#41

313 30 0
                                    

Dervla, Franc, dan Xandre berjalan memasuki sebuah kastil, yang akan menjadi tempat tinggal mereka.

"Jadi, ini adalah kastil, yang dimaksud oleh Count?" ujar Dervla, sambil memperhatikan ke sekitar.

"Aku jadi teringat dengan kastil milikku, yang berada di Perancis" ujar Franc, sehingga membuat Dervla dan Xandre, langsung menoleh ke arahnya.

"Kastil itu, pasti menyimpan banyak kenangan bagimu" ucap Xandre, sambil menatap Franc.

Franc pun langsung menoleh ke arah Xandre, dan menyunggingkan senyuman, yang begitu tipis, "Benar, kastil itu terlalu menyimpan banyak kenangan" ucapnya, sambil menundukkan kepalanya, dan teringat dengan kastilnya itu.

"Aku juga jadi rindu, pada keluargaku, dan juga nenekku" ujar Dervla, sehingga membuat Xandre, langsung menoleh ke arahnya.

"Aku tahu, apa yang kalian rasakan. Tapi tidak mungkin, jika kita kembali ke sana" ucap Xandre, sambil menundukkan kepalanya.

"Apakah kita tidak bisa, meminta bantuan pada Count, untuk membuat kastil itu, menjadi tak terlihat, oleh siapa pun?" ujar Dervla.

Franc dan Xandre pun langsung menoleh ke arah Dervla, dan menatapnya. Lalu Xandre berkata, "Kurasa bisa saja, karena tidak ada, yang tidak bisa dilakukan, oleh Count. Tapi di sana, masih ada para pemburu vampir".

"Kita minta bantuan saja pada Count, untuk memberitahu kita, ada berapa banyak, pemburu vampir di sana. Lalu--"

Belum selesai Dervla berbicara, tapi Franc malah membungkam mulutnya dengan ciuman, sehingga membuat Dervla, membulatkan kedua matanya. Lalu perlahan, ia mulai melumat bibirnya Dervla.

Melihal pemandangan tersebut, membuat Xandre menghela nafasnya dengan sedikit kasar, dan berkata, "Aku ke atas duluan, untuk mencari kamarku". Dan kemudian, ia berjalan menuju tangga, dan menaikinya untuk menuju lantai dua.

Namun mereka berdua tak mempedulikannya, dan terus saja berciuman.

Tapi beberapa saat kemudian, Franc melepaskan tautan bibir mereka, dan menatap Dervla dengan dalam, "Kita tidak bisa kembali ke sana, Dervla. Dan semua kenangan, yang berada di sana, biarkan tersimpan di dalam hati, dan pikiran kita. Sekarang, kita harus memulai hidup baru, bersama dengan Xandre, dan juga anak kita" tuturnya, dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Dervla, lalu ia mengganggukkan kepalanya, dan mengecup bibirnya Franc sesaat.

"Sekarang, ayo kita naik ke atas, dan mencari kamar, untuk kita berdua" ujar Franc, dan dijawab dengan anggukkan saja, oleh Dervla.

Dan kemudian, Franc menggenggam tangannya Dervla, dan mengajaknya untuk berjalan menuju tangga.



************************



"Selesai" ujar seorang pria, yang baru saja selesai, mengobati lukanya Joe.

Joe pun menghela nafasnya dengan sedikit kasar, dan menundukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa-apa.

"Sebaiknya, kau harus banyak beristirahat, sampai kedua lukamu itu menutup. Kalau kau banyak bergerak, maka kedua luka itu, akan sembuh lebih lama" ujar pria itu, yang merupakan seorang werewolf juga, di wolf packnya Joe. Namanya adalah Roland Bourguignon.

"Terima kasih Roland, tapi aku masih penasaran, kenapa gorden kamarnya Dervla, tertutup begitu rapat. Karena biasanya, gordennya tidak pernah ditutup" ucap Joe.

Roland yang sedang membereskan kotak obat pun, langsung menoleh ke arah Joe, dan menatapnya, "Mungkin mereka sedang pergi" katanya.

"Pergi? Pergi ke mana?" tanya Joe, sambil menoleh ke arah Roland, dan mengerutkan dahinya.

Namun Roland malah mengangkat kedua bahunya, sambil menutup kotak obat, "Tidak tahu" jawabnya. Lalu ia segera bangkit, dari tempat tidurnya Joe, dan berkata, "Tidak usah kau pikirkan, Joe. Sebaiknya, kau beristirahat saja". Dan kemudian, ia berjalan menuju pintu kamarnya Joe, yang tertutup.

Joe pun hanya terdiam, sambil memalingkan pandangannya, ke depan.

"Oh ya, jadilah seorang Alpha, yang baik. Sebagaimana, yang dulu pernah kau lakukan, sebelum kau jatuh cinta, pada vampir itu" ujar Roland, sambil menoleh ke arah Joe, sehingga membuat Joe, langsung menatapnya. Dan kemudian, ia membuka pintu kamarnya Joe, dan melangkah keluar. Lalu tak lupa, ia menutup pintunya kembali.

Sedangkan Joe, ia tetap saja terdiam, tanpa mengatakan apa-apa. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa begitu kacau. Bahkan pikirannya, tak bisa berhenti, memikirkan Dervla.

"Apakah aku salah? Jika aku ingin, Dervla menjadi milikku?" ucapnya, sambil menundukkan kepalanya, dan kembali terdiam sejenak. Lalu ia menghela nafasnya dengan kasar, dan berkata, "Aku hanya ingin, Dervla menjadi mate ku, meskipun kami berbeda. Sebab selama ini, aku belum pernah menemukan seorang gadis yang cocok, untuk menjadi mate ku".













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Kde žijí příběhy. Začni objevovat