#22

355 26 1
                                    

"Dervla, bangunlah. Hey, ayo buka matamu, sayang"

Perlahan, Dervla membuka matanya dan mengedarkan pandangan.

"Franc?" ucapnya, yang langsung memeluk Franc, dengan begitu erat, seakan tak ingin melepaskannya.

Franc yang masih tak mengerti pun, membalas pelukannya Dervla, dan mengusap rambut panjang, vampir yang ia cintai itu, lalu ia berkata, "Kau kenapa, sayang? Bermimpi buruk?"

Segera Dervla melonggarkan pelukannya, dan menatap Franc, dengan kedua matanya, yang berkaca-kaca, "Iya, aku bermimpi begitu buruk. Di dalam mimpiku, aku hendak menggigit leher, dari mangsaku. Namun tiba-tiba, seseorang meneriakiku, setelah aku menoleh, aku melihat beberapa orang, yang berjalan menghampiriku. Aku pun langsung melarikan diri, namun sayang, aku malah terjatuh, karena menabrak seseorang, yang merupakan mantan kekasihku, ia adalah Luke. Saat itu, aku meminta tolong padanya, untuk membantuku melarikan diri, dari orang-orang itu. Tapi ia malah menyerahkanku pada mereka, bahkan ia yang menyuruh orang-orang itu, untuk membakarku. Lalu, aku dibawa ke sebuah tanah lapang, tapi di tengah tanah lapang itu, terdapat sebuah tiang, yang sepertinya memang sudah disediakan untukku. Mereka pun mengikat kedua tangan dan kakiku, pada tiang itu. Dan setelah itu, mereka membakarku. Aku sudah berkali-kali, meminta tolong untuk dibebaskan, pada Luke. Namun ia malah mengacuhkanku, seakan ia sudah berencana, untuk melakukan hal itu padaku" tuturnya.

Dengan berat, Franc menghela nafasnya, dan mengusap air mata, yang mengalir pada pipinya Dervla, lalu ia berkata, "Itu hanya mimpi saja, sayang. Bukankah, kau pernah mengatakan padaku, kalau mimpi hanyalah bunga tidur, dan tak akan menjadi kenyataan?".

"Iya, tapi tetap saja, aku jadi merasa begitu takut, Franc. Bagaimana kalau mimpi itu, menjadi kenyataan? Sungguh, aku sangat takut" ujar Dervla.

Franc pun langsung menarik Dervla, ke dalam pelukannya, dan mengusap-usap punggungnya, "Ssstt, hal itu tidak akan pernah, menjadi kenyataan, sayang. Dan kalaupun, hal itu menjadi kenyataan, maka aku pasti akan menolongmu, atau aku akan ikut mati, bersama dengan dirimu. Karena aku sangat menyayangimu, melebihi apa pun. Bahkan, aku lebih menyayangimu, dari pada Xandre. Jadi jika kau mati, maka aku akan mati, dari pada aku harus menjalani hidup ini, tanpa dirimu, Dervla" tuturnya, yang berusaha untuk menenangkan, vampir yang dicintainya itu.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla jadi terisak. Sungguh, ia merasa sangat beruntung, karena dapat bertemu dengan seorang vampir, seperti Franc, yang begitu menyayanginya. Bahkan selama ini, Dervla belum pernah menemukan seorang pria, yang begitu menyayanginya, seperti Franc.

"Kau tenang saja, sayang. Aku akan selalu bersama denganmu, dan aku tak akan membiarkan siapa pun, melukaimu sedikit pun. Aku berjanji, akan hal itu. Dan, jika aku sedang pergi mencari mangsa seperti tadi, sebaiknya kau jangan keluar rumah, meskipun kau merasa begitu lapar, atau haus. Tunggu lah, sampai aku pulang" tutur Franc kembali.

Dervla pun mengganggukkan kepalanya, dan melepaskan pelukannya Franc, lalu ia menatap vampir yang dicintainya itu, dan berkata, "Terima kasih banyak Franc, kau membuatku merasakan cinta yang sesungguhnya, dan terima kasih, kau telah memberikanku, kehidupan kedua yang jauh lebih baik".

Sebuah senyuman pun terukir di wajahnya Franc, lalu ia mengusap kepalanya Dervla dengan lembut, dan berkata, "Kau tak perlu berterima kasih, akan hal itu, Dervla. Anggap saja, itu adalah sebuah takdir, yang sudah dituliskan, untuk kita berdua. Kita menjadi seorang vampir, dan dipertemukan, dengan cinta sejati".

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat sebuah senyuman, mulai terukir di wajahnya Dervla, "Aku bersyukur, dapat menjadi seorang vampir, dan bertemu dengan dirimu, Franc" ucapnya.

Dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, Franc pun mengambil segelas darah di atas nakas, dan memberikannya pada Dervla, "Minumlah, kau pasti lapar dan juga haus, kan?" katanya, sambil menatap Dervla.

Dervla pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan mengambil segelas darah itu, dari tangannya Franc. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia segera meneguknya.

Sedangkan Franc, ia hanya tersenyum, sambil memperhatikan Dervla.

"Argh, segarnya~" ucap Dervla, saat ia selesai meneguk segelas darah itu, sampai tak tersisa.

"Sekarang, kau sudah merasa lebih baik?" ujar Franc, sambil mengusap sisa darah, di sudut bibirnya Dervla.

"Sudah" jawab Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajah pucatnya.

"Syukurlah" ucap Franc, sambil menyunggingkan senyuman, dan mengusap kepalanya Dervla.













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang