[64]TRAVMA

34.8K 2.6K 78
                                    

Tasya berjalan menyusuri jalan sepi itu sendiri. Gadis itu tidak tahu harus melangkahkan kakinya kemana lagi. Tasya tidak tahu saat ini ia berada di mana. Air matanya terus berderai, ia takut sendiri. Kenapa Farel begitu tega meninggalkan dirinya sendiri.

"Halo cantik."

Dua orang berbadan kekar itu tiba-tiba menggoda Tasya yang berjalan seorang diri. Tasya mengepalkan tangannya takut.

"J-jangan ganggu s-saya, saya mau pulang," cicit Tasya takut.

Dua orang itu tertawa geli."Mau kemana buru-buru banget. Main-main dulu sini sama kita," ujar salah satu orang itu.

"N-nggak s-saya mau pergi!"

Tasya akan berlari dari dua orang asing itu namun mereka terlebih dulu menarik tangan Tasya ke semak-semak.

"Lepasin saya tolong!" teriak Tasya. Gadis itu terus memberontak namun para preman itu semakin mengeratkan genggamannya di lengan Tasya.

"Percuma teriak gak akan ada yang dengar," kekeh satu orang lagi.

Preman itu menelentangkan tubuh Tasya ke rumput. Salah satu preman itu memegang kedua tangan Tasya satu lagi kakinya. Tasya sudah berusaha untuk memberontak namun tenaganya tidak kuat untuk melawan.

"Saya mohon jangan apa-apakan saya. Saya lagi hamil!" mohon Tasya yang terus saja memberontak.

"Haha dia lagi hamil bro. Enaknya kita apain nih?" tanya salah preman yang memegang tangan Tasya.

"Sikat aja udah! Emas jangan di lepas," sahut preman yang memegang kaki Tasya.

Preman yang memegang kaki Tasya itu duduk di paha gadis itu. Lalu ia merobek baju lengan Tasya. Gadis itu berusaha untuk melepaskan cekalan preman itu di tangannya.

"S-saya mohon j-jangan!" isak gadis itu. Semakin keras isakan Tasya semakin senang juga kedua preman itu.

Pria yang memegang tangan Tasya juga menarik baju bagian dada gadis itu hingga tanktop nya terlihat. Tangan Tasya berusaha untuk menutup bagian dadanya yang terekspos.

"J-jangan!"

Tawa geli mereka semakin menggelegar di telinga Tasya. Saat ini Tasya berharap akan ada keajaiban yang bisa menolong dirinya dan juga calon anaknya.

Tangan Tasya yang satu berusaha untuk mencari sesuatu yang bisa ia gunakan sebagai senjata.

Saat pria yang menduduki paha Tasya ingin menciumi wajahnya, gadis itu menaburkan tanah pada wajah pria itu. Merasa memiliki kesempatan untuk kabur Tasya menendang aset pribadi pria itu hingga turun dari atas pahanya. Tasya bangkit dan mendorong preman satunya lagi.

Belum Tasya melangkahkan kakinya untuk berlari, preman satunya lagi menarik kakinya hingga kening gadis itu terbentur pada batu. Tasya merasakan sakit di keningnya yang sangat teramat. Pandangan Tasya juga gelap tapi masih berusaha untuk tetap sadar.

Tasya menendang wajah preman yang memegang kakinya hingga cekalan di kakinya terlepas. Dengan cepat Tasya bangkit dan berlari dari semak-semak. Gadis itu berlari menjauhi preman yang masih mengejarnya.

"Jangan lari lo!" teriak preman itu.

Tasya menggunakan sisa tenaganya untuk berlari dari preman itu. Tasya memegang perutnya yang terasa sakit.

"Tahan ya nak," ucap Tasya.

Penampilan gadis itu jauh dari kata sempurna. Bajunya robek dan ada luka di beberapa bagian tubuhnya.

Tin...tin... tin...

Tasya membelakkan matanya ketika cahaya terang menyapu pandangannya. Mobil dengan kecepatan tinggi langsung menabrak tubuh gadis itu hingga terpental ke trotoar.

TRAVMA (Segera Terbit)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin