#82

108 13 2
                                    

Pria itu pun langsung membuka kedua matanya, saat merasakan, ada sesuatu yang tajam, dan merobek kulit lehernya, sehingga membuat darah segar, langsung mengalir keluar. Namun betapa terkejutnya ia, saat melihat Draven dan Franc, yang sedang berdiri di dekatnya.

"S-Siapa kalian? Kenapa kalian bisa berada, di dalam kamarku?" ucapnya, dengan terbata-bata, dan menatap mereka berdua, dengan begitu takut.

Segera Franc melepaskan gigitannya, dan mengarahkan satu tangannya, tepat di depan wajah pria itu, lalu ia menggerakkannya, dengan perlahan, "Tenanglah, kami tidak akan melukaimu. Yang perlu kau lakukan, hanya memejamkan kedua matamu kembali, dan jangan berteriak, saat kau merasakan apapun. Dan saat kau terbangun esok, kau akan lupa, dengan yang kau lihat, malam ini" ucapnya, sambil menatap pria itu, dari samping.

Perlahan, pria itu pun mengganggukkan kepalanya, dan memejamkan kedua matanya kembali.

Melihat hal tersebut, membuat Draven menjadi bingung, dan menoleh ke arah Franc, "Kenapa ia bisa tertidur lagi?" tanyanya.

"Karena ia sudah dalam pengaruh hipnotis, yang ayah buat" jawab Franc, dengan disertai seringaian, yang terukir di wajahnya.

"Jadi, yang baru saja ayah lakukan, itu adalah hipnotis?" ujar Draven.

"Benar" jawab Franc, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Dan sekarang, kau perhatikan lagi, apa yang ayah lakukan" ucapnya, yang kemudian membuka mulutnya kembali, dan segera menancapkan gigi-giginya yang tajam, pada kulit leher pria itu, yang sudah ia robek. Dan kemudian, ia pun mulai menghisap darahnya.

Draven pun hanya terdiam, dan memperhatikan, apa yang sedang dilakukan, oleh Franc. Dan perlahan, ia mencoba untuk memahaminya.

Beberapa saat kemudian, Franc melepaskan gigitannya, dan menjauhkan wajahnya, dari pria itu. Dan dengan mulut yang berlumuran darah, ia pun kembali menegakkan tubuhnya, dan meraih tangan kiri, pria itu, "Sekarang giliranmu, Draven" ujarnya, sambil menoleh ke arah putranya.

"Baik Yah, aku akan mencobanya" ucap Draven, sambil mengganggukkan kepalanya.

Mendengar jawabannya Draven, membuat Franc menyunggingkan senyuman, dan sedikit bergeser, agar memudahkan Draven, untuk menghisap darah pria itu, dari tangannya. Kemudian, Draven segera meraih tangan kiri pria itu, dan membungkukkan sedikit tubuhnya. Dan perlahan, ia membuka mulutnya, dan mendekatkan wajahnya, pada tangan pria itu. Lalu ia mulai menancapkan gigi-giginya yang tajam, pada kulit tangan pria itu, sehingga membuat tangan pria itu menjadi robek, dan mengeluarkan darah. Dan dengan sedikit ragu, ia mulai menghisapnya.

Melihat hal tersebut, membuat Franc menyunggingkan senyuman. Karena ia tak menyangka, rupanya Draven cepat tanggap juga. Bahkan ia langsung paham, walau baru sekali melihatnya, "Bagus, seperti itu. Terus hisap darahnya, sampai kau merasa puas, nak" katanya, sambil melipat kedua tangannya di dada.

Sedangkan Dervla, ia memperhatikannya dari dekat jendela, dan ikut menyunggingkan senyuman.

1 jam kemudian. . .

Kini, mereka bertiga sedang dalam perjalanan pulang, menuju kastilnya Franc.

"Kau memang hebat Draven, kau langsung paham, walau baru sekali melihatnya" ujar Franc, sambil menoleh ke arah Draven, dan menyunggingkan senyuman.

"Benar, kami bangga--"

"Dervla?"

Mereka pun langsung berhenti, saat mendengar seseorang, yang memanggil namanya Dervla. Lalu mereka segera menatap ke depan, dan dapat mereka lihat, seorang pria yang sedang berdiri, tak jauh di depan mereka.

"L-Luke?" ucap Dervla, saat melihat pria itu, yang memanglah Luke, mantan kekasihnya.

Mendengar Dervla yang menyebutkan nama Luke, membuat Franc langsung menoleh ke arahnya, dan mengerutkan dahinya, "Luke? Mantan kekasihmu itu, yang pernah kau ceritakan padaku?" ucapnya.

Segera Dervla menoleh ke arah Franc, dan menatapnya, tanpa mengatakan apa-apa.

"Dervla, akhirnya kita dapat bertemu lagi. Sudah lama sekali, kita tidak bertemu, dan aku sangat merindukanmu" ujar Luke, yang langsung memeluk Dervla, dengan erat. Ya, seingat Luke, baru kali ini ia bertemu dengan Dervla. Padahal, sebelumnya ia sudah bertemu dengan Dervla, selama beberapa kali. Hanya saja, ia tidak mengingatnya, karena Dervla pernah menghipnotisnya, dan membuatnya menjadi lupa, jika ia pernah bertemu, dengan mantan kekasihnya itu.

Melihat hal tersebut, membuat Franc langsung memancarkan kemarahan setan. Segera ia melepaskan pelukannya Luke, dari tubuhnya Dervla secara paksa, sehingga membuat pelukannya Luke, jadi terlepas, "Jaga sikapmu! Ia adalah istriku, jadi sebaiknya kau jangan menyentuhnya sedikitpun" ucapnya, sambil menatap Luke, dengan tajam.

"I-Istrimu?" ucap Luke, yang terlihat begitu bingung. Lalu ia beralih menatap Dervla, dan berkata, "Dervla, apakah benar ia adalah suamimu?".

"Benar Luke, ia adalah suamiku, dan yang berada di sebelah kami, adalah anak kami" jawab Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya, dan merangkul bahunya Draven.

Kedua matanya Luke pun langsung membulat, setelah mendengar apa yang baru saja, mantan kekasihnya katakan, "Apa?! Jadi, kau sudah menikah?" ucapnya, yang terlihat begitu terkejut.

"Iya, kami memang sudah menikah" sahut Franc, sehingga membuat Luke, langsung menoleh ke arahnya.

"Tapi Dervla, kenapa kau tidak memberitahuku? Dan kenapa, kau tidak mengundangku, ke pesta pernikahanmu?" tanya Luke, yang beralih menatap Dervla, dan menatapnya.

Dengan kasar, Dervla menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya, "Maafkan aku Luke, aku memang sengaja, tidak mengundangmu ke pesta pernikahanku, karena. . ." jawabnya, yang sengaja menggantungkan ucapannya, sehingga membuat Luke, menjadi bingung.

"Karena apa Dervla?" tanya Luke kembali, sambil mengerutkan dahinya.

"Karena aku membencimu, Luke!" jawab Dervla, sambil mengangkat kepalanya, dan menatap Luke, dengan tajam. Dan kemudian, ia mengarahkan satu tangannya, tepat di depan wajahnya Luke, lalu ia mulai menggerakannya dengan perlahan, dan berkata, "Dan sekarang, kau kembali ke rumahmu, dan tidurlah. Lalu saat kau terbangun esok, kau akan lupa, jika malam ini, kau bertemu denganku".

Melihat hal tersebut, membuat Franc membulatkan kedua matanya, dan menatap Dervla, dengan tidak percaya. Ya, ia tidak percaya, jika ia akan mengatakan hal itu, pada mantan kekasihnya.

Perlahan, Luke mengganggukkan kepalanya, dan membalikkan tubuhnya. Dan kemudian, ia mulai berjalan menuju rumahnya, tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Dengan kasar, Dervla menghela nafasnya kembali, dan menundukkan kepalanya, "Maafkan aku Franc, aku juga tidak menyangka, kalau akan bertemu dengannya lagi" katanya.

Segera Franc mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Iya sayang, tidak apa-apa. Hanya saja, aku tidak suka, jika ada pria lain yang menyentuhmu, apalagi jika itu adalah mantan kekasihmu" ucapnya.

"Aku rasa, hal itu wajar-wajar saja, karena ayah sangat mencintai ibu" sahut Draven, sehingga membuat kedua orang tuanya, langsung menoleh ke arahnya.

"Benar nak, hal itu memang wajar" ucap Franc, yang meng-iyakan ucapan putranya, "Tapi kau bilang, kau tak menyangka, jika kau akan bertemu dengannya lagi? Jadi itu artinya, sebelumnya kau sudah bertemu dengannya?" ujarnya, yang beralih menatap Dervla, dan mengerutkan dahinya.

"Benar, sebelumnya aku sudah beberapa kali bertemu dengannya, dan hal itu, ketika kau sedang mati, Franc" jawab Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Bagaimana ceritanya, kau bisa bertemu dengannya?" tanya Franc, yang terlihat mulai penasaran.

"Aku rasa, lebih baik jangan menceritakannya di sini, Yah, Bu. Karena bahaya, jika ada orang lain, yang mendengarnya" sahut Draven.

Segera Franc mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, ke depan, "Ya sudah, ayo kita pulang" ajaknya.

Dan kemudian, mereka bertiga pun kembali berjalan, dan menuju kastilnya Franc.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now