#34

293 29 2
                                    

Dervla pun kembali memperhatikan sekitar, yang sangatlah sepi. Bahkan, tak ada orang lain, selain mereka bertiga. Namun tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang mendekat dari dalam pintu besar, yang berada tepat di depannya Dervla, Franc, dan Xandre.

"Aku mendengar suara langkah seseorang, dari dalam" ujar Dervla, dengan pelan.

"Ssstt, itu adalah Count Dracula" ucap Xandre, dengan suara yang begitu pelan, seperti sebuah bisikan.

Dan dari dalam sana, terdengar suara gemerincing rantai, dan bunyi palang pintu besar, yang dicabut. Serta terdengar, suara sebuah kunci yang diputar, dengan bunyi yang begitu nyaring. Lalu pintu besar itu pun mulai terbuka. Dan di dalamnya, berdiri seorang pria bertubuh tinggi, dengan wajah yang begitu mulus, tanpa ada kumis, atau pun jenggot sedikit pun. Sedangkan rambutnya yang panjang, dikuncir dengan begitu rapih.

Melihat pria itu, membuat Xandre langsung berjongkok, dan menundukkan kepalanya, seakan sedang memberi hormat, pada pria itu, "Maaf mengganggu waktumu, tuanku. Dan, kau pasti sudah tahu, apa tujuan kami, datang ke sini" ujarnya.

Melihat Xandre yang bersikap seperti itu, membuat Dervla dan Franc, menjadi sedikit bingung.

"Bangunlah, Xandre. Anda tak perlu berlebihan seperti itu, dan silahkan masuk" ucap pria itu, sambil menyingkir dari ambang pintu, dan mempersilahkan mereka bertiga, untuk masuk ke dalam.

"Terima kasih. Jadi, kau yang bernama Count Dracula?" ucap Dervla, sambil menatap pria itu.

Pria itu pun langsung membungkukkan tubuhnya, dan menyunggingkan senyuman, "Benar, saya adalah Count Dracula. Selamat datang di rumah saya, yang sangat sederhana ini. Dan silahkan masuk" ujarnya, yang memanglah Count Dracula, sambil menaruh satu tangannya, di dada.

Xandre pun segera mengganggukkan kepalanya, dan segera berdiri, lalu ia menoleh ke arah Dervla dan Franc, "Ayo kita masuk" ucapnya.

Dervla dan Franc pun hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera melangkah masuk ke dalam, dengan diikuti oleh Xandre, di belakangnya. Setelah mereka bertiga sudah berada di dalam, Count pun kembali menutup pintunya.

"Ayo kita ke lantai atas, dan kopernya biar saya saja, yang membawanya" ujar Count, dengan senyuman yang terukir di wajahnya, sehingga membuat gigi-giginya yang tajam, menonjol keluar bibirnya.

Segera Xandre menggelengkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Tidak perlu tuanku, aku bisa membawanya sendiri" ucapnya.

"Baiklah, mari ikuti saya" ucap Count, yang kemudian berjalan lebih dulu, di lorong tua, kastil miliknya itu. Lalu ia berjalan menaiki tangga besar, yang berkelok-kelok, dan melewati sebuah lorong, yang besar lagi.

Sedangkan Dervla, Franc, dan Xandre mengikutinya dari belakang, tanpa mengatakan apa-apa.

Dan saat tiba di ujung lorong, Count menghentikan langkahnya, dan diikuti oleh Dervla, Franc, dan Xandre. Lalu ia membuka sebuah pintu, dan menoleh ke arah mereka bertiga.

Namun Dervla, Franc, dan Xandre begitu terkejut, setelah pintu itu dibuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namun Dervla, Franc, dan Xandre begitu terkejut, setelah pintu itu dibuka. Bagaimana tidak? Rupanya, ruangan itu adalah ruang makan, yang begitu besar, bahkan mejanya saja begitu panjang, ditambah kursi-kursi yang tertata rapih, di dekatnya. Dan di atasnya, telah tersedia berbagai macam makanan, yang terlihat begitu lezat. Ditambah, ada beberapa botol minuman, dan juga gelas kosong, di atas meja makan tersebut.

 Ditambah, ada beberapa botol minuman, dan juga gelas kosong, di atas meja makan tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Silahkan masuk, dan isi perut kalian terlebih dahulu. Karena saya sudah menyiapkan semua ini, khusus untuk kalian bertiga" ujar Count, sehingga membuat mereka bertiga, langsung tersadar dari lamunannya.

"Baik tuanku, dan terima kasih, sudah menyambut kami, dengan begitu baik" ucap Xandre, sambil membungkukkan tubuhnya, dan diikuti oleh Dervla, dan juga Franc.

Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajahnya Count, lalu ia mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Tidak perlu berterima kasih, kalian adalah tamu saya. Dan sudah sepantasnya, saya menyambut kalian, seperti ini".

Namun mereka bertiga hanya mengganggukkan kepala saja, dan segera melangkah masuk, ke dalam ruang makan, yang begitu besar itu.

Dan setelah sampai di dalam, Franc segera menarikkan sebuah kursi untuk Dervla, "Silahkan duduk, Dervla" ucapnya, dan dijawab dengan anggukkan, oleh Dervla. Lalu Dervla segera duduk di kursi tersebut, dan diikuti oleh Franc dan Xandre, yang duduk di dekatnya.

Count pun segera berjalan, memasuki ruang makan itu, dan menghampiri mereka bertiga. Lalu ia menghentikan langkahnya, di dekat meja makan, dan berkata, "Silahkan makan sepuasnya. Dan jangan khawatir, semua makanan ini, sudah saya lumuri, dengan darah manusia".

Mendengar apa yang baru saja Count katakan, membuat mereka bertiga begitu terkejut, dan membulatkan kedua mata, dengan sempurna.

Namun Count malah kembali menyunggingkan senyuman, dan berkata, "Dan di dalam botol-botol itu, bukanlah berisi wine, melainkan darah segar".

Mereka bertiga pun kembali terkejut, dan menatap satu sama lain. Lalu perlahan, Xandre membuka penutup, dari sebuah mangkuk makanan, yang berada di depannya. Namun ia kembali terkejut, ketika melihat isi, dari mangkuk itu, yang merupakan sup ayam, dengan kuahnya yang berwarna merah pekat, seperti dicampur dengan darah.

"Jangan terkejut, darah adalah kehidupan. Maka dari itu, saya mencampur makanan-makanan itu, dengan darah" ujar Count, dengan senyuman yang mengerikan, yang terukir di wajahnya.

Kedua matanya Dervla pun langsung membelalak, lalu ia menatap ke arah Franc, dan Xandre tanpa mengatakan apa-apa. Namun di dalam hatinya, ia mulai merasa begitu takut, takut jika Count melakukan sesuatu yang jahat, pada mereka bertiga.













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now