[16]TRAVMA

37.3K 3.1K 120
                                    

"Munafik jika seorang wanita bilang baik-baik saja ketika ia melihat pasangannya lebih dekat dengan wanita lain meskipun itu hanya sekedar teman." -Kata hati Tasya.

*****

Malam ini Tasya terlihat sangat anggun dengan gaun biru selutut nya. Di tambah rambut sepunggungnya yang di biarkan terurai.

Tasya memoles sedikit lipglos di bibirnya sebagai sentuhan terakhir agar tidak terlihat pucat . Tasya tidak begitu suka make up jadi ia hanya berdandan sebisanya.

Terdengar suara mesin mobil di luar. Tasya membuka gorden balkon untuk memastikan itu mobil Farel atau bukan. Ternyata benar, itu mobil Farel yang sudah terparkir di depan rumahnya.

Tasya mengambil tas selempang lalu bergegas turun ke bawah. Tasya segera membuka pintu dan menemui Farel.

Saat pintu terbuka, Farel terpaku melihat penampilan Tasya pada malam hari ini. Farel menatap Tasya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.

"Kamu cantik banget," ucap Farel membuat pipi Tasya bersemu.

Tasya mengulum senyumnya malu saat Farel memuji dirinya cantik.

"Hai Sya!"

Senyum Tasya kian memudar ketika Stella muncul dari belakang tubuh Farel. Farel benar-benar mengajak Stella untuk ikut makan malam bersama mereka. Jujur, semenjak kejadian waktu itu Tasya sedikit tidak suka dengan keberadaan Stella di dekat Farel.

Setiap kali terjadi sesuatu kepadanya maka Farel akan mengabaikan Tasya. Bahkan juga menyalahkan Tasya atas kejadian yang ia sendiri tidak tahu.

"Kita berangkat?" tanya Farel yang di balas anggukan oleh Tasya.

Farel membukakan pintu untuk Tasya membiarkan Tasya duduk di sampingnya. Tasya cukup bahagia dengan perlakuan Farel malam ini. Ia pikir yang akan duduk di samping Farel adalah Stella.

*****

Di tengah perjalanan Stella tidak ada hentinya bercerita tentang kebahagiannya di sekolah. Semenjak sakit Stella hanya bisa belajar dari rumah membuatnya sangat jenuh.

"Lo tau gak sih Rel, gue tuh bahagia banget bisa masuk sekolah lagi. Apalagi bisa kenal sama Tasya dan teman-teman yang lain berasa hidup gue yang abu-abu kini penuh warna!"

"Ya bagus kalau lo bahagia karena itu juga berpengaruh buat kesehatan lo," ujar Farel.

Farel dengan setia mendengarkan semua keluh kesah Stella. Tasya hanya bisa tersenyum melihat kedekatan Stella dengan Farel, mengingat tengang penyakit Stella wajar sih jika Farel begitu protektif menjaga Stella.

Melihat senyum Stella membuat Tasya merasa bersalah karena sudah beranggapan bahwa Stella lah yang merebut kebahagiannya. Jika Tasya yang berada di posisi Stella mungkin ia tidak akan sekuat Stella menghadapi penyakitnya seorang diri.

Ting!

Tasya membuka ponselnya saat ada pesan masuk. Tertera nama Yola pengirim pesan itu.

"Ingat, jangan pernah lo anggap remeh keberadaan Stella karena dia lah yang akan terus merusak kebahagian lo."

Tasya segera mematikan ponselnya dan menaruhnya kembali kedalam tas. Apa maksud Yola mengirim pesan seperti itu.

"Kamu kenapa Sya?" tanya Farel saat melihat perubahan di wajah Tasya.

"Eum... gapapa."

*****

"Seru banget ya makan malam bertiga di atas rooftop dengan pemandangan kota seperti ini," ujar Stella.

Makan malam dengan pemandangan kota di temani dengan sinar rembulan yang menambah kesan romantis baru Stella rasakan hari ini.

"Lo suka?" tanya Farel.

"Suka banget Rel. Makasih ya!" Stella menggenggam tangan Farel tepat di depan mata Tasya.

Tasya hanya menatap tangan Farel yang membalas genggaman tangan Stella. Stella berusaha untuk tidak cemburu, mungkin hal itu sudah biasa Stella dan Farel lakukan.

Selesai makan Tasya, Farel, dan Stella berdiri di tepi rooftop melihat langsung keindahan lampu-lampu kota dan banyak kendaraan yang berlalu lalang di bawahnya.

"Dingin banget ya?" ujar Stella saat merasakan kulitnya di tusuk-tusuk oleh angin malam.

Melihat Stella yang yang meringkuk kedinginan Farel membuka jaketnya dan memasangkannya di bahu Stella. Lagi-lagi Tasya harus melihat perhatian Farel untuk Stella padahal dirinya juga kedinginan. Jika di lihat baju Tasya lebih terbuka daripada Stella namun Farel lebih memilih Stella untuk mendapatkan jaketnya.

Makan malam hari ini sama sekali tidak sama dengan ekspetasi Tasya. Tasya pikir malam ini adalah malam kebahagiannya bersama Farel namun realita menamparnya untuk tidak terlalu berangan tinggi.

Tasya menoleh kearah Farel saat merasa tangannya di genggam oleh Farel.

"Kamu juga kedinginan kan? Gapapa ya kamu gak dapat jaket. Semoga genggaman aku ini bisa sedikit menghangatkan mu."

Sudut bibir Tasya terangkat, Farel masih memperdulikannya bahkan rasa dingin malam ini tidak lagi Tasya rasa setelah genggaman Farel di tangannya.

Tasya menyandarkan kepalanya di pundak Farel membiarkan rasa sakit tentang keluarganya hilang sejenak.

"Jangan berubah ya, Rel," ujar Tasya pelan.

Farel menoleh kearah Tasya yang menatapnya sendu. Dari tatapannya Farel bisa melihat jika gadisnya sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu lagi ada masalah?" tanya Farel.

Tasya menggelengkan kepalanya pelan."Nggak selagi kamu di samping aku," ujar Tasya.

"F-farel," panggil Stella.

"Stella!" Farel langsung melepaskan genggaman tangannya di tangan Tasya saat melihat darah mengalir di hidung Stella.

"Hidung lo berdarah!" Farel langsung menggendong tubuh Stella yang hampir limbung.

"Tasya kamu tunggu disini. Jangan kemana-kemana, aku anterin Stella dulu kerumah sakit. Aku jemput kamu setelah ini!" Farel langsung membawa Stella keluar dari rooftop meninggalkan Tasya sendiri.

"T-tapi, Rel!" Tasya hendak menghentikan Farel namun sudah terlebih dahulu menghilang dari balik pintu.

TRAVMA (Segera Terbit)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant