[8]TRAVMA

39K 3.4K 8
                                    

Tasya baru saja keluar dari kamar mandi. Ia sudah rapi dengan piyama bermotif arum manis kesukaannya.

Saat Tasya berada di depan cermin ponselnya berdering. Tasya langsung mengangkat telpon dari Bian.

"Kenapa bang?" ucap Tasya saat sambungan terhubung.

"Hari ini abang ada studi tour ke bandung selama 3 hari, kamu jaga diri baik-baik di rumah ya. Jangan suka begadang kalau gak ada abang, jangan males makan juga!" Peringat Bian dari sebrang.

Bian sangat tahu kebiasaan buruk adiknya yang suka begadang. Selain suka begadang Tasya juga susah untuk di suruh makan dengan alasan malas untuk turun. Itulah kenapa Bian selalu berat untuk meninggalkan Tasya sendiri di rumah.

"Iya abang ganteng ku. Oh ya, Tasya mau pinjam buku kimia bang Bian dong soalnya besok Tasya ada ulangan."

"Kayaknya ada di gudang deh Sya, coba aja kamu cari disana."

"Kok bisa sih buku ada di gudang!" kesal Tasya.

Tidak seharusnya buku itu ada di dalam gudang. Bagi Tasya buku itu adalah jendela dunia, dimana ia bisa melihat isi dunia tanpa melakukan perjalanan, hanya cukup membaca sebuah halaman.

"Sama abang kan udah gak kepakai."

"Ish! Kan masih bisa di pakai sama Tasya abang. Harusnya abang kasih ke Tasya jangan di taruh di gudang!"

Tasya mendengar helaan nafas dari sebrang. Mungkin Bian sudah tidak bisa lagi membela diri dari ocehan adiknya yang super suka membaca buku itu.

"Iya abang salah, maaf ya tuan putri."

"Yaudah."

Tasya memutuskan penggilan telponnya, ia harus belajar malam ini karena besok akan ada ulangan. Tasya tidak mau nilainya turun dan membuat Mama nya kecewa akibat dirinya lupa belajar.

Tasya pergi ke gudang untuk mencari buku kimia milik Bian. Bian selalu menulis rumus-rumus kimia di bukunya yang bisa Tasya pahami.

Tasya membongkar satu persatu kardus di gudang itu. Susah untuk Tasya menemukannya karena terlalu banyak barang tidak terpakai yang tersimpan di dalamnya.

Semua kardus yang berada di rak tidak ada satupun yang berisi buku kimia Bian. Ini yang bikin Tasya kesal jika buku di taruh di gudang pasti akan sulit untuk mencarinya.

Tasya melihat satu kardus yang berada di balik pintu. Hanya tinggal satu kardus itu yang belum Tasya cek. Tasya yakin bukunya ada di dalam kardus itu. Tasya mengambil dan memindahkan kardus itu ke atas meja.

Tasya membuka kardus itu, tak sengaja ia melihat ada satu foto seorang anak kecil berusia 4 tahun bersama seorang pria paruh baya yang memegang perut seorang wanita hamil.

"Mama," lirihnya saat melihat wanita hamil itu adalah Tyas.

"Siapa anak kecil dan pria berkumis di dalam foto ini?"

Selama ini Tasya tidak pernah melihat foto keluarganya bahkan ia tidak melihat foto pernikahan mama dan papanya. Di rumah ini ia sama sekali tidak pernah melihat foto masa kecil Bian dan Tasya juga tidak pernah tahu bagaimana wajah asli papa nya.

Apa anak kecil dan pria berkumis di dalam foto ini adalah Bian dan Papa nya? Tasya membalik foto itu, di belakangnya ada sebuah tulisan yang sudah mulai pudar.

Keluarga kecil kami....

Abian Fahmi, putra pertama kami dan dua bulan lagi akan lahir seorang peri kecil sebagai pelengkap keluarga kecil kami.

Coming soon baby girl...

Kurang lebih seperti itu tulisan di balik foto itu. Sebagian tulisan itu sudah pudar hanya itu yang bisa Tasya baca. Mata Tasya mulai memanas, apakah ini benar papa nya. Di balik foto itu bertuliskan nama Bian yang artinya anak kecil itu benar Bian kakak nya.

Tasya keluar dari gudang untuk meminta kejelasan dari mama nya. Tasya mengetuk pintu kamar Tyas sampai menampilkan wajah datar Tyas.

Dengan tangan gemetar Tasya menyodorkan foto itu kehadapan Tyas.

"A-apa ini b-benar Papa, Ma?" tanya Tasya dengan suara takut.

Mata Tyas membulat dengan sempurna. Bagaimana Tasya bisa menemukan foto itu. Tyas segara merebut foto itu dari tangan Tasya.

"Dari mana kamu dapat foto ini?!" tanya Tyas tegas.

"G-udang."

"Ngapain kamu ke gudang? Siapa yang izinin kamu masuk ke dalam gudang?!"

Tasya takut melihat kemarahan Tyas. Untuk pertama kalinya Tyas membentak Tasya, jika sebelumnya Tyas hanya menatapnya datar hari ini Tyas membentaknya.

"M-maaf Ma, tapi... apa benar itu Papa?" tanya Tasya masih penasaran.

"Kamu gak perlu tahu dia siapa? Tugas kamu itu hanya belajar bukan untuk cari tahu siapa Papa kamu!" bentak Tyas.

"Tapi Tasya pengen tahu siapa Papa Tasya Ma!"

Tasya juga menaikkan sedikit oktaf suaranya. Tasya semakin penasaran siapa pria berkumis di dalam foto itu saat Tyas sangat marah seperti ini ketika Tasya memegang foto itu.

"Kamu gak perlu tahu!"

"Kenapa?! Dari kecil Tasya gak pernah tahu wajah Papa seperti apa. Bahkan di dalam rumah ini gak ada satu pun foto Papa!"

"Kamu gak tahu apa-apa Tasya! Sekarang kamu masuk kamar dan belajar!" suruh Tyas. Dari raut wajah nya Tasya bisa melihat Tyas menahan amarah. Apa yang sebenarnya mama nya itu sembunyikan.

"Karena Tasya gak tahu apa-apa makanya Tasya tanya sama Mama. Kenapa gak ada satupun foto Papa dirumah ini? Apa Tasya bukan anak kandung Mama?"

PLAK!

Tasya terkejut ketika tangan mulus Tyas mendarat dengan sempurna di pipinya. Apa Tyas benar menamparnya? Untuk pertama kali nya Tasya merasakan tamparan dari tangan Mama nya.

"Ma...." Lirih Tasya menatap Tyas tidak percaya.

Buliran bening seketika lolos dari matanya. Apa ada yang salah dengan pertanyaan Tasya sampai Tyas tega menamparnya?

Tyas terlihat panik, ia langsung menutup pintu kamarnya dengan keras.

BRAK!

"Mama! Mama buka pintunya Ma!"

Tasya menggedor-gedor pintu kamar Tyas. Tyas belum menjawab satu pun pertanyaannya. Tasya butuh jawaban dari segala pertanyaannya.

Tasya merosot di depan pintu kamar Tyas dengan isakannya. Tasya menggedor pelan pintu kamar Tyas berharap Tyas akan keluar dan memberitahu Tasya semua jawaban atas pertanyaannya.

"Tasya cuma ingin tahu siapa Papa, Ma. Buka pintunya Ma, Tasya mohon," mohon Tasya namun tidak ada balasan dari kamar mama nya.

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now