#59

201 20 1
                                    

Seorang pria, yang sedang berdiri, tepat di belakangnya.

"Luke?" ucapnya, yang langsung berdiri, dan menghadap pria itu.

Sebuah senyuman pun langsung terukir di wajah pria itu, lalu ia berkata, "Hallo Dervla, lama tidak berjumpa".

"L-Luke, kenapa kau bisa berada di sini?" ujar Dervla, yang mulai begitu takut. Sebab, ia jadi teringat, saat ia bermimpi, Luke dan beberapa orang pria, yang membakarnya secara hidup-hidup. Ya, pria itu memanglah Luke Jégou Napoléon, mantan kekasihnya Dervla, saat ia masih menjadi manusia.

Perlahan, Luke meraih wajahnya Dervla, dan mengusap air mata, yang membasahi pipi mantan kekasihnya itu, "Tadi, aku tak sengaja melihatmu, yang sedang berjalan seorang diri. Lalu aku memutuskan, untuk mengikutimu. Namun rupanya, kau malah datang ke sini" katanya.

Segera Dervla menundukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa-apa. Karena ia takut, Luke mengetahui, siapa dirinya saat ini.

"Aku dengar, kau baru saja kehilangan, seorang pria yang sangat kau cintai, benar?" ujar Luke, sambil menatap Dervla, dengan dalam.

"Benar" jawab Dervla, yang begitu singkat, sambil mengganggukkan kepalanya.

Dengan kasar, Luke menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya, dari Dervla, "Kalau begitu, aku turut berduka cita" katanya, lalu ia menoleh ke arah Dervla, dan menatapnya, "Aku tahu, bagaimana perasaanmu saat ini, Dervla. Tapi sebaiknya, kau jangan terus-menerus bersedih. Karena, pria yang kau cintai itu, pasti akan sedih juga" sambungnya.

"Iya, terima kasih Luke" ucap Dervla, yang masih menundukkan kepalanya.

"Ya sudah, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang? Bahaya, jika kau pulang seorang diri, karena kini, sudah hampir tengah malam" ujar Luke, yang kemudian beralih menatap jarum jam, yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri" ucap Dervla, yang kemudian segera beranjak pergi. Tapi langkahnya langsung terhenti, saat Luke menahan tangannya.

"Dervla, kenapa tanganmu sangat dingin?" ucap Luke, yang baru menyadari, kalau kulitnya Dervla, begitu dingin, seperti es.

Kedua matanya Dervla pun langsung membulat, setelah mendengar, apa yang baru saja Luke katakan. Tapi ia buru-buru menggelengkan kepalanya, dan melepaskan cengkramannya Luke, dari tangannya, "Tidak apa-apa, aku hanya sedang tidak enak badan saja. Dan hal tersebut, sepertinya karena aku terus kepikiran, dengan kekasihku, yang baru saja meninggal, dua hari yang lalu" dustanya.

Luke pun menggangguk paham, dan menghela nafasnya dengan kasar, "Aku jadi merasa kasihan padamu, Dervla. Tapi sebaiknya, izinkan aku untuk mengantarmu pulang. Sebab, aku tak akan tenang, jika kau hanya pulang, seorang diri saja" katanya, sambil menatap Dervla, dengan tatapan memohon.

Namun Dervla hanya terdiam, sambil menundukkan kepalanya. Dan kini, ia tidak tahu, harus menjawab apa. Sebab, jika ia menolak, maka Luke akan terus memaksanya, untuk mengantarkannya pulang.

"Dervla"

Mereka berdua pun langsung menoleh, saat mendengar, suara seseorang.

"Xandre?" ucap Dervla, saat melihat seseorang itu, yang merupakan Xandre.

"Dervla, siapa dia?" tanya Luke, yang beralih menatap Dervla.

"Umm, d-dia adalah, kakak dari kekasihku, yang baru saja meninggal" jawab Dervla, sambil menundukkan kepalanya.

"Dervla, kenapa kau malah berada di sini?" ujar Xandre, yang berjalan menghampiri, mereka berdua.

