#65

179 16 1
                                    

"Sudah beberapa bulan, Dervla pergi dari sini, dan tak pernah kembali. Kami sudah mencoba untuk mencarinya, tapi tidak pernah menemukannya. Bahkan, kami sudah melaporkan hal ini pada polisi, dan meminta bantuan mereka untuk mencarinya, tapi sama saja, mereka tidak menemukannya juga" ujar ibunya Dervla, sambil menundukkan kepalanya.


"Apa?! Sudah beberapa bulan, Dervla pergi dari sini?" ucap Luke, yang terlihat begitu terkejut. Lalu ia pun langsung terdiam, dan menundukkan kepalanya, "Padahal, sudah dua kali, aku selalu bertemu dengannya. Tapi kenapa, kedua orang tuanya malah mengatakan, kalau sudah beberapa bulan, ia pergi dari rumah? Apakah itu artinya, Dervla melarikan diri, bersama dengan kekasihnya, karena cinta mereka yang tidak direstui, oleh kedua orang tuanya Dervla?" batinnya.


Ya, saat ini Luke memang sedang berada, di rumahnya Dervla. Ia datang ke sana, untuk menemui Dervla, dan mengobrol dengannya. Namun kedua orang tuanya malah mengatakan, kalau sudah beberapa bulan, Dervla pergi dari rumah, dan tak pernah kembali.


"Memangnya kenapa Luke? Apakah, kau sempat bertemu dengan Dervla?" tanya ayahnya Dervla, sehingga membuat Luke, langsung tersadar dari lamunannya.


Segera Luke menggelengkan kepalanya, dan tersenyum kikuk, "Ah, t-tidak om, saya tidak pernah bertemu dengannya. Justru, saya datang ke sini, untuk menemuinya karena sudah lama sekali, kami tidak bertemu" dustanya, yang masih menundukkan kepalanya.


Dengan kasar, ayahnya Dervla menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya, "Saya kira, kau sempat bertemu dengan Dervla, atau mempunyai nomor teleponnya, yang baru. Karena ia pergi, dengan tidak membawa ponselnya" ucapnya.


"Tidak om, saya tidak pernah bertemu dengannya, sama sekali. Dan lagipula, seperti yang om tahu, setelah putus dari Dervla, saya pergi ke Kanada, untuk berkerja di perusahaan paman saya, yang berada di sana. Lalu, beberapa hari yang lalu, saya datang ke sini, untuk berlibur" ujar Luke, yang sedikit berdusta. Ya, setelah hubungannya dengan Dervla berakhir, ia memang pergi ke Kanada, dan berkerja di sana. Dan selama itu, ia tidak pernah berkomunikasi dengan Dervla, karena Dervla sudah memblokir nomornya, dan semua akun sosial medianya.


"Kalau begitu, jika kau bertemu dengan Dervla, kami meminta tolong padamu, untuk mengajaknya pulang. Karena kami sangat merindukannya, dan begitu mengkhawatirkannya" ujar ibunya Dervla, sambil menatap Luke, dengan tatapan yang memohon.


Segera Luke mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Pasti tante, jika saya bertemu dengannya, pasti saya akan mengajaknya, untuk pulang" katanya, yang masih menundukkan kepalanya. Namun di dalam hatinya, ia merasa begitu kasihan, pada kedua orang tuanya Dervla, karena sudah beberapa bulan, Dervla pergi dari rumahnya, "Kasihan sekali, kedua orang tuanya Dervla, mereka begitu mengkhawatirkan, putrinya. Dan lagipula, kenapa Dervla pergi dari rumah? Apakah ada sebuah masalah, sehingga membuatnya pergi dan melarikan diri?" batinnya.





*************************





Perlahan, Dervla membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan, ke seluruh ruangan. Dan ia mendapati dirinya, yang tengah berada di dalam sebuah kamar, yang menjadi kamar tidurnya, selama ia tinggal, di rumahnya Joe.


"Ibu. . . Ibu sudah bangun?" ujar Draven, yang baru saja datang, dan berjalan menghampirinya.


Segera Dervla bangkit dari posisinya, dan menyunggingkan senyuman, "Draven, rupanya kau sudah bangun, nak" ucapnya, sambil mengusap kepala putranya.


"Bu, aku rindu pada ayah, kapan ayah kembali ke sini?" ujar Draven, sambil menatap Dervla, dengan dalam. Ya, meskipun ia hanya melihat wajahnya Franc, di saat masih bayi, tapi ia masih ingat benar, bagaimana wajah ayahnya. Maka dari itu, ia sering menanyakan kepada Dervla, tentang ayahnya.


Mendengar apa yang baru saja putranya katakan, membuat Dervla langsung terdiam, dan mendadak jadi patung, "Ibu juga begitu merindukan ayahmu, nak" batinnya, sambil menundukkan kepalanya.


Melihat Dervla yang hanya diam saja, membuat Draven menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Bu, kenapa ibu diam saja?" ucapnya, sambil menggoyang-goyangkan tangannya Dervla, sehingga membuat Dervla, langsung tersadar dari lamunannya.


Dervla pun segera mengangkat kepalanya, dan menoleh ke arah Draven, "Ibu belum tahu nak, kapan ayahmu akan kembali, karena masih ada urusan, yang harus ayahmu kerjakan" dustanya, yang kembali mengusap kepalanya Draven.


"Tapi sampai kapan, Bu? Aku sangat merindukan ayah. Dan apakah, ia tidak merindukanku?" ucap Draven, dengan kedua matanya, yang mulai berkaca-kaca.


Dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, Dervla pun segera menarik Draven ke dalam pelukannya, dan mengusap-usap punggungnya, "Bersabarlah nak, ayahmu pasti akan segera kembali. Dan, ia pasti merindukanmu juga" katanya, sambil menatap ke depan. Namun di dalam hatinya, ia merasa begitu sakit, karena melihat Draven, yang begitu merindukan ayahnya, "Franc, Draven begitu merindukanmu, dan sering menanyakan tentang dirimu. Dan kau tahu? Hal itu, membuat hatiku terasa seperti teriris-iris" batinnya, dengan air mata, yang mulai mengalir, di pipinya.













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now