[62]TRAVMA

33.5K 2.5K 52
                                    

Brag

Farel terkejut dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam apartemennya. Farel langsung berdiri menatap pria paruh baya itu.

Arya berjalan mendekati Farel lalu menarik tangan cowok itu membentur pada dinding. Arya mencengkram erat dagu putranya itu.

"Sekarang kamu sudah berani menantang Papa hah!" bentak Arya di depan wajah Farel.

Farel sendiri bingung sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Papanya. Ia terlihat sangat marah.

"Papa kenapa?" tanya Farel.

"Kenapa kamu bilang? Jangan pura-pura bodoh di depan Papa! Kamu pikir Papa gak tau kamu sudah menghamili pacar kamu itu!"

Deg. Farel terkejut. Tahu dari mana sang Papa tentang kehamilan Tasya.

Farel meneguk salivanya dengan susah payah."P-papa tau dari mana?" tanya Farel sedikit takut.

"Papa sudah pernah bilang, apapun yang kamu lakukan Papa akan tau. Bahkan niat kamu yang ingin kabur ke luar negeri Papa juga tau!" ucap Arya tanpa melepas tatapan tajamnya.

Farel langsung kicep. Rencananya untuk kabur sudah di ketahui oleh sang Papa. Farel takut Papanya akan nekat dan melukai Tasya lagi.

"Pa, Farel mohon untuk yang kali ini biarin Farel pilih jalan Farel sendiri Pa," mohon Farel.

"Nggak!"

"Pa, Farel mohon. Pacar Farel lagi hamil anak Farel. Cucu Papa."

Farel tidak berhenti untuk membujuk sang Papa agar membiarkan Farel untuk bebas kali ini.

"Papa gak peduli! Papa mau kamu suruh pacar kamu itu gugurin kandungannya. Papa gak mau punya cucu dari wanita gak jelas seperti dia!" ucap Arya.

"Pa! Itu darah daging Farel gak mungkin----"

Bug!

"Jangan membantah Farel!"

Arya melayangkan satu bogeman di wajah Farel membuat hidung cowok itu mengeluarkan darah segar.

"Harusnya kamu itu mikir! Kalau mau punya anak itu dari Stella yang masa depannya udah terjamin!"

Farel mengelap darah yang keluar dari hidungnya."Tapi Farel gak cinta sama Stella, Pa!"

"Persetan dengan cinta Papa gak peduli. Yang Papa pedulikan itu masa depan kamu yang cerah dengan Stella!" ujar Arya.

Farel menatap sang Papa tidak percaya. Sebegitu penting kah harta di mata sang Papa sampai mengorbankan kebahagian anaknya sendiri.

Arya menarik kerah baju Farel hingga cowok itu berdiri.

"Kamu suruh gugurin anak di kandungan pacar kamu itu atau Papa akan habisi kedua-duanya!"

*****

Tasya tengah mengemasi semua barang-barangnya dari paviliun rumah Marsel. Gadis itu akan pergi malam ini karena Farel sudah menyuruhnya untuk bersiap-siap.

Tasya menggeret kopernya keluar dari rumah besar itu. Namun langkah gadis itu terhenti saat Seana memegang tangannya.

"Kakak cantik mau kemana?" tanya Seana saat Tasya membawa koper besar keluar dari rumah.

Perasaan Tasya saat ini tengah campur aduk antara takut dan juga sedih. Tasya takut karena ia keluar dari rumah Marsel tanpa berpamitan dan ia juga sedih meninggalkan Seana sendiri di rumah.

Tasya berjongkok menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu. Tasya membelai halus rambut Seana.

"Sea, maafin kakak cantik ya. Kakak cantik harus pergi hari ini," pamit Tasya.

Mata Seana berkaca-kaca."Kakak cantik mau pergi kemana?"

"Maaf kakak cantik gak bisa bilang. Sea baik-baik ya di rumah jangan berantem lagi sama Kak Dewa. Salam juga buat kak Dewa sama Papa Sea ya. Kakak cantik makasih banget udah di bolehin tinggal di sini," ujar Tasya panjang lebar.

"Nggak kakak cantik gak boleh pergi!" Seana menggenggam erat tangan Tasya.

Tasya berdiri dan berusaha melepas genggaman tangan Seana.

"Kakak cantik jangan tinggalin Sea!" teriak Sea saat Tasya mulai melangkahkan kakinya keluar rumah.

Tasya menghapus air matanya dan berusaha untuk tetap tegar. Tasya tidak kuat melihat mata Seana yang berkaca-kaca. Tasya tidak tega meninggalkan gadis kecil itu karena Tasya sudah menganggap Seana sebagai adiknya sendiri.

Tasya segara masuk ke dalam mobil Farel yang sudah terparkir di depan rumah Marsel. Pria itu sudah menunggunya di sana.

Seana menatap nanar kepergian mobil yang membawa kakak cantiknya. Gadis kecil itu terduduk ke lantai dengan derai air mata.

*****

Di sisi lain saat di dalam mobil Farel, Tasya merasakan ketegangan. Farel mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Rel, kenapa kamu mendadak gini ngajak perginya? Bukannya kita pergi minggu depan?" tanya Tasya.

Farel diam tidak menjawab. Tasya melihat aura dingin menyelimuti pria itu. Ada apa dengan Farel.

Beberapa menit kemudian mobil Farel berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Tasya mengerutkan keningnya, rumah siapa itu.

Farel turun dari mobil dan menarik tangan Tasya tanpa banyak kata. Tasya menahan tangan Farel.

"Ini rumah siapa Rel?" tanya Tasya.

"Jangan banyak tanya. Ikut aja."

Farel kembali menarik tangan Tasya untuk masuk ke dalam. Dan gadis itu pun menurut.

Tok... tok... tok...

Farel mengetuk pintu rumah orang itu. Tak lama keluar seorang wanita paruh baya dengan baju kebaya.

"Boleh kami masuk?" tanya Farel meminta izin. Wanita itu mengangguk lalu mempersilahkan Farel dan Tasya masuk.

Setelah masuk Farel dan Tasya duduk bersampingan. Sampai saat ini Tasya tidak tahu apa tujuan Farel mengajak dirinya ke tempat ini. Dan siapa wanita paruh baya ini.

"Jadi tujuan kami ke sini ingin meminta bantuan Mbah untuk menggugurkan kandungan pacar saya."

Deg. Tasya membelakkan matanya menatap Farel tidak percaya. Apa maksud dari ucapan Farel barusan. Apa dia ingin membunuh anaknya sendiri. Tasya berdiri menatap Farel tajam.

"Kamu apa-apaan sih, Rel! Kamu mau aku gugurin anak ini!" ucap Tasya.

"Sya, dengerin penjelasan aku dulu. Ini aku lakuin demi---"

"Demi apa!" potong Tasya emosi. Nafas gadis itu tidak beraturan.

"Tega kamu ya mau ngebunuh anak kamu sendiri. Emang gak punya hati kamu!" bentak Tasya.

"Ini demi kebaikan kita Sya! Aku gak mau kehilangan kamu dan kita harus mengorbankan anak di dalam kandungan kamu," ujar Farel.

"Nggak aku gak mau!" tolak Tasya. Untuk pertama kalinya Farel melihat tatapan amarah yang begitu besar di mata Tasya.

"Kalau kamu gak mau tanggung jawab gak gini caranya. Aku bisa kok besarin anak ini sendiri tanpa kamu!!"

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now