"A-Aku sedang mengunjungi makam nenekku, Xandre" jawab Dervla, yang masih menundukkan kepalanya.

"Lalu, siapa pria ini?" tanya Xandre, sambil melirik ke arah Luke, yang berdiri di depannya Dervla.

"Aku adalah Luke, mantan kekasihnya Dervla" sahut Luke, sambil menyunggingkan senyuman, dan mengulurkan tangannya, pada Xandre.

Namun Xandre malah menatapnya dengan datar, tanpa menjabat, uluran tangannya Luke, "Kenapa kau bisa berada di sini, juga?" tanya Xandre kembali, sambil melipat kedua tangannya, di dada.

Melihat hal tersebut, membuat Luke langsung menarik tangannya, dan menggaruk tengkuknya, yang tidak gatal, "Tadi, aku tak sengaja melihat Dervla, yang sedang berjalan seorang diri, jadi aku memutuskan, untuk mengikutinya" jawabnya, sambil menundukkan kepala.

Xandre pun beralih menatap Dervla, tanpa merespon ucapannya Luke, "Ayo kita pulang Dervla, aku akan mengantarmu" ucapnya, yang tetap saja datar.

"Baik Xandre" ucap Dervla, sambil.mengganggukkan kepalanya, "Luke, aku pulang dulu, ya? Kau tak perlu mengantarku pulang, karena sudah ada Xandre, yang akan mengantarku pulang" ujarnya, yang beralih menatap Luke.

"Iya Dervla, tidak apa-apa" ucap Luke, sambil mengganggukkan kepalanya, dan tersenyum kikuk.

"Kalau begitu, ayo kita pulang, Dervla" ajak Xandre, sambil melirik ke arah Luke, yang masih menundukkan kepalanya.

Namun Dervla hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa. Dan kemudian, mereka berdua pun segera beranjak pergi, dan meninggalkan Luke, yang masih terpaku.


15 menit kemudian. . .


Saat ini, Dervla dan Xandre sudah berada cukup jauh, dari pemakaman tersebut.

"Kenapa kau malah datang, ke makam nenekmu, Dervla?" ujar Xandre, yang berjalan di sebelahnya Dervla.

"Karena aku ingin mengunjunginya, dan sekalian bernostalgia, saat pertama kali, aku bertemu dengan Franc" ucap Dervla, sambil menundukkan kepalanya.

Xandre pun langsung menoleh ke arah Dervla, dan menatapnya dari samping, "Tapi kenapa kau hanya pergi, seorang diri? Mengapa kau tidak minta ditemani, oleh Joe? Dan, bagaimana jika kau bertemu dengan Rebecca? Yang sedang ingin membunuhmu" omelnya.

"Maafkan aku, Xandre. Aku memang sengaja, keluar secara diam-diam, dan tanpa sepengetahuannya Joe. Bahkan, aku keluar dari jendela kamar, yang aku tempati" ujar Dervla, yang masih menundukkan kepalanya.

Dengan kasar, Xandre menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya, dari Dervla, "Kuharap, kau tak pernah mengulangi, hal ini lagi, Dervla. Karena kau harus tahu, kalau saat ini, dirimu sedang dalam bahaya. Karena Rebecca, sedang mengincarmu, dan sangat ingin, membunuhmu. Bahkan, kemarin ia sempat datang ke kastilnya Franc, dan mencari dirimu" tuturnya.

Mendengar apa yang baru saja Xandre katakan, membuat Dervla langsung menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah Xandre, "Apa?! Ia datang ke kastilnya Franc, hanya untuk mencari diriku, saja?" ucapnya.

"Iya, kemarin ia memang datang, ke kastilnya Franc, dan mencari dirimu. Saat aku bertanya, ada keperluan apa, ia mencarimu. Tapi ia malah mengatakan, kalau itu bukan urusanku" ujar Xandre, yang juga menghentikan langkahnya.

"Rupanya, ia benar-benar sangat ingin membunuhku" ujar Dervla, sambil memalingkan pandangannya, dari Xandre.













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now