#73

160 15 0
                                    

Saat ini, Dervla dan Franc tengah berada, di dalam sebuah kamar, yang berada di dalam rumahnya Joe. Ya, Joe memang sengaja, tidak mengizinkan Dervla dan Franc, untuk kembali ke kastilnya Franc, karena ia takut, jika tiba-tiba Rebecca datang ke sana, dan membunuh mereka berdua.

"Kau tahu? Saat ini aku begitu senang, karena seorang vampir yang kucintai, sudah hidup kembali. Ditambah, kini kau dan Joe, sudah tak lagi bermusuhan. Rasanya, kebahagian ku begitu lengkap" ujar Dervla, sambil menatap keluar jendela.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc langsung menoleh ke arahnya, dan memeluk pinggangnya, "Aku juga merasa seperti itu, dan aku begitu lega, karena saat ini, aku dan Joe, sudah tidak lagi bermusuhan" katanya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Segera Dervla menoleh ke arah Franc, dan menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.

Dan perlahan, Franc pun mendekatkan wajahnya, pada wajahnya Dervla, dan mendaratkan bibirnya, pada bibir vampir yang sangat dicintainya itu. Lalu ia memejamkan kedua matanya, dan mulai melumat bibirnya Dervla.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla tersenyum senang, namun ia tak mengatakan apa-apa, karena saat ini, mulutnya dibungkam oleh Franc. Dan perlahan, ia pun memejamkan kedua matanya, dan membalas lumatannya Franc, "Aku sangat merindukan hal ini, Franc" batinnya, sambil melingkarkan kedua tangannya, pada lehernya Franc.




************************




Dervla melangkahkan kakinya, di sebuah jalan, yang sudah begitu sepi. Karena saat ini, waktu sudah menunjukkan, pukul setengah 2 pagi. Dan kini, ia sedang menuju ke rumahnya, untuk menengoki keluarganya.

"Semoga saja, saat aku kembali ke rumahnya Joe, mereka tidak tahu, kalau aku keluar secara diam-diam" batinnya, sambil terus berjalan, dan menundukkan kepalanya. Ya, Dervla memang keluar dari rumahnya Joe, secara diam-diam, dan tanpa sepengetahuannya Franc, ataupun Joe. Sebab, ia keluar dari jendela sebuah kamar, yang ia tempati bersama dengan Draven, dan juga Franc. Sedangkan, Draven dan Franc sudah terlelap, sehingga membuat mereka berdua, tidak mengetahui hal tersebut. Dan Joe, ia sedang berada, di dalam kamarnya.

"Rupanya, kita bisa bertemu di sini"

Dervla pun langsung menghentikan langkahnya, dan mengangkat kepalanya. Namun betapa terkejutnya ia, saat melihat Rebecca, yang sedang berdiri, tak jauh di depannya. Tapi dahinya langsung mengerut, saat ia melihat, wajahnya Rebecca yang hampir dipenuhi, oleh luka cakaran, bahkan dagunya juga terluka parah, dan terlihat mengerikan.

"Rebecca?" ucapnya.

"Iya, ini aku. Senang, dapat bertemu denganmu di sini, vampir baru. Karena aku memang sedang mengincarmu, dan berniat untuk membunuhmu" ujar Rebecca, dengan disertai seringaian, yang terukir di wajahnya.

"Sebentar, kenapa wajahmu masih dipenuhi oleh luka, dari cakarannya Xandre? Dan kenapa, luka sobekan di dagu mu juga belum hilang?" tanya Dervla, sambil mengerutkan dahinya, "Bukankah, kejadian itu sudah dari beberapa hari, yang lalu? Dan seharusnya, luka-luka itu sudah hilang, hanya dalam waktu, hitungan detik" sambungnya, yang mulai terheran.

Dengan kasar, Rebecca menghela nafasnya, dan melipat kedua tangannya, di dada, "Aku juga tidak tahu, kenapa luka-luka ini, masih belum hilang. Dan, ini karena binatang, yang menjijikkan itu!" ucapnya, sambil mendengus kesal.

Namun Dervla hanya terdiam, dan masih menatap Rebecca, dengan dahinya yang ia kerutkan. Tapi di dalam hatinya, ia bertanya-tanya, kenapa luka-luka di wajahnya Rebecca, tidak sembuh dan menutup, dalam waktu yang begitu cepat?

Melihat Dervla yang hanya diam saja, membuat Rebecca menyungingkan seringaian, dan mengambil sesuatu, dari saku celananya, "Saatnya aku membunuhmu, Dervla" batinnya, sambil mengeluarkan sebuah botol kecil, yang berisi air suci.

Dervla pun langsung tersadar dari lamunannya, dan menggelengkan kepalanya. Namun kedua matanya langsung membelakak, saat ia melihat, apa yