#17

386 30 0
                                    

Kini, waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Dan saat ini, Dervla sedang termenung di ruang keluarga, dan hanya seorang diri saja, karena Franc, masih tertidur di dalam kamarnya.

"Aku jadi rindu pada keluargaku, dan nenekku, karena sudah lama sekali, aku tidak ke sana" gumamnya. Ya, saat ini, Dervla memang sedang merindukan keluarganya, yang berada di Perancis. Ditambah, ia yang juga merindukan neneknya, yang sudah tiada.

Ting tong. . .

Ia pun langsung tersadar dari lamunannya, saat mendengar, suara bel yang berbunyi, dari luar rumahnya, dan menandakan, kalau ada seseorang yang datang.

"Siapa itu? Tumben sekali, ada yang datang" gumamnya.

Ting tong. . .

Bel pun kembali berbunyi, sehingga membuat Dervla, menghela nafasnya dengan kasar, dan bangkit dari sofa, yang ia duduki. Lalu ia pun segera berjalan, untuk membukakan pintu rumahnya.

Setelah berada di dekat pintu, ia pun segera membukanya. Namun ia begitu terkejut, saat melihat 3 orang pria, berumur 40 tahunan, yang berdiri di depannya.

"S-Siapa kalian?" tanya Dervla, yang terlihat begitu bingung, sekaligus takut.

"Maaf mengganggu waktumu, nona. Kami tinggal di dekat sini juga, dan kedatangan kami ke sini, untuk memastikan, kalau rumah ini, memang di tempati lagi. Dan ternyata, memanglah benar" ujar salah satu, dari ketiga pria itu.

"Iya benar, rumah ini memang di tempati lagi" ujar Franc, sehingga membuat Dervla, langsung menoleh ke belakang, dan dapat ia lihat, vampir yang ia cintai, sedang berjalan menghampirinya.

"Baiklah, tuan. Kami juga ingin memberitahu, karena akhir-akhir ini, di daerah sini, sering terjadi pembunuhan, pada malam hari. Jadi sebaiknya, kalian tidak keluar, jika sudah malam" ujar salah satu, dari ketiga pria itu.

Franc pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan merangkul bahunya Dervla, "Tentu, saya dan istri saya, akan selalu berhati-hati" katanya dengan datar.

"Kalau begitu, kami pamit undur diri. Maaf sudah mengganggu waktu kalian. Permisi" ucap ketiga pria itu, sambil membungkukkan tubuh. Dan kemudian, mereka pun segera beranjak pergi.

"Franc" ucap Dervla, sambil menoleh ke arah Franc, dan Franc pun langsung mengangkat satu alisnya, "Sepertinya, mereka sudah mulai. . ."

Belum selesai Dervla berbicara, namun Franc malah menaruh jari telunjuknya, pada bibirnya Dervla, sehingga membuat ucapannya vampire itu, jadi terpotong, "Kita bicarakan, di dalam saja" katanya, dan hanya dijawab dengan anggukkan, oleh Dervla.

Dan kemudian, Franc pun segera menutup, serta mengunci pintunya kembali. Lalu ia mengajak Dervla, untuk mengobrol, di ruang keluarga.

Setelah sampai di ruang keluarga, mereka pun segera duduk di sofa, dan bersebelahan.

"Jadi bagaimana, Franc? Apakah mereka curiga, pada kita?" ujar Dervla, sambil menoleh ke arah Franc.

Franc pun langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan menundukkan kepalanya, tanpa berkata apa-apa.

"Franc, kenapa kau hanya diam saja?" ujar Dervla, sambil memegang tangannya Franc.

Dengan berat, Franc menghela nafasnya kembali, dan menoleh ke arah Dervla, lalu ia berkata, "Tenanglah dulu, sayang. Jangan panik seperti ini".

"Bagaimana aku tidak panik? Mereka tiba-tiba saja, datang ke sini!" ucap Dervla, dengan nada bicara yang sedikit tinggi, sambil memalingkan pandangannya, dari Franc.

Segera Franc menarik Dervla ke dalam pelukannya, dan mengusap-usap punggungnya Dervla, seakan sedang berusaha, untuk menenangkan vampir, yang ia cintai itu, "Di dalam penglihatanku, mereka memang sedikit curiga pada kita, karena setelah sekian lama, rumah ini kosong, namun tiba-tiba, di isi lagi oleh kita. Lalu ditambah, pembunuhan yang terjadi, akhir-akhir ini" tuturnya.

Dervla pun langsung mendongak, untuk menatap Franc, lalu ia berkata, "Lalu bagaimana? Apakah mereka berpikir, kalau pembunuhan itu, dilakukan oleh kita?".

"Mereka memang sempat berpikir seperti itu, namun mereka tidak tahu, sejak kapan kita tinggal di sini? Sebelum, atau sesudah pembunuhan itu terjadi? Dan lagipula, mereka tidak bisa menuduh kita seenaknya, karena mereka tidak punya bukti, apa pun" tutur Franc, sambil menatap ke depan.

"Tapi, kita tetap harus berhati-hati, Franc. Karena bisa saja, diam-diam mereka memperhatikan gerak-gerik kita" ujar Dervla, tanpa melepaskan pandangannya, dari Franc.

Franc pun langsung beralih menatap Dervla, dan berkata, "Benar juga, bahkan bisa saja, mereka memasang cctv, pada setiap rumah, atau lebih parahnya, pada setiap kamar, di rumah mereka".

"Itu dia, yang kupikirkan. Lalu bagaimana? Apa kita harus pindah lagi, dari kota ini? Atau kita pindah, ke negara lain?" ucap Dervla, yang masih menatap Franc.












To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now