#80

150 13 0
                                    

Kini, Dervla dan Franc sedang berada di dalam kamar mereka, dan hanya berdua saja. Karena Draven dan Xandre, sedang berada di dalam kamar mereka, masing-masing.

"Aku masih tak menyangka, jika kini, Draven sudah beranjak remaja. Bahkan, ia semakin tampan, dan juga manis" ujar Dervla, sambil menatap keluar jendela.

Segera Franc menoleh ke arah Dervla, dan menatapnya dari samping, "Iya, aku juga masih tak menyangka. Rasanya, waktu berjalan dengan begitu cepat. Karena aku merasa, baru beberapa hari, kau melahirkan Draven. Tapi kini, ia sudah menjadi seorang remaja" ucapnya.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla langsung terkekeh, dan menoleh ke arah vampir, yang sangat dicintainya itu, "Kata siapa, baru beberapa hari, aku melahirkannya? Itu hanya perasaanmu saja, karena aku masih ingat benar, kapan aku melahirkannya" katanya.

Franc pun ikut terkekeh, setelah mendengar, apa yang baru saja, Dervla katakan. Lalu ia merangkul bahunya Dervla, dan berkata, "Iya, aku tahu hal itu, sayang. Karena aku juga masih ingat benar, kapan kau melahirkan Draven. Kan aku bilang, aku merasa, bukan seingatku".

"Tapi, Draven memang begitu tampan, ya? Semakin besar, ia jadi semakin tampan. Ah, rasanya aku tidak rela, jika suatu hari, ia menemukan seorang gadis, yang akan menjadi pasangannya" ujar Dervla, sambil menyunggingkan senyuman, dan menyandarkan kepalanya, pada bahunya Franc.

"Tidak rela?" ucap Franc, sambil mengerutkan dahinya, dan menatap Dervla, dari samping, "Kenapa tidak rela?" tanyanya.

Segera Dervla mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah Franc, "Iya, aku tidak rela. Dan, itu karena ia adalah anakku. Kau tahu? Seorang ibu, pasti akan merasa tidak rela, jika suatu hari, anaknya akan menemukan pasangannya. Karena dengan begitu, anaknya akan meninggalkannya" ujarnya.

"Jadi, maksudmu suatu hari nanti, jika Draven sudah menemukan seorang wanita, yang akan menjadi pasangannya. Ia akan pergi meninggalkan kita?" ucap Franc.

"Iya, karena ia dan pasangannya, akan mencari tempat tinggal lain, untuk mereka tempati" jawab Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya.

Franc pun langsung menggelengkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, ke depan, "Tidak! Aku tidak akan membiarkannya, pergi meninggalkan kita. Karena aku sangat menyayanginya. Jadi, jika suatu hari, ia sudah menemukan pasangannya, maka ia harus tetap tinggal di sini, bersama dengan pasangannya" katanya.

Dahinya Dervla pun langsung mengerut, setelah mendengar, apa yang baru saja Franc katakan, "Lho? Kenapa seperti itu?" tanyanya, yang mulai terlihat bingung.

"Karena dengan ia pergi dari sini, maka kita jadi tidak tahu, bagaimana keadaannya. Dan aku takut, jika nanti ia bertemu, dengan para pemburu vampir. Karena aku tak ingin kehilangannya" jawab Franc, sambil menoleh ke arah Dervla, dan menatapnya dengan dalam.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla langsung menundukkan kepalanya, dan mengulum bibirnya, "Benar juga, aku juga takut, jika hal itu, terjadi padanya. Sebab, aku juga tak ingin kehilangannya" katanya, dengan raut wajahnya, yang langsung berubah menjadi murung.

"Aku tak akan pernah, pergi meninggalkan kalian. Karena selamanya, aku akan tetap tinggal di sini, bersama dengan kalian"

Dervla dan Franc langsung terkejut, saat mendengar suara itu. Segera ia menoleh ke arah sumber suara, dan dapat mereka lihat, Draven yang sedang berdiri, di depan pintu kamar.

"Draven, sejak kapan kau ada di situ, nak?" ucap Dervla, sambil membalikkan tubuhnya.

Segera Draven berjalan menghampiri kedua orang tuanya, dan berdiri di dekat mereka, "Baru saja, bu. Tadi aku sedang lewat, dan tak sengaja, mendengar pembicaraan kalian" katanya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Franc pun segera membalikkan tubuhnya, dan memegang bahunya Draven, "Jadi, kau tidak akan pernah, meninggalkan ayah dan ibu?" ucapnya, dan Draven langsung mengganggukkan kepalanya, "Meskipun, suatu saat nanti, kau sudah menemukan pasanganmu?" sambungnya.

"Iya Yah, aku berjanji, tidak akan pernah meninggalkan ayah dan ibu. Meskipun suatu saat nanti, aku telah menemukan seorang gadis, yang akan menjadi pasanganku" jawab Draven, sambil mengganggukkan kepalanya, dan disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya.

Mendengar apa yang baru saja Draven katakan, membuat Dervla dan Franc, langsung menghela nafas dengan lega, dan memeluk putra mereka.

"Terima kasih nak, kau sudah mau mengerti, ayah dan ibu" ujar Dervla, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Iya, dan maafkan kami, jika kami terlihat egois. Itu karena, kami sangat menyayangimu, dan tak ingin, kehilangan dirimu" ucap Franc, yang juga menyunggingkan senyuman.

Sebuah senyuman pun, kembali terukir di wajahnya Draven, setelah mendengar, apa yang baru saja, kedua orang tuanya katakan, "Iya Yah, Bu. Aku dapat memaklumi hal tersebut, dan kurasa, hal itu wajar-wajar saja. Karena kalian, sangat menyayangiku" katanya.

Namun Dervla dan Franc hanya tersenyum saja, tanpa mengatakan apa-apa.

"Oh ya, kalian tidak ingin mencari mangsa? Ini kan sudah malam" ujar Draven, sehingga membuat Dervla dan Franc, langsung melepaskan pelukan mereka, pada Draven.

"Sepertinya, untuk malam ini, kami berdua tidak akan mencari mangsa dulu, nak" jawab Franc, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Lho? Kenapa seperti itu Yah?" tanya Draven, yang mulai terlihat bingung.

"Karena kami ingin, menghabiskan malam ini, dengan mengobrol denganmu" jawab Franc, sambil mengusap kepalanya Draven.

Mendengar jawaban ayahnya, membuat raut wajahnya Draven, langsung berubah menjadi murung, "Yahhh, sayang sekali. Padahal, niatnya aku ingin ikut bersama dengan kalian. Agar aku tahu, bagaimana caranya mencari mangsa, dan menghisap darah, langsung dari sumbernya" ucapnya, sambil menundukkan kepalanya.

Dervla dan Franc pun sedikit terkejut, dan menatap satu sama lain, setelah mendengar, apa yang baru saja Draven katakan.

"Nak, apa kau bersungguh-sungguh, ingin ikut mencari mangsa bersama dengan kami? Dan ingin belajar, cara menghisap darah, langsung dari sumbernya?" tanya Dervla, sambil memegang bahunya Draven.

Dengan cepat, Draven langsung menggangguk, dan mengangkat kepalanya, untuk menatap kedua orang tuanya, "Iya Bu, aku memang ingin, ikut mencari mangsa, bersama dengan kalian. Agar aku tahu, bagaimana caranya menghisap darah, langsung dari sumbernya" jawabnya.

Franc pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menghela nafasnya, dengan kasar, "Ya sudah, kalau begitu malam ini, kau ikut bersama dengan kami, untuk mencari mangsa" ucapnya.

Bibirnya Draven pun langsung terangkat, setelah mendengar, apa yang baru saja, ayahnya katakan, "Benarkah Yah?" ucapnya, dan Franc hanya mengganggukkan kepalanya, "Asyikkk! Kalau begitu, ayo sekarang kita mencari mangsa!" ajaknya, sambil menarik tangannya Dervla, dan Franc.

Namun Dervla dan Franc hanya terkekeh saja, dan segera berjalan, mengikuti Draven.
















To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang