[37]TRAVMA

37K 3K 88
                                    

Holaa, karena komen di chapter sebelumnya tembus 100 malam ini aku update buat kalian

Semoga suka🖤

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya, ya. Dan ajak teman-teman kalian untuk baca cerita ini juga.

Buat yang belum follow akun author cepat follow ya🖤

Thanks and happy reading🖤

*****

Selama satu minggu Tasya lalui tanpa ada kabar dari Farel. Farel tidak membalas pesan-pesannya, Farel juga tidak pernah menjawab telfonnya. Dan hari ini Tasya harap akan bertemu Farel dan akan minta maaf perihal waktu itu. Tasya mengakui jika dirinya salah telah mengabaikan Farel dan lebih memilih Marsel waktu itu.

Sungguh, Tasya tidak punya niat untuk memperkeruh hubungannya dengan Farel.

"Kamu kenapa bengong?" tanya Marsel.

Tasya berangkat sekolah bersama Marsel karena Bian melarang Tasya untuk berhubungan kembali dengan Farel.

Tasya menggeleng pelan."Gapapa."

Motor Marsel masuk ke area parkir SMA PANDU. Bersamaan dengan itu mobil Farel juga masuk. Tasya terus memperhatikan mobil Farel hingga terparkir berhadapan dengan motor Marsel.

Saat Marsel hendak membantu Tasya membuka helm, Tasya menolaknya.

"Aku bisa sendiri," ujar Tasya.

Farel keluar dari dalam mobil bersamaan dengan Stella. Tatapan Farel dan Tasya bertemu. Ini saatnya Tasya minta maaf ke Farel. Tasya tidak mau seperti orang asing saat bertemu dengan pacarnya sendiri.

Tasya berjalan mendekati Farel.

"Fa---"

"Masuk yuk."

Belum selesai Tasya menyapa, Stella terlebih dahulu menggandeng lengan Farel. Farel pun tidak masalah dan pergi begitu saja dari hadapan Tasya.

Tasya hanya bisa menatap punggung Farel yang mulai menjauh dari hadapannya. Sungguh Tasya menyesal telah mengabaikan Farel waktu itu. Tapi sikap Farel juga tidak bisa di benarkan. Tasya marah karena ingin Farel sadar jika tindakannya itu salah.

Tasya ingin Farel itu menyadari kesalahannya dan minta maaf. Itu saja. Tapi kenapa Farel malah balik marah kepadanya.

Dari belakang Marsel merangkul bahu Tasya.

"Nggak apa-apa masih ada babang tamvan di sini." Marsel menaik turunkan kedua alisnya.

Tasya menggelengkan kepalanya pelan lalu terkekeh. Tasya melepas tangan Marsel dari bahunya dan berjalan terlebih dahulu untuk masuk ke dalam sekolah.

"Malah di tinggal," gumam Marsel.

"Dinda! Tungguin kakanda!" teriak Marsel mengejar Tasya dari belakang.

*****

"Nama gue Tasya bukan Dinda!" dumel Tasya saat Marsel tidak ada henti menyanyikan trend lagu di salah satu aplikasi toktok.

"Tasya jangan marah-marah! Nanti kamu banyak ubannya. Marsel setia orangnya tak kan pernah mendua. Apalagi sama sahabatnya," nyanyi Marsel seraya memainkan rambut Tasya.

Tasya tertawa karena beberapa lirik ada yang Marsel ganti. Namun tawa Tasya terhenti saat menginjakkan kaki ke dalam kelas, ia melihat Farel sedang duduk di satu bangku dengan Stella.

Tasya merubah mimik wajahnya menjadi biasa saja. Ia melewati bangku Stella dengan melirik Farel namun Farel tidak meliriknya.

Tasya berjalan ke arah bangku yang berada di paling belakang. Namun langkah Tasya terhenti ketika melihat tulisan kasar dan nama-nama hewan di mejanya.

Marsel menghampiri Tasya yang terlihat kaget. Marsel juga kaget melihat meja Tasya di penuhi dengan cacian.

"Siapa yang berani kotorin meja Tasya maju sekarang!" teriak Marsel.

Semua murid di kelas itu terdiam tidak ada yang berani menjawab.

Tasya memegang lengan Marsel agar tidak emosi.

"Udah gapapa kok," ujar Tasya.

Saat Tasya hendak duduk, Marsel menarik lengan Tasya untuk kembali berdiri.

"Mulai sekarang kamu gak boleh duduk di kursi ini lagi!" ucap Marsel.

"Cih! Pasti senang tuh di belain sama gebetan barunya!" desis Stella di bangkunya.

"Stella, udah." Farel memperingati. Tangan Farel terkepal melihat laki-laki lain membela Tasya.

"Lo pindah!" suruh Marsel ke siswa yang duduk di sebelah bangkunya.

"T-tapi..."

Brakk

Marsel menendang kaki meja."Gue bilang pindah! Nggak usah pakai tapi-tapian!"

Siswa itu takut melihat tatapan Marsel yang sangat mengintimidasi. Lebih baik ia pindah sebelum Marsel yang menariknya untuk pindah.

Saat orang itu akan pindah, Tasya menahan bahunya.

"Nggak usah, gapapa." Tasya menyuruh orang itu untuk kembali duduk.

"Aku gapapa, Sel duduk di sana. Gak masalah kok," ujar Tasya berusaha tegar.

"Kamu yang gapapa. Tapi aku yang kenapa-kenapa. Aku gak rela kamu duduk di tempat yang banyak dengan cacian kayak gitu, Sya!" ujar Marsel tidak terima.

"Nggak apa-apa."

"Belajar kamu akan keganggu kalau ngeliat cacian itu," lirih Marsel tidak tega.

Tasya menatap Marsel dengan senyum mengembang, ia ingin meyakinkan Marsel jika dirinya baik-baik saja.

"Aku janji sama kamu kalau aku akan tetap fokus belajar," ujar Tasya sungguh-sungguh.

Marsel tidak bisa lagi membujuk Tasya untuk pindah duduk. Marsel tau Tasya tidak akan fokus belajar jika di mejanya banyak cacian tentangnya.

Marsel berjanji akan mencari siapa yang udah fitnah Tasya. Marsel janji hal ini tidak akan lama lagi.

*****

Bel istirahat sudah bergema di seluruh penjuru sekolah. Tasya beranjak dan pergi ke kantin seorang diri.

Namun saat berada di kantin ia tidak menemukan tempat duduk untuk makan. Lalu ia melihat ada teman kelasnya yang masih ada sisa satu kursi di meja mereka.

"Gue boleh gabung sama kalian gak?" tanya Tasya kepada Tiara dan 2 temannya.

"Sorry, Sya bukan kita ngelarang lo buat gabung. Tapi kita takut kena bully juga. Jadi lo cari tempat duduk lain aja," ujar Tiara.

Tasya mengangguk paham, berita tentang foto itu masih belum selesai jadi wajar jika tidak ada yang mau menerimanya.

"Di cariin malah ada di sini."

Marsel datang dan langsung merangkul pundak Tasya.

Tasya melepas tangan Marsel dari pundaknya. Ia merasa risih saat tatapan sinis se isi kantin mengarah kepadanya.

"Jangan gini, Sel. Gak enak di liatin," lirih Tasya.

"Baru juga putus sama Farel udah gandeng cowo baru aja," sindir salah satu siswi.

"Biasa, dia kan gatel. Mainnya aja sama om-om."

Brakk

"Lo belum pernah kan di cekokin pakai biji onta. Mau nyobain gak?"

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now