[38]TRAVMA

35.6K 2.8K 47
                                    

Holaa, selamat malam semuanya...

Sebelum baca jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian di sini. Dan jangan lupa juga ajak teman kalian untuk baca cerita ini.

Thanks and happy reading🖤

*****

"Lo belum pernah kan di cekokin pakai biji onta? Mau nyobain gak?"

Yola datang dan menggebrak meja dua siswi yang baru saja nyinyirin sahabatnya.

Dua siswi itu menciut menatap wajah Yola yang menyeramkan. Tatapannya seperti akan menguliti mereka hidup-hidup.

"Kenapa diam? Ayo ngomong lagi!" bentak Yola.

Tasya menghela nafasnya pelan lalu menarik tangan Yola dari meja siswi itu.

"Jangan marah-marah gitu, gak enak di liatin anak-anak," bisik Tasya.

"Mulut mereka itu gak bisa di diemin tau gak. Perlu gue cekokin pakai biji onta!" Yola hendak menghampiri dua siswi itu lagi namun Tasya menahannya.

"Nggak usah, nggak apa-apa."

"Nggak apa-apa gimana. Mereka udah hina lo, Sya!" ucap Yola tidak habis pikir.

"Sya, kamu jangan terlalu baik. Sekali-kali kamu perlu jahat untuk menutup mulut jahat mereka!" ujar Marsel.

Tasya mengembangkan senyumnya seakan-akan tidak memiliki beban.

"Biarin aja nanti juga capek sendiri kok," ujar Tasya.

"Lo gak punya niat untuk bungkam mulut-mulut kurang ajar mereka? Jangan terlalu pasrah lah jadi manusia!" kesal Yola. Kenapa ada manusia yang diam saja saat dirinya di rendahkan.

"Gini ya, kita hanya memiliki dua tangan yang gak bisa bungkam semua mulut yang membicarakan keburukan kita. Tapi, dengan dua tangan itu kita bisa tutup telinga kita dari mulut jahat mereka. Kita hanya perlu jalanin hidup tanpa harus ribet mendengarkan tanggapan orang lain ke kita. Percuma kita meladeninya karena gak akan pernah ada habisnya," kata Tasya bijak.

Yola dan Marsel sama-sama tidak bisa menjawab perkataan Tasya. Tasya bijak dalam hal menghadapi masalah tapi gadis itu sudah terlalu baik.

"Kalian bisa dengar kan? Buka mata kalian lebar-lebar. Orang yang lo semua rendahkan sama sekali gak punya niat buat balas omongan jahat kalian. Masih ada ya manusia yang menilai baik buruknya orang dari luarnya aja. Pakai tuh otak!" emosi Yola.

"Halah, pencitraan!" celetuk salah satu siswa.

"Wah bacot lo! Sini gue robek mulut!" Yola hendak menghampiri siswa yang mulutnya sangat lemes itu. Namun Tasya menahannya.

"Ngomong di depan gue sini lo!" gertak Marsel juga akan menghampiri siswa itu. Lagi-lagi Tasya menahan lengan Marsel agar tidak menghampiri orang itu.

"Udah biarin aja, nggak usah di ladenin. Mau sebaik apapun kita akan tetap buruk di mata pembenci jadi kalian gak usah ladenin!" ucap Tasya.

"Sya, dia gak bisa di diemin!"

"Terus kalian mau gimana? Mau pukul dia? Menurut kalian setelah kalian pukul orang yang gak suka sama gue, bisa bikin mereka suka? Nggak. Jadi jangan buang tenaga kalian ke hal yang gak penting kayak gini!"

"Panggilan kepada Anastasya Anugraha untuk segara ke ruang kepala sekolah. Sekali lagi panggilan kepada Anastasya Anugraha untuk segara ke ruang kepala sekolah. Terimakasih!"

Suara dari toa sekolah mengalihkan atensi mereka. Tasya mengerutkan keningnya.

"Kenapa lo di panggil ke ruang kepala sekolah?" tanya Yola.

"Nggak tau." Tasya mengedikkan bahunya juga tidak tahu.

Tasya hendak keluar dari kantin namun langkahnya terhenti saat Farel dan Stella masuk ke dalam kantin. Tasya terus memandangi Farel yang sama sekali tidak meliriknya.

"Kita pergi aja dari sini," ujar Marsel menarik lengan Tasya keluar dari kantin.

*****

Yola dan Marsel menemani Tasya pergi ke ruang kepala sekolah. Tapi mereka hanya bisa melihat dari luar jendela.

"Tasya, bagaimana bisa kamu mempermalukan nama sekolah kita. Kamu itu siswi terbaik di SMA PANDU tapi kenapa berita seperti itu melekat di diri kamu!" ucap wanita paruh baya yang duduk di kursi kebesarannya.

Tasya duduk di kursi depan meja kepala sekolah dengan kepala tertunduk.

"Maaf, Bu tapi berita itu tidak benar," ujar Tasya.

"Jika tidak benar kenapa kamu tidak berusaha untuk membersihkan nama kamu. Ini sudah satu minggu lebih tapi beritanya masih panas di perbincangkan!" ujar Bu Vivi. Sang kepala sekolah.

"Kalau begini terus kamu bisa di eliminasi dari peserta olimpiade. Saya tidak bisa mengirim siswi yang bermasalah seperti kamu. Bisa-bisa nama SMA ini ternodai!"

Brakk

Pintu ruangan terbuka menampilkan Marsel dan juga Yola. Mereka berdua langsung menerobos masuk ketika mendengar Tasya akan di eliminasi.

"Nggak bisa gitu dong Bu. Cuma satu masalah kecil Ibu akan eliminasi Tasya dari peserta olimpiade. Selama ini Tasya udah banyak membawa prestasi ke sekolah ini!" bela Yola.

"Jangan cuma gara-gara satu masalah Ibu akan eliminasi siswi yang udah buat nama sekolah ini harum!" protes Marsel.

"Kalian ini tidak punya sopan santun ya, masuk ke dalam ruangan tanpa se izin saya!" marah Bu Vivi.

"Kita cuma bela teman kita kok Bu. Tasya gak salah dan berita itu fitnah!"

"Saya juga punya alasan kenapa mau eliminasi Tasya. Bukan hanya karena berita itu tapi juga nilai Tasya!"

Bu Vivi melemparkan kertas ulangan ke atas meja.

"Kamu lihat ini. Akhir-akhir ini nilai kamu menurun Tasya. Gimana Ibu bisa percaya kamu bisa menang di olimpiade nanti," ujar Bu Vivi.

"Beri saya kesempatan Bu, saya akan memperbaiki nilai saya. Tapi jangan eliminasi saya Bu," mohon Tasya.

"Iya Bu, beri Tasya kesempatan untuk memperbaiki nilainya. Dan saya juga akan berusaha membersihkan nama baik Tasya," ujar Marsel.

"Baik. Saya akan beri waktu kamu satu minggu untuk memperbaiki nilai dan membersihkan nama baik kamu. Jika tidak, kamu akan tereliminasi dari peserta olimpiade tahun ini."

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now