#79

130 13 0
                                    

"Tidak! Tidak mungkin, jika aku seorang--"

Bhuk!

Draven pun langsung menghentikan langkahnya, saat ia tak sengaja, menabrak seseorang.

Segera ia mengangkat kepalanya, dan melihat seorang pria, yang berdiri tepat di depannya. Namun kedua matanya langsung membulat, saat melihat wajah pria itu, yang sudah tak asing baginya.

"Paman Joe?" ucapnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya. Ya, pria itu memanglah Joe. Karena saat ini, Draven sedang berada di hutan, yang berada di belakang kastil, milik ayahnya.

Melihat wajahnya Draven, dan juga tubuhnya, yang sudah bertambah tinggi, membuat Joe menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Draven, apakah ini dirimu?" tanyanya.

"Benar paman, ini memang aku, Draven. Anaknya ibu Dervla, dan ayah Franc" jawab Draven, sambil mengganggukkan kepalanya.

Mendengar apa yang baru saja Draven katakan, membuat Joe langsung terkekeh, dan memeluknya, "Ternyata kau sudah semakin besar saja, Draven. Padahal, kemarin kita masih bertemu" katanya, sambil menepuk-nepuk punggungnya Draven. Lalu ia melepaskan pelukannya, dan menatap Draven, "Dan, kau semakin tampan, begitu mirip dengan ayahmu" sambungnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Draven pun ikut terkekeh, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Paman ini bisa saja memujiku" katanya.

"Tapi, kau mau ke mana Draven? Dan, kenapa tadi paman dengar, kau sedang mengomel seorang diri?" ujar Joe, sambil mengerutkan dahinya.

Dengan kasar, Draven menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Aku baru mengetahui, siapa diriku saat ini, paman. Dan rupanya, aku--"

Segera Joe menutup mulutnya Draven, sehingga membuat ucapannya, langsung terhenti, "Jangan bicarakan di sini, bahaya jika ada seseorang, yang mendengarnya" bisiknya.

15 menit kemudian. . .

Kini, Draven dan Joe sedang berada di rumahnya Joe, dan para wolf packnya. Ya, tadi Joe memang mengajak Draven, untuk ke rumahnya, dan menceritakan, apa yang sedang dirasakan, oleh Draven.

"Jadi, paman dan yang lainnya, yang berada di sini, bukanlah seorang manusia juga?" ujar Draven, sambil mengerutkan dahinya.

"Benar Draven, paman dan semua yang berada di sini, bukanlah manusia juga. Kami sama seperti dirimu, sama-sama makhluk kegelapan, dan kami lebih kejam, dan jahat dari bangsamu, karena kami memakan daging secara mentah, bukan hanya meninum darah saja. Termasuk pamanmu juga, yaitu Xandre" tutur Joe, sambil menundukkan kepalanya. Ya, Joe baru saja menceritakan, tentang siapa dirinya, pada Draven. Karena ia berpikir, sudah waktunya Draven mengetahui, tentang hal tersebut. Dan ia berharap, dengan begitu Draven mulai bisa menerima, siapa dirinya yang sebenarnya.

Dengan kasar, Draven menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Aku tak menyangka, jika rupanya kalian juga bukan manusia. Dan aku tidak menyangka, jika ada makhluk kegelapan seperti kita, di dunia ini" katanya.

"Benar Draven, maka dari itu, kau tidak perlu menyesali, siapa dirimu yang sebenarnya. Paman tahu, hal tersebut pasti berat untukmu. Tapi percayalah, ini bukanlah salah ayah dan ibumu, melainkan takdir. Takdir yang sudah menggariskan hidupmu, seperti ini" ujar Joe, sambil menepuk bahunya Draven.

"Kalau begitu, aku sudah salah, karena telah menyalahkan ibu dan ayahku. Dan, pasti mereka akan sedih, terutama ibuku" ucap Draven, yang masih menundukkan kepalanya.

Joe pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan mengusap-usap bahunya Draven, "Sebaiknya, nanti saat kau pulang, kau meminta maaf, pada mereka berdua. Agar mereka berdua, tidak sedih lagi, ataupun merasa bersalah. Dan mulailah menerima, siapa dirimu yang sebenarnya, Draven" tuturnya, sambil menatap Draven, dari samping.

