#56

221 21 4
                                    

Joe pun langsung terdiam, dan menundukkan kepalanya.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya.

"Kurasa tidak, dan lagipula saat ini Franc kan sudah mati, jadi untuk apa aku membunuhnya lagi?" ujar Joe, yang masih menundukkan kepalanya.

"Benar, tapi maksudku, jika suatu saat nanti, ia hidup kembali, apakah kau masih berniat, untuk membunuhnya? Agar, kau bisa memilikiku" ucap Dervla, yang masih menatap Joe, dari samping.

Segera Joe mengangkat kepalanya, dan menoleh ke arah vampir, yang dicintainya itu, "Tidak, aku sudah tak berniat, untuk membunuh Franc. Karena aku sadar, cinta itu tak harus memiliki. Dan, aku sudah merelakanmu, untuk Franc" ucapnya, sambil menggenggam tangannya Dervla, dan menatapnya dengan dalam.

Sebuah senyuman pun, langsung terukir di wajahnya Dervla, setelah mendengar, apa yang baru saja Joe katakan, "Terima kasih Joe, kau sudah merelakanku, untuk Franc. Tapi jika boleh jujur, sebenarnya aku juga mencintaimu. Tapi, aku lebih mencintai Franc. Dan, jika disuruh memilih, maka aku akan memilih Franc, untuk menjadi teman hidupku" tuturnya, yang juga menatap Joe, dengan dalam.

Deg!

Jantungnya Joe terasa seperti berhenti berdetak, setelah mendengar apa yang baru saja, Dervla katakan. Sungguh, ia tak menyangka, kalau ternyata, Dervla mencintainya juga. Tapi hatinya langsung terasa sakit, saat mengetahui, kalau Dervla lebih memilih, untuk hidup bersama dengan Franc, dari pada dengan dirinya.

Karena melihat raut wajahnya Joe, Dervla pun langsung meraih tangannya Joe, dan menggenggamnya, "Maafkan aku Joe, tapi perasaanku, tidak bisa berbohong. Aku benar-benar, sangat mencintai Franc, dan ingin tetap bersama dengannya, walaupun sekarang, ia sudah mati" ucapnya, sambil menatap Joe, dengan dalam.

Segera Joe mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah Dervla, "Tidak apa-apa Dervla, aku dapat mengerti. Dan lagipula, seperti yang kutakan tadi, kalau cinta tidak harus memiliki" katanya.

Mendengar apa yang baru saja Joe katakan, membuat Dervla menyunggingkan senyuman, dan langsung memeluk Joe, dari samping, "Terima kasih Joe. Dan kuyakin, suatu saat nanti, kau pasti akan menemukan, seorang gadis yang akan menjadi mate-mu" ucapnya.

Namun Joe hanya tersenyum saja, dan mengusap-usap punggungnya Dervla, sambil menatap ke depan. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Tidak Dervla, aku tidak akan pernah, mencari werewolf atau gadis lain, untuk menjadi mate-ku. Karena aku hanya mencintaimu, dan hanya menginginkan dirimu".





************************





Saat ini, Xandre tengah termenung di dekat jendela, dan hanya seorang diri saja. Dan kini, pikirannya begitu kacau. Sungguh, ia masih tak menyangka, kalau adik semata wayangnya, akan mati secepat itu.

"Rebecca, kau memang benar-benar brengsek! Aku tak akan membiarkanmu begitu saja, dan aku berjanji, akan membunuhmu. Karena kau telah membunuh adikku" batinnya, sambil mengepal tangannya, dengan begitu kuat.

Lalu ia pun menoleh ke arah Franc, yang telah menjadi tengkorak, dan terbaring tidak berdaya.

Melihat hal tersebut, membuat Xandre jadi merasa begitu kasihan, pada adiknya itu. Ia pun segera mendudukkan tubuhnya, di tepi kasur, dan menatap ke arah, tengkoraknya Franc, "Franc, kenapa hal ini, harus terjadi padamu? Dan kenapa, kau tega meninggalkanku?" ucapnya, sambil mengusap kepala tengkoraknya Franc.

Kemudian, ia pun terdiam sejenak, dan teringat dengan sesuatu, yang pernah dikatakan, oleh Count Dracula.

"Sebenarnya, seorang vampir yang telah mati, bisa hidupkan kembali, asalkan jasadnya, disimpan dengan baik, dan tidak hancur, atau menjadi abu"

Ya, itulah yang pernah dikatakan, oleh sang Raja Kegelapan, yaitu Count Dracula, saat mereka bertiga, datang ke kastilnya.

"Berarti, aku masih mempunyai kesempatan, untuk menghidupkan Franc?" ujar Xandre, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Lalu ia pun segera bangkit dari tempat tidur, dan membalikkan tubuhnya, "Ya! Aku harus menghidupkan Franc kembali" ucapnya dengan senyuman, yang masih terukir di wajahnya.

Namun tiba-tiba, ia langsung terdiam, saat mengingat, apa yang pernah Franc katakan padanya, beberapa hari yang lalu.

"Xandre, jika suatu saat, aku mati. Kumohon, untuk jangan menghidupkanku kembali, karena aku tidak ingin, hidup untuk yang ketiga kalinya. Tolong biarkan aku tenang, dalam kematianku. Dan, tolong sampaikan hal ini, pada Dervla".

Itulah, yang pernah Franc katakan pada Xandre, beberapa hari yang lalu, saat mereka berdua, tengah berbincang-bincang bersama.

Mengingat hal tersebut, membuat Xandre jadi kembali murung. Ia pun langsung menghela nafasnya, dan membalikkan tubuhnya, untuk menghadap tengkoraknya Franc.

"Franc, kenapa kau tidak mau, untuk dihidupkan kembali? Padahal, masih banyak orang yang menyayangimu, terutama aku, dan Dervla" ucapnya, sambil menatap adik semata wayangnya itu, yang kini telah menjadi tengkorak.













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang