[30]TRAVMA

40.6K 3.3K 107
                                    

Holaa, malam ini aku tepati janji untuk double update. Jangan lupa ajak teman-teman kalian untuk baca cerita ini juga.

Jangan lupa untuk tinggalkan vote dan komen kalian di sini.

Bagi yang belum follow akun author follow dulu.

Jangan lupa share dan rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kalian.

Thanks and happy reading🖤

*****

Tasya berjalan gontai di koridor sekolah namun tatapan para siswa yang berlalu lalang menatapnya aneh.

"Mukanya aja yang polos tapi tingkahnya, ih jijik banget!"

"Jijik gue liat mukanya yang sok polos!"

"Eh, Sya gue mau pakai jasa lo malam ini. Tarifnya berapa?"

Seorang pria dengan perawakan tinggi yang Tasya kenal bernama Banu berdiri di depan Tasya mengucapkan hal yang Tasya tidak mengerti.

"Maksud lo apa?"

"Di depan gue lo gak usah sok polos deh, Sya. Semua orang udah tau kok lo mainnya sama om-om tajir," ucap Banu menatap Tasya rendah.

"Jangan kurang ajar ya, Nu! Gue gak serendah itu!"

"Iya gue tau lo gak serendah itu Sya makanya gue mau bayar lo tinggi buat temenin gue malam ini."

Tasya mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat agar tidak menampar mulut lemes Banu. Tasya tidak tau apa yang membuat Banu berpikir jika Tasya adalah gadis murahan. Tapi bicara Banu itu sudah kelewatan.

"Gue nggak ada waktu buat ladenin omong kosong lo!"

Tasya pergi dengan perasaan marah yang tertahan. Tasya berjalan mengabaikan sorakan para siswa tentangnya.

"Ouh, ini yang mukanya polos tapi mainnya sama om-om?"

Baru saja Tasya akan masuk ke dalam kelas, Sofi dan satu temannya menghadang jalan Tasya.

"Ngomong apasih lo?" tanya Tasya malas.

"Eum... lo gak ada niat traktir kita gitu? Semalam kan udah dapat duit dari om tajir," ujar Sofi memainkan rambut panjang Tasya.

Tasya menepis tangan Sofi dari rambutnya.

"Gue nggak ngerti apa yang lo omongin!"

"Aduh, Sya. Semua orang udah pada tau kali kalo itu pelac** ups!" Sofi menutup mulutnya seolah-olah menyesal sudah mengatakan itu.

Tasya berbalik badan menatap Sofi yang menertawakannya. Tasya curiga Sofi adalah dalang dari semua siswa yang menuduhnya jual diri.

"Sekali lagi lo ngomong gitu ke Tasya gue robek mulut lo!"

Yola berdesis dari belakang badan Tasya. Dengan wajah judesnya Yola menatap Sofi tidak suka. Yola menggenggam tangan Tasya erat.

"Tasya gak perlu jual diri untuk dapat duit. Orang tuanya udah kaya sejak dia lahir. Tasya bukan lo yang harus jual berita murahan hanya untuk sebuah sanjungan!" hardik Yola.

Sofi memutar matanya malas menatap Tasya dan Yola.

"Gue gak jual berita tapi emang beritanya udah tertempel di mading. Lagian kenapa sih lo sok belain dia. Bukannya lo benci banget sama dia," ujar Sofi.

"Gue emang benci sama Tasya tapi dia tetap sahabat gue!"

"Kalian berdua cocok kok. Sama-sama munafik!" kata Sofi langsung pergi meninggalkan mereka.

Setelah kepergian Sofi, Yola melepas genggamannya dari tangan Tasya.

"Jangan karena tadi gue belain lo di depan Sofi, lo anggap gue masih mau sahabatan sama lo. Nggak sama sekali!" ujar Yola.

Tasya tersenyum menatap Yola. Sudah lama Yola tidak membela Tasya saat ada orang yang merendahkannya. Namun sikap Yola perlahan mulai kembali seperti dulu.

"Gapapa lo benci gue tapi kita masih sahabatan kan?" ujar Tasya mengulang ucapan Yola barusan.

"Nggak. Sekarang ikut gue!"

"Kemana?" tanya Tasya mencegah Yola yang ingin menariknya.

"Lo gak dengar apa kata Sofi tadi? Berita lo ada di mading bego!" umpat Yola sebelum akhirnya Tasya pasrah di tarik oleh Yola.

*****

Banyak siswa dan siswi yang mengerubungi madin hanya untuk melihat langsung berita tentang Tasya.

"Minggir! Minggir!" Yola menerobos gerombolan orang itu dengan kasar.

"Balik lo semua ke kelas! Nggak ada yang perlu di tontonin di sini!" usir Yola.

Tasya membelakkan matanya saat melihat foto dirinya tengah menerima uang dari om-om tertempel di mading. Siapa yang melakukan hal ini kepadanya. Pantas saja banyak murid yang menuduhnya jual diri tapi foto ini sama sekali tidak sama dengan apa yang mereka semua pikirkan.

"Malah bengong! Cabutin cepat!" suruh Yola saat melihat Tasya hanya melongo melihat foto itu.

Tasya mengangguk lalu mencabut banyaknya foto itu di mading sebesar papan tulis.

"Buat apasih di cabut, semua orang udah tau kali kalo lo itu simpanan om-om!" ujar seorang siswi di belakang mereka.

"Diam atau gue robek mulut lo!" ancam Yola.

"Biar aku bantuin."

Marsel menghampiri Tasya lalu membantu melepaskan foto itu dari mading.

"Makasih."

"Lemparin aja dia pakai sampah!" usul siswa yang berada di sana.

"Iya benar. Sampah harus ketemu sama sampah!"

Semua murid yang berada di sana melempari Tasya menggunakan gumpalan kertas dan sampah yang mereka ambil di tempat sampah.

"HUU!! PERGI LO JALANG!!"

"Anjing lo semua!" umpat Marsel saat tubuh Tasya di lempari banyak sampah.

Dengan sigap Marsel membawa Tasya ke dalam dekapannya dan menggunakan badannya sebagai pelindung. Marsel membiarkan punggungnya terkena lemparan sampah hanya untuk melindungi Tasya.

"BERHENTI!" teriak seseorang dari ujung koridor.

Semua mata mengarah kepada suara berat itu. Tasya yang masih berada di dekapan Marsel bisa melihat Farel menggeram marah berjalan mendekatinya.

"Bangsat!"

Bug!

Satu pukulan Farel layangkan di pipi mulus Marsel hingga tersungkur ke lantai. Semua siswa terpekik kaget melihat tatapan Farel seperti orang kesetanan.

"Anjing lo! Ngapain lo peluk-peluk cewek gue hah!" pekik Farel marah.

"Sini lo bangsat!" Farel hendak kembali memukul wajah Marsel namun tertahan karena Tasya berdiri di depannya.

"Jangan, Rel!"

"Minggir, Sya!" suruh Farel.

"Nggak!" kekuh Tasya tetap berdiri di depan Marsel.

"Dia perlu di hajar karena udah berani peluk lo Tasya!"

Nada bicara Farel berubah menjadi sangat kasar itu tandanya Farel benar-benar sedang marah.

"Dia gak peluk aku, Farel!" ucap Tasya berusaha menenangkan Farel.

"Jelas-jelas dia peluk lo Tasya! Dan lo juga ngapain mau di peluk sama dia. Lo itu pacar gue jangan gatel sama cowok lain!"

Deg!

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now