Segera Draven mengangkat kepalanya, dan menatap Joe, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya, "Tentu saja paman! Karena aku tak ingin, membuat mereka menjadi sedih" katanya.

Namun Joe hanya tersenyum, sambil menepuk-nepuk, bahunya Draven.


*************************


"Kalian tenang saja, suatu saat, Draven pasti bisa menerima, siapa dirinya yang--"

"Ibu, Ayah!" ucap Draven, yang baru saja datang, dan segera berlari menghampiri Dervla, dan Franc, sehingga membuat ucapannya Xandre, jadi terpotong.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla dan Franc menjadi bingung, dan saling menatap, satu sama lain.

"Yah, Bu, aku ingin minta maaf, pada kalian berdua. Karena tadi, aku sudah berkata seperti itu, dan membuat hati kalian, jadi terluka. Sungguh, aku tak bermaksud, mengatakan seperti itu. Karena tadi aku sedang emosi, dan begitu terkejut, dengan siapa diriku, yang sebenarnya" tutur Draven sambil berlutut, dan memeluk kakinya, Dervla dan Franc.

Segera Dervla dan Franc membantu Draven untuk berdiri, dan menyunggingkan senyuman.

"Tidak apa-apa nak, ibu dan ayah, dapat memakluminya. Dan, kami sudah memaafkanmu" ujar Dervla sambil mengusap, kepala putranya.

"Benar nak, tidak apa-apa jika saat ini, kau belum bisa menerima, siapa dirimu yang sebenarnya. Tapi ayah yakin, suatu saat kau pasti bisa menerimanya" ucap Franc, yang meng-iyakan ucapannya Dervla.

Mendengar apa yang baru saja kedua orang tuanya katakan, membuat Draven langsung mengangkat kepalanya, dan memeluk mereka berdua, "Terima kasih, Yah, Bu. Sekali lagi, aku minta maaf. Dan aku tahu, kalau aku memang salah" ucapnya.

"Syukurlah, jika kau sudah menyadari kesalahanmu, Draven" ujar Xandre, sambil melipat kedua tangannya, di dada.

Draven pun langsung melepaskan pelukannya, dan membalikkan tubuhnya, untuk menghadap Xandre, "Ini semua karena paman Joe" ucapnya.

Dahinya Franc pun langsung mengerut, setelah mendengar apa yang baru saja putranya katakan, "Paman Joe?" ucapnya.

"Iya Yah, tadi saat aku sedang berjalan-jalan di hutan, aku tak sengaja, bertemu dengannya. Lalu ia mengajakku ke rumahnya, dan menceritakan padaku, tentang siapa dirinya, yang sebenarnya. Dan, ia juga yang menyadarkanku, kalau aku telah salah, dan menyuruhku untuk meminta maaf, pada kalian berdua" jawab Draven, sambil menoleh ke arah Franc.

Mendengar apa yang baru saja Draven katakan, membuat Dervla menyunggingkan senyuman, dan mengusap kepala putranya, "Kalau begitu, kita harus berterima kasih, pada Joe" ucapnya, sambil menoleh ke arah Franc.

"Benar, karena Joe lah, Draven jadi sadar, kalau dia salah" ucap Franc, yang meng-iyakan ucapannya Dervla.

"Tapi, paman Joe juga memberitahuku, kalau paman Xandre, bukanlah manusia juga, melainkan seorang Werewolf" ujar Draven, sambil menoleh ke arah Xandre.

Dervla dan Franc langsung terkejut, dan menatap, satu sama lain.

Namun Xandre malah terkekeh, dan menggangguk-anggukkan kepalanya, "Benar Draven, paman juga bukan seorang manusia, dan paman adalah seorang Werewolf. Dan itu artinya, kita sama-sama makhluk kegelapan, yang kejam dan juga jahat. Jadi, kau tak perlu menyesali lagi, siapa dirimu yang sebenarnya" katanya.

"Iya paman, saat ini aku sudah mulai bisa menerima, siapa diriku yang sebenarnya. Walaupun kenyataannya, begitu pahit untukku" ucap Draven, sambil mengganggukkan kepalanya.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now