#3

866 56 1
                                    

Sedari tadi, Dervla terus saja berjalan mondar-mandir, di dekat belakang pintu rumahnya. Kini, ia benar-benar merasa begitu gelisah, dan juga tidak tenang.

"Franc, kau ada di mana? Kumohon, segera lah pulang, karena aku sangat mengkhawatirkanmu" batinnya, sambil terus berjalan mondar-mandir.


Clek. . .


Ia langsung menghentikan langkahnya, saat mendengar suara pintu yang dibuka. Dan dapat ia lihat, Franc yang baru saja memasuki rumahnya, dan sedang menutup serta mengunci pintunya.

"Franc! Akhirnya, kau pulang juga. Aku sangat mengkhawatirkanmu" ucap Dervla, yang langsung memeluk Franc, sehingga membuat pria yang dicintainya itu, menjadi bingung.

"Khawatir? Aku kan sudah meninggalkan catatan, di atas nakas. Apa kau tidak membacanya?" tanya Franc.

Segera Dervla melepaskan pelukannya, dan menatap wajahnya Franc, namun dahinya langsung mengerut, saat melihat bercak darah, yang terdapat pada keningnya Franc.

"Keningmu berdarah?" tanya Dervla, dengan dahinya yang mengerut. Dan kemudian, ia mengusap bercak darah tersebut, dengan telapak tangannya. Lalu ia memperhatikan bercak darah itu, dan menjilatnya.

"Tidak, keningku tidak berdarah" jawab Franc, sambil menggelengkan kepalanya.

"Lalu dari mana, darah ini berasal?" tanya Dervla, yang kemudian terdiam sejenak, dan menatap Franc, "Atau, jangan-jangan. . ." ucapnya, dengan kedua matanya yang membelalak. Lalu ia segera berjinjit, dan mengecek kepalanya Franc.

"Hey! Apa yang kau lakukan sayang?" tanya Franc, yang terlihat bingung.

"Sepertinya kau terluka, Franc. Tapi di mana lukanya?" ucap Dervla, yang terus saja mengecek kepalanya Franc.

Namun Franc malah tertawa geli, sehingga membuat Dervla menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya.

"Kenapa kau malah tertawa?" tanya Dervla.

Franc pun memegang kedua lengannya Dervla, dan menatapnya dengan senyuman, yang terukir di wajahnya, "Aku baik-baik saja, sayang. Dan aku tak terluka sedikit pun" katanya.

"Lalu dari mana bercak darah itu? Kenapa bisa berada di keningmu? Apakah kau menghisap darah, dengan berantakan? Sampai-sampai, mengenai keningmu seperti itu" ujar Dervla.

Tapi Franc malah terkekeh, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu ia berkata, "Dengar ya sayang, tadi aku berburu darah manusia, dengan cara yang jauh berbeda, dari biasanya. Dan kau tahu? Aku membunuh korbanku terlebih dahulu, sebelum aku meminum darahnya. Setelah ia sudah tak bernyawa, baru lah aku menggoreskan pisau, di pergelangan tangannya, dan meminum darah dari sana. Maka dari itu, terdapat bercak darah di keningku, karena darah itu menetes, di atas wajahku".

"Menggoreskan pisau? Jadi, kau berburu dengan membawa pisau? Tumben sekali" ujar Dervla, yang terlihat terheran, dengan dahinya yang kembali ia kerutkan.

Franc pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan kembali menyunggingkan senyuman, "Iya sayang, aku berburu dengan membawa pisau. Dan aku menggunakan pisau itu, untuk menghabisi nyawa korbanku, dan mengeluarkan darahnya. Karena menurutku, tidak mungkin, jika aku menggunakan cara yang seperti biasanya, yaitu dengan cara menggigit, bagian tubuh korbanku, yang ingin kuhisap darahnya. Dengan cara seperti itu, akan membuat orang-orang menjadi curiga, dan beranggapan, bahwa orang tersebut, mati karena digigit oleh bangsa kita. Maka dari itu, aku sengaja memakai cara yang berbeda, agar mereka beranggapan, kalau orang itu, mati karena dibunuh oleh seseorang, bukan karena digigit oleh vampir" tuturnya.

Setelah mendengar penjelasannya Franc, Dervla pun mengganggukkan kepalanya, dan menghela nafasnya. Dan kini, ia sudah paham, mengapa Franc berburu, dengan menggunakan cara seperti itu.

"Kau memang hebat, sekaligus pintar, Franc. Aku tak menyangka, jika kau bisa memiliki ide, seberlian itu" ujar Dervla.

Namun Franc malah kembali terkekeh, dan mengacak rambutnya Dervla dengan gemas, "Tentu saja, apa kau lupa dengan julukanku, hehm?" ucapnya, dengan satu alisnya yang terangkat.

Dervla pun menggangguk-anggukkan kepalanya, dan berkata, "Tentu saja tidak, aku tidak akan pernah lupa, dengan julukan yang kau punya".

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc terkekeh lagi, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Oh ya, aku punya sesuatu untukmu" katanya, sambil mengambil sesuatu dari saku celananya, "Ini untukmu, aku sengaja membawakannya untukmu, karena aku tahu, kalau gadis yang kucintai ini, pasti membutuhkan darah juga" sambungnya, sambil memberikan sebotol darah, pada Dervla.

Perlahan, Dervla mengambil sebotol darah itu dari tangannya Franc, dan memperhatikannya, "Kau benar-benar niat sekali, Franc. Sampai-sampai, kau membawa botol ini, dari rumah" katanya.

Tapi Franc malah terkekeh, dan berkata, "Benar, bahkan aku sampai memakai sarung tangan, agar sidik jariku, tak tertinggal di mayat pria itu. Sehingga membuat para polisi, tidak bisa menemukan, pembunuhnya".

"Okay, harus kuakui, kalau kau memanglah pintar" ujar Dervla, sambil menggangguk-angukkan kepalanya.

Namun Franc hanya terkekeh saja, dan mengacak rambutnya Dervla.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Kde žijí příběhy. Začni objevovat