#87

131 14 0
                                    

Kini, Dervla tengah termenung di dalam kamarnya, dan hanya seorang diri saja. Karena Franc, belum pulang juga.

"Franc ke mana, ya? Apakah ia pergi keluar? Jika ia berada di dalam kamarnya, kenapa tidak keluar juga? Padahal, ini sudah hampir petang" gumam Dervla, sambil duduk di tepi tempat tidurnya, dan menundukkan kepalanya.

Dan kini, ia jadi merasa bersalah pada Franc. Sebab, karena dirinya mengatakan hal itu, Franc jadi marah padanya, dan menghilang seperti sekarang ini.

"Franc, aku tahu jika aku salah. Tapi kau jangan menghilang, seperti ini" batinnya.

Clek. . .

Ia pun langsung menoleh, saat mendengar, suara pintu kamarnya, yang dibuka oleh seseorang. Dan dapat ia lihat, Franc yang baru saja datang, dan hendak melangkah masuk, ke dalam kamarnya.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla menyunggingkan senyuman, dan langsung berjalan menghampiri vampir, yang sangat dicintainya itu, "Franc, akhirnya kau datang juga" ucapnya.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Datang juga?" tanyanya.

Segera Dervla menggelengkan kepalanya, dan menggulum bibirnya, "Ah tidak, lupakan saja" jawabnya sambil menundukkan kepalanya. Tapi tiba-tiba, ia tak sengaja, melihat Franc yang menaruh satu tangannya di belakang, seperti sedang menyembunyikan sesuatu, "Franc, apa yang kau bawa, di tanganmu? Kenapa di sembunyikan, seperti itu?" ujarnya, yang beralih menatap Franc.

"Oh ini, aku membawakanmu bunga ini, sebagai tanda permintaan maafku padamu" ucap Franc, sambil menyodorkan setangkai mawar merah, pada Dervla.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla membulatkan kedua matanya, dan menatap Franc, dengan tidak percaya, "Untukku? Kau yakin?" tanyanya.

"Iya, bunga ini memang untukmu. Tadi, aku sengaja pergi ke toko bunga, dan membelikanmu bunga ini" jawab Franc, sambil mengganggukkan kepalanya.

Segera Dervla mengambil setangkai bunga mawar itu, dan memeluk Franc, dengan erat, "Terima kasih Franc! Aku tak menyangka, jika rupanya, kau bisa romantis juga. Padahal, selama ini kau selalu terlihat dingin" ucapnya.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc langsung terkekeh, dan membalas pelukannya Dervla, "Kau tidak perlu berterima kasih, sayang. Justru aku lah, yang seharusnya meminta maaf, padamu. Karena aku sudah berpikir yang buruk tentangmu" katanya.

Dervla pun segera melonggarkan pelukannya, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak Franc, tapi aku juga salah, karena sudah mengatakan hal itu, sehingga membuatmu menjadi marah. Dan kini, aku tak akan melarangmu lagi, untuk menjadi Tueur de Vampire" ucapnya, sambil menatap Franc, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Tidak sayang, aku akan berhenti, menjadi seorang vampir pembunuh, dan aku akan kembali, menjadi diriku seperti dulu, saat pertama kali, kau tinggal di kastil ini. Jadi, mulai besok aku akan menyimpan kantong darah lagi, jadi kita tak perlu, mencari mangsa setiap malamnya" tutur Franc, sambil memegang kedua lengannya Dervla, dan menyunggingkan senyuman.

"Tidak Franc! Aku tidak setuju, dengan keputusanmu itu. Karena aku ingin, kau tetap menjadi vampir pembunuh. Dan lagipula, apa yang kau katakan, memanglah benar. Kita diciptakan, untuk menjadi pembunuh. Jadi sudah seharusnya, kita membunuh, dan meminum darah secara langsung, dari sumbernya" ujar Dervla, sambil menatap Franc, dengan dalam.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Kau yakin, dengan yang baru saja, kau katakan?" tanyanya.

"Iya, bahkan aku sangat yakin. Dan lagipula, aku menikmatinya saat aku meminum darah, langsung dari sumbernya. Bagiku, hal tersebut begitu menyenangkan" jawab Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya.

Dengan kasar, Franc menghela nafasnya, dan mengganggukkan kepalanya, "Baiklah, kita akan tetap menjadi, Tueur de Vampire. Tapi, kita tidak perlu setiap hari, mencari mangsa. Karena, aku juga akan tetap menyimpan kantong darah, di dalam kulkas. Dengan begitu, kita jadi mempunyai, lebih banyak waktu, untuk bersama" tuturnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Baik, aku setuju dengan idemu itu" ucap Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman.

Namun Franc hanya tersenyum saja, dan mengacak rambutnya Dervla, dengan gemas.




***************************




"Draven, sekarang giliranmu. Cobalah, yang sudah ayah ajarkan.
Karena sebentar lagi, seorang pria, akan masuk ke dalam kamar ini" ujar Franc, sambil menatap ke sebuah pintu yang tertutup, yang berada tak jauh, di depannya.

"Baik Yah, aku akan melakukannya" jawab Draven, sambil mengganggukkan kepalanya. Ya, kini Dervla, Draven, dan Franc, memang sedang berada, di dalam sebuah kamar, yang akan menjadi mangsa mereka, malam ini.

Clek. . .

Pintu pun langsung terbuka, saat ada seseorang yang membukanya, dari luar sana. Dan dapat mereka lihat, seorang pria yang hendak memasuki, kamar tersebut. Namun, ia tak menyadari kehadiran Dervla, Draven, dan Franc, yang sedang menunggunya, dari dekat jendela.

"Saatnya tidur" ucapnya, sambil berjalan masuk, dan menutup pintu kamarnya kembali. Lalu ia berjalan menuju tempat tidurnya, sambil menundukkan kepala, sehingga ia masih tak menyadari, akan kehadiran mereka bertiga.

Kemudian, ia menghentikan langkahnya, dan hendak merebahkan tubuhnya, di atas tempat tidur. Tapi ia begitu terkejut, saat melihat Dervla, Draven, dan Franc, yang sedang berdiri, di dekat jendela.

Melihat hal tersebut membuatnya mulai ketakutan, dan segera melangkah mundur, "S-Siapa kalian? Kenapa kalian, bisa berada di dalam kamarku?" ucapnya.

Draven pun segera berjalan menghampiri pria itu, dan menyunggingkan senyuman, yang mengerikan, "Kau tak perlu tahu, siapa kami" katanya.

"Tapi, kenapa kalian bisa berada, di dalam kamarku?" tanya pria itu, yang terus saja berjalan mundur.

"Karena. . ." jawab Draven, yang sengaja menggantungkan ucapannya, dan terus berjalan, menghampiri pria itu.

Pria itu pun terus saja berjalan mundur, dan menatap Draven, dengan begitu takut. Tapi tiba-tiba. . .














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang