[7]TRAVMA

40.3K 3.8K 262
                                    

Buat yang baca vote nya jangan bolong-bolong yups... Yuk dukung karya para author dengan cara vote dan komen.

Terimakasih....

Baca doang vote kagak, seperti anda yang mengharapkan balasan pesan dari dia namun hanya centang dua biru yang terlihat.

*****

Tasya kembali masuk ke sekolah seperti biasa. Tasya berjalan gontai sendiri di koridor menuju ke kelas.

"Tasya!"

Tasya menghentikan langkahnya saat ada yang memanggil namanya. Farel berdiri di depan Tasya dengan nafas terengah-engah.

Tasya menatap Farel datar, ia masih kesal dengan Farel yang tiba-tiba tidak jadi menjenguknya. Tasya sudah bersusah payah masak untuk Farel namun Farel malah membatalkan nya begitu saja.

"Kamu marah ya sama aku?" tanya Farel.

Mengapa pertanyaan Farel membuat hati Tasya sakit. Apa Farel tidak bisa melihat ekspresi wajah Tasya yang kesal begitu.

Tasya menghela nafasnya sebentar lalu memaksakan senyumnya kepada Farel.

"Nggak kok," jawab Tasya lalu melanjutkan kembali langkahnya.

"Argh!" ringis Tasya saat Farel tak sengaja menyentuh lengan Tasya yang terbakar kemarin.

Mata Farel langsung membola dengan sempurna ketika melihat lengan Tasya ada luka bakar. Tadinya Farel ingin menghentikan langkah Tasya namun tak sengaja menyentuh bekas luka bakar di lengannya.

"Tangan kamu kenapa Sya?"

Tasya melepaskan tangan Farel dari lengannya.

"Nggak apa-apa."

"Gapapa gimana, tangan kamu kebakar gini."

"Aku gapapa Rel, kamu gak perlu khawatir."

Tasya kembali melanjutkan langkah nya menuju kelas meninggalkan Farel sendiri di koridor. Untuk hari ini Tasya sudah mulai lelah memaklumi sikap Farel yang selalu saja memprioritaskan Stella di banding dirinya.

*****

Tasya duduk di bangku taman seorang diri. Tasya ingin merasakan keheningan terlebih dahulu. Menjadi seseorang yang memiliki hati lembut ternyata tidak enak ya. Tasya ingin marah namun hatinya menolak melakukan hal itu.

Tasya memejamkan mata indahnya menikmati angin sepoi-sepoi yang bebas menyapu wajah cantik Tasya.

Tasya membuka matanya ketika merasa ada tangan yang menyibak rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Tasya menatap seseorang di depannya.

"Maaf kalau aku bikin kamu kecewa," ujar seseorang di depan Tasya.

"Semalam aku udah mau jalan kerumah kamu, tapi..."

"Tapi kenapa Rel?"

Ya, seseorang itu adalah Farel. Tadi Farel mencari Tasya ke kelasnya namun kata teman sekelasnya Tasya pergi ke taman belakang sekolah.

Farel menghela nafasnya sebelum mengalihkan pandangannya lurus ke depan. Tatapan sendu Tasya membuat Farel lemah, ia jadi merasa bersalah karena semalam ia tidak menepati janjinya.

"Kamu tahu kan Stella itu lagi sakit, sedangkan orang tuanya malah sibuk bekerja. Stella adalah orang pertama yang hadir di hidup aku Sya. Bahkan dia adalah orang yang banyak merubah sikap aku," cerita Farel.

Tasya tertarik dengan cerita Farel, ia memasang telinganya baik-baik. Peran Stella ternyata begitu penting di hidup Farel, sampai Stella memiliki tempat yang istimewa di dalamnya.

"Aku gak bisa Sya biarin Stella menderita sendirian. Stella udah kehilangan kasih sayang orang tua nya sejak kecil. Dan semalam saat pembantu di rumah Stella ngabarin aku kalau dia masuk rumah sakit aku langsung panik."

Farel menundukkan kepalanya, ia pikir ia akan kehilangan Stella semalam. Kondisi Stella memburuk membuat Farel terpaksa membatalkan janjinya kerumah Tasya.

Farel menyandarkan kepalanya di bahu Tasya. Farel merasa nyaman dan tidak ingin kehilangan sandaran itu.

"Jangan pernah pergi ya Sya, aku cuma punya kamu untuk jadi sandaran aku. Cukup kepergian Stella yang menjadi ketakutan terbesar dalam hidup aku," lirih Farel tanpa sadar menyakiti perasaan Tasya.

*Kamu tidak ingin gadis lain menderita, tanpa sadar kamu telah membuat gadismu sendiri menderita*

*Kamu tidak ingin gadis lain menderita, tanpa sadar kamu telah membuat gadismu sendiri menderita*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini Farel mengajak Tasya pergi ke taman kota sebagai permintaan maafnya. Mereka berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertautan.

"Kamu boleh beli apa yang kamu suka bakal aku turutin," ujar Farel.

"Serius?" Tanya Tasya memicingkan matanya menatap Farel.

"Serius. Ini tuh sebagai permintaan maaf aku ke kamu karena semalam aku gak datang kerumah kamu. Bang Bian udah cerita sama aku kalau kamu masak makanan favorit aku sampai tangan kamu kebakar gini."

Farel semakin merasa bersalah saat Bian menceritakan kejadian itu kepadanya. Farel menggenggam lengan Tasya yang terbakar lalu meniupnya pelan.

"Cepat sembuh ya," ucapnya pelan.

Tasya seperti di bawa terbang dengan perlakuan manis Farel barusan. Jantung Tasya berdetak tak karuan. Rasa kesal yang ada di dalam dirinya seketika hilang.

"Aku mau itu." Tasya menunjuk ke arah penjual arum manis yang terletak di pinggir jalan.

"Yuk beli," ajak Farel langsung.

Farel tidak melepaskan genggaman tangannya di tangan Tasya barang sedetik pun. Ia ingin menunjukkan jika Tasya itu miliknya.

Setelah membeli arum manis yang Tasya minta, Farel mengajak Tasya untuk duduk di salah satu bangku di taman itu. Tak sengaja Farel melihat ibu-ibu penjual bunga. Farel tidak tega melihat bunga-bunga ibu itu tidak laku dan memutuskan untuk membelinya.

"Bu, bunga ini berapaan?"

Farel menunjuk salah satu bunga buket yang isinya mawar merah semua.

"120 ribu saja mas. Bunga pilihan mas nya cocok sama pacarnya yang cantik ini," puji Ibu penjual itu saat melihat Tasya di samping Farel.

Tasya tersenyum malu, tidak menyangka jika Farel bisa seromantis ini dan akan membelikannya bunga.

"Bunga ini untuk sahabat saya yang lagi sakit Bu," ujar Farel.

Mendengar perkataan Farel membuat senyum Tasya memudar. Tasya melepas tangannya dari genggaman Farel namun Farel tidak sadar akan hal itu. Farel terus tersenyum memandangi bunga mawar itu.

*****

Saat ini mereka berdua duduk di salah satu bangku kayu di taman itu. Sedari tadi Tasya hanya diam saja seraya memakan arum manis nya.

"Kamu kenapa diam aja? Kamu sakit?

"Kamu beneran gak ada perasaan lebih sama Stella?"

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now