#85

122 12 0
                                    

Kini, Dervla dan Franc, sedang berada di dalam kamar mereka, dan sedang berbincang-bincang bersama.

"Franc, kurasa yang dikatakan oleh Xandre, ada benarnya juga. Dengan kita menyimpan kantong darah seperti dulu, maka kita tidak perlu, mencari mangsa setiap malamnya" ujar Dervla, sambil menatap Franc, dari samping.

Dengan kasar, Franc menghela nafasnya, dan menoleh ke arah Dervla, "Itu memang benar. Tapi aku baru saja, ingin kembali menjadi Tueur de Vampire. Dan aku ingin mengajarkan Draven, untuk menjadi seorang Vampir Pembunuh. Lagipula, apa kau lupa? Kalau kita sudah berjanji, untuk menjadi vampir pembunuh bersama-sama?" ucapnya.

"Iya, aku ingat dengan hal itu. Tapi menurutku, hal itu terlalu berbahaya, dan begitu beresiko, Franc. Jadi sebaiknya, kita menyimpan kantong darah saja" ujar Dervla, yang kemudian menatap langit-langit kamarnya, "Dan lagipula, aku tak ingin jika terus-menerus, menjadi seorang vampir pembunuh. Hal tersebut, akan membuat kita sama seperti seorang pembunuh berdarah dingin" sambungnya.

"Bukankah, kita memang diciptakan, untuk menjadi seorang pembunuh?" ujar Franc, sambil menoleh ke arah Dervla.

Dervla pun langsung menoleh ke arah Franc, dan menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.

Dengan kasar, Franc menghela nafasnya, dan kembali menatap, langit-langit kamarnya, "Sudahlah Dervla, aku tak ingin berdebat, hanya karena hal itu saja. Dan lagipula, kita ini memang seorang pembunuh, dan tak ada bedanya, dengan seorang pembunuh berantai, atau berdarah dingin sekalipun" ucapnya.

"Tapi Joe saja bisa, menahan diri agar tidak membunuh atau merubah orang lain, menjadi seperti dirinya. Dan ia hanya memakan daging, para hewan liar saja" ujar Dervla, sambil menatap Franc, dari samping.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc langsung menoleh ke arahnya, dan menatapnya dengan datar, "Jadi, kau membanding-bandingkan diriku, dengan Joe?" ucapnya.

Segera Dervla menggelengkan kepalanya, dan mengulum bibirnya, "Ah tidak, aku tidak bermaksud seperti itu, Franc" katanya.

Franc pun menghela nafasnya dengan kasar, dan bangkit dari posisinya, "Aku tahu, kalau sebenarnya kau juga mencintai Joe" ucapnya, sambil duduk di atas kasur, dan menatap ke depan, dengan kosong.

Kedua matanya Dervla pun langsung membulat, setelah mendengar apa yang baru saja Franc katakan, "D-Dari mana kau tahu, tentang hal itu?" ucapnya, sambil bangkit dari posisinya, dan duduk di sebelahnya Franc.

Dengan kasar, Franc menghela nafasnya, dan melirik ke arah Dervla, "Apa kau lupa? Kalau aku bisa membaca masa depan, dan apa yang akan terjadi? Dan lagipula, aku bisa melihat dari cara kau menatap Joe, seperti ada sebuah cinta yang terpendam" ujarnya.

Deg!

Jantungnya Dervla seakan berhenti berdetak, setelah mendengar apa yang baru saja Franc katakan. Ya, ia memang mencintai Joe, tapi ia lebih mencintai Franc, dan ia hanya ingin, hidup bersama dengan Franc.

Melihat Dervla yang hanya diam saja, membuat Franc menjadi kesal, dan menghela nafasnya kembali, "Kau hanya diam, itu berarti memanglah benar, jika kau mencintai Joe" katanya.

Segera Dervla menggelengkan kepalanya, dan menoleh ke arah Franc, "Iya Franc, aku mengakui bahwa aku mencintai Joe. Tapi kau harus tahu, kalau aku lebih mencintaimu, dan aku hanya ingin, hidup bersama denganmu saja" tuturnya.

"Tapi sama saja, kau tetap mencintainya, Dervla!" ucap Franc, dengan nada bicara, yang sedikit lebih tinggi. Dan kemudian, ia langsung bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menuju pintu kamar.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla langsung bangkit dari tempat tidur juga, dan berjalan menyusul Franc, "Franc, kau mau ke mana? Tunggu aku!" ucapnya.



************************



"Sebenarnya, aku sudah mengetahui hal itu, dan aku sengaja, tidak memberitahunya padamu. Karena aku takut, kau akan begitu marah, saat mengetahuinya. Tapi rupanya, kau mengetahuinya juga" ujar Xandre, sambil menatap keluar jendela.

"Lalu aku harus bagaimana, Xandre? Apa yang harus aku lakukan?" ucap Franc, sambil menatap kakaknya, dari samping.

Dengan kasar, Xandre menghela nafasnya, dan menoleh ke arah adiknya, "Kau tak perlu, mengkhawatirkan hal tersebut, Franc. Karena kuyakin, Dervla tidak akan pernah meninggalkanmu, dan pergi bersama dengan Joe" ucapnya, sambil menatap Franc, dengan dalam.

"Tapi Xandre, bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi?" ucap Franc.

Bibirnya Xandre pun langsung terangkat, lalu ia menepuk bahunya Franc, dan berkata, "Tidak akan Franc, hal itu tidak akan pernah terjadi. Dan lagipula, kau terlalu cemburu dengan Dervla. Justru karena cemburumu itu lah, yang akan membuat Dervla, pergi meninggalkanmu. Karena ia merasa terkekang".

"Jelas saja aku sangat cemburu, dan terlihat begitu posesif, karena aku sangat mencintainya, dan tak ingin kehilangannya!" ucap Franc, dengan nada bicara, yang sedikit lebih tinggi.

Xandre pun mengganggukkan kepalanya, dan kembali menepuk, bahunya Franc, "Aku tahu hal itu, dan aku mengerti. Tapi, kau harus tahan cemburumu, dan jangan sampai, Dervla jadi merasa tidak nyaman, padamu. Jika kau ingin ia tetap menjadi milikmu, buatlah ia terus-menerus merasa nyaman, saat bersama denganmu. Dan ingat, jangan terlalu posesif juga" tuturnya, yang kemudian berlalu begitu saja, dan meninggalkan Franc, seorang diri.

Namun Franc hanya diam saja, dan mendadak jadi patung, sambil memikirkan kata-katanya Xandre.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now