bagaimana nanti jika Marsel tau jika dirinya sedang hamil apa cowok itu masih akan sebaik ini kepadanya?

#Malam ini double update, ramein dulu chapter ini🖤

TRAVMA (Segera Terbit)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant