#60

212 22 0
                                    

Dervla dan Xandre baru saja tiba, di depan rumahnya Joe.

"Kita sudah sampai. Sekarang, kau cepat masuk ke dalam" ujar Xandre.

"Tapi, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan padamu, Xandre" ucap Dervla.

"Sesuatu yang kau bicarakan? Apa?" tanya Xandre, sambil mengerutkan dahinya.

"Dervla? Ternyata kau ada di sini, tadi aku ke kamarmu, namun kau tidak ada" ujar Joe, yang baru saja keluar, dari dalam rumahnya.

Xandre pun langsung menoleh ke arah Joe, dan menatapnya, "Tadi Dervla pergi keluar, tanpa sepengetahuanmu, Joe" ucapnya, sambil melirik ke arah Dervla, sehingga membuat Dervla, langsung menundukkan kepalanya.

"Pergi keluar, tanpa sepengetahuanku? Bagaimana bisa? Padahal, aku terus-menerus duduk, di ruang keluarga" ujar Joe, yang terlihat mulai bingung, sambil mengerutkan dahinya.

Dengan kasar, Xandre menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Karena ia pergi, melalui jendela kamarnya. Maka dari itu, kau tidak mengetahuinya" ucapnya.

"Apakah itu benar, Dervla? Dan, kenapa kau pergi, secara diam-diam?" ujar Joe, yang beralih menatap Dervla, yang masih menundukkan kepalanya.

"Iya, itu memang benar, Joe. Aku sengaja pergi secara diam-diam, tanpa sepengetahuanmu. Karena jika aku mengatakan padamu, kalau aku ingin pergi keluar, maka sudah pasti, kau tidak akan mengizinkannya" ucap Dervla.

Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Dervla, membuat Joe menghela nafasnya dengan kasar, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tentu saja, aku tidak akan mengizinkannya, Dervla. Karena dirimu, sedang berada dalam bahaya. Sebab, Rebecca sedang mengincarmu, dan ingin membunuhmu" ujarnya, sambil menatap Dervla, dengan dalam.

Namun Dervla hanya diam saja, sambil terus menundukkan kepalanya.

"Lalu, apa yang ingin kau bicarakan padaku, Dervla?" tanya Xandre, sambil menatap Dervla, dan melipat kedua tangannya, di dada.

"Apa kau masih ingat? Saat Count Dracula mengatakan, kalau vampir yang telah mati, bisa dihidupkan kembali?" ujar Dervla, sambil mengangkat kepalanya, dan menatap Xandre.

"Tentu saja, aku masih mengingatnya. Lalu?" ucap Xandre, sambil mengganggukkan kepalanya.

Dervla pun langsung mengulum bibirnya, dan menundukkan kepalanya kembali, "Aku berniat, untuk menghidupkan Franc kembali, karena aku ingin, melanjutkan hidupku bersama dengannya" katanya.

Dengan berat, Xandre menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya, dari Dervla, "Sudah kuduga, kalau kau mempunyai niat, seperti itu. Tapi jika boleh jujur, aku juga sempat mempunyai niat begitu. Hanya saja, aku langsung mengurungkannya, karena kita tidak bisa melakukannya" ucapnya.

Segera Dervla mengangkat kepalanya, dan menatap Xandre, dengan bingung "Kenapa tidak bisa? Apakah Franc, tidak bisa dihidupkan kembali?" tanyanya, dengan dahinya yang ia kerutkan.

"Bukannya tidak bisa, tapi beberapa hari yang lalu, saat aku sedang mengobrol dengan Franc, ia mengatakan padaku, jika suatu saat ia mati, ia meminta tolong, untuk tidak dihidupkan kembali. Karena ia tidak ingin, hidup untuk yang ketiganya. Dan ia memohon, untuk membiarkannya tenang, dalam kematiannya. Lalu ia juga mengatakan, agar aku menyampaikan hal ini padamu, Dervla" tutur Xandre, sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar penuturannya Xandre, membuat Dervla begitu terkejut, dan membulatkan kedua matanya, "Apa?! Ia mengatakan seperti itu?" ucapnya, dan Xandre langsung mengganggukkan kepalanya, "Tapi kenapa, ia tidak mau dihidupkan kembali? Apakah ia tidak mau, melanjutkan hidupnya bersama denganku?" sambungnya, sambil memalingkan pandangannya.

"Benar, kenapa ia tidak mau dihidupkan kembali? Padahal, ia masih mempunyai sebuah tanggung jawab, yaitu Draven, yang harus ia rawat dan besarkan, bersama dengan Dervla. Dan, kenapa ia bisa mengatakan seperti itu? Apakah ia sudah tahu, kalau hidupnya, tak akan lama lagi?" ujar Joe.

"Aku juga tidak tahu, kenapa Franc bisa berpikiran seperti itu. Karena saat aku bertanya padanya, ia hanya tersenyum saja, sambil menggelengkan kepalanya" ucap Xandre.

Perlahan, air mata mulai menetes di pipinya Dervla. Sungguh, ia tak mengerti, kenapa Franc bisa berpikiran seperti itu? Padahal, Dervla sangat membutuhkannya, dan tak bisa melanjutkan hidup tanpanya.




************************




Sebuah senyuman yang mengerikan, langsung terukir di wajahnya Dervla, saat ia melihat, seorang gadis yang tengah tertidur, dengan nyenyaknya.

"Sudah lama sekali, aku tak menghisap darah manusia, langsung dari sumbernya" batinnya. Dan kemudian, ia pun segera berjalan menghampiri gadis itu, dengan hati-hati, agar langkahnya tidak menimbulkan bunyi, yang dapat membangunkan, gadis itu.

Setelah berada di dekat tempat tidur, ia pun langsung menghentikan langkahnya, dan memperhatikan sekitar, untuk memastikan, kalau di kamar tersebut, tidak ada cctv. Setelah dirasa cukup aman, dan tak menemukan satupun cctv, ia pun beralih menatap gadis itu, dan kembali menyunggingkan seringaian.

"Kau tahu? Aku begitu rindu menghisap darah segar, langsung dari sumbernya. Karena sudah cukup lama, aku tidak melakukan hal itu" batinnya.

Dan perlahan, ia mencondongkan tubuhnya, pada gadis itu, dan mencari daerah, di sekitar leher. Lalu ia membuka mulutnya, dan menancapkan dua giginya yang tajam, pada leher gadis itu. Kemudian, ia langsung menggigitnya, sehingga membuat gadis itu, langsung membuka kedua matanya.

Melihat hal tersebut, tak membuat Dervla merasa panik sedikitpun. Justru ia tetap tenang, dan mengarahkan satu tangannya, pada wajah gadis itu, dan menggerakkannya, dengan perlahan "Tenanglah, jangan mengeluarkan suara, dan tidurlah kembali" batinnya, sambil menatap gadis itu dari samping, tanpa melepaskan gigitannya sama sekali.

Seperti sedang terhipnotis, gadis itu pun kembali memejamkan kedua matanya, tanpa mengatakan apa-apa, sehingga membuat Dervla, tersenyum penuh dengan kemenangan. Lalu ia pun segera menghisap darah gadis itu, dari lehernya.

Beberapa saat kemudian, Dervla pun terus saja menghisap darah gadis itu, tanpa berhenti sedikitpun, sehingga membuat tubuh gadis itu mulai pucat, karena kehilangan, cukup banyak darah.

"Hey! Siapa kau?"

Dervla pun langsung melepaskan gigitannya, dari leher gadis itu, saat mendengar suara seseorang. Lalu ia menegakkan tubuhnya kembali, dan melihat seorang pria, yang sedang berdiri, di depan pintu kamar itu.

Melihat mulutnya Dervla yang berlumuran darah, membuat pria itu begitu terkejut, dan membulatkan kedua tangannya, "A-Apa yang telah kau lakukan, pada adikku?" ucapnya, dengan terbata-bata, dan menatap Dervla, dengan begitu takut.










To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang