#16

410 32 0
                                    

Franc pun terperanjat, dan langsung membuka kedua matanya. Lalu ia terdiam sejenak, dan memperhatikan ke seluruh penjuru kamarnya. Kemudian, ia pun segera bangkit dari tempat tidur, dan berjalan keluar kamarnya, dengan sedikit tergesa-gesa.

Dan setelah sampai, di depan kamarnya Dervla, ia langsung menghentikan langkahnya, dan berdiri di ambang pintu, namun kedua matanya, menatap tajam ke dalam kamarnya Dervla, yang pintunya tidak tertutup.

Karena merasa ada yang memperhatikan, Dervla pun mengangkat kepalanya, dan dapat ia lihat, vampir yang dicintainya, sedang memperhatikannya, dari depan sana. Melihat hal tersebut, membuat sebuah senyuman, langsung terukir di wajahnya Dervla. Lalu ia pun segera bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menghampiri Franc.

"Rupanya kau sudah bangun, sayang" ucap Dervla, sambil berdiri di depannya Franc, dan memegang wajah vampir, yang ia cintai itu.

"Apakah tadi, ada yang datang ke sini?" tanya Franc, sambil menatap Dervla, dengan datar.

Dervla pun langsung terdiam, dan mendadak jadi patung. Tapi ia buru-buru tersenyum, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, memangnya kenapa?" tanyanya, yang berusaha untuk tetap tenang, dan memberanikan diri, untuk menatap matanya Franc, yang saat ini, terlihat menyeramkan baginya.

"Aku bermimpi, binatang itu datang ke sini, dan menemuimu" jawab Franc, yang masih saja datar. Namun sorot matanya, terlihat seakan menusuk.

Deg!

Jantungnya Dervla seakan berhenti berdetak, setelah mendengar, apa yang baru saja Franc katakan. Namun ia segera tersenyum kembali, dan mengusap-usap bahunya Franc, "Itu hanya mimpi saja, sayang. Karena sedari tadi, aku hanya seorang diri, di dalam kamar ini" dustanya. Ya, ia memang sengaja berbohong pada Franc, sebab jika ia mengatakan yang sebenarnya, maka sudah pasti, Franc akan marah. Apalagi jika mengingat, Franc yang sangat membenci Joe, dan juga bangsanya, yaitu Werewolf.

Perlahan, raut wajahnya Franc mulai berubah menjadi biasa lagi, bahkan tatapannya, tidak setajam tadi. Lalu ia mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Berarti, itu hanya mimpi saja".

"Iya sayang, itu memang hanya mimpi saja" jawab Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya, dan memegang tangannya Franc.





**************************





Saat ini, Dervla dan Franc sedang menikmati suasana malam, di halaman belakang rumah mereka. Karena tadi, Dervla mengajak Franc, untuk mengobrol di sana, sambil menikmati suasana malam.

"Franc, ada yang ingin kutanyakan padamu" ujar Dervla, yang terbaring di sebelahnya Franc, sambil menatap langit malam, yang dipenuhi oleh bintang, dan disinari oleh cahaya bulan.

Franc pun langsung menoleh ke arah Dervla, dan mengerutkan dahinya, lalu ia berkata, "Kau ingin menanyakan apa?".

"Ada satu hal, yang belum kau ceritakan padaku" ucap Dervla, sambil menoleh ke arah Franc.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc kembali mengerutkan dahinya, "Satu hal? Apa?" tanyanya, yang mulai terlihat bingung.

"Bagaimana ceritanya, kau bisa menjadi seorang vampir? Karena, kau belum pernah, menceritakan hal tersebut padaku" ujar Dervla.

Dengan berat, Franc menghela nafasnya, dan menatap langit malam. Lalu ia berkata, "Apakah hal itu penting bagimu?".

"Tidak, hal itu tidak penting bagiku. Tapi aku ingin mengetahuinya" ucap Dervla, yang masih menatap Franc, dari samping.

Franc pun langsung mendengus, dan berkata, "Tumben sekali, kau ingin mengetahuinya".

"Karena aku baru mengingat, kalau kau belum pernah menceritakan padaku, tentang hal itu" jawab Dervla.

Segera Franc menoleh ke arah Dervla, dan kembali mendengus, "Yang jelas, menjadi seorang vampir, bukanlah pilihanku. Karena dulu, aku tidak diberikan pilihan" ujarnya.

"Tidak diberikan pilihan?" tanya Dervla, dengan dahinya yang ia kerutkan.

"Ya, tidak diberikan pilihan. Seperti yang kulakukan padamu dulu" jawab Franc, sambil memalingkan pandangannya, dari Dervla.

"Maksudmu? Coba tolong jelaskan padaku" ujar Dervla, yang terlihat bingung.

Namun lagi-lagi, Franc malah mendengus, dan segera bangkit dari posisinya, lalu ia menoleh, ke arah Dervla, dan berkata, "Lupakan, ada hal yang jauh lebih penting, yang harus kita lakukan".

"Apa?" tanya Dervla, yang masih saja, terbaring di atas rumput.

Franc pun segera mencondongkan tubuhnya ke arah Dervla, dan mendekatkan wajahnya, pada wajah vampir yang dicintainya itu, "Mencari mangsa, ayo!" bisiknya, yang kemudian segera berdiri.

Dengan berat, Dervla menghela nafasnya, dan segera bangkit dari posisinya, "Tapi kau belum menceritakannya padaku, Franc. Dan apakah, kau juga tidak menceritakannya, pada Rebecca? Atau. . ."

Belum selesai Dervla berbicara, tapi Franc malah menaruh jari telunjuknya, pada bibirnya Dervla, sehingga ucapannya Dervla jadi terpotong. Lalu ia tersenyum, dan berkata, "Rebecca juga tidak pernah mengetahuinya, karena ia tidak pernah menanyakan hal tersebut. Dan sepertinya, baginya itu tidak penting".

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla kembali menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya dari Franc, namun ia tak mengatakan apa-apa.

Karena melihat raut wajahnya gadis itu, Franc pun menarik hidungnya Dervla dengan gemas, dan berkata, "Sudah, jangan merajuk seperti itu. Ayo kita lakukan, hal yang menyenangkan".

Dervla pun hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa. Dan kemudian, mereka segera beranjak pergi, untuk mencari mangsa, yang akan menjadi, santapan makan malam mereka.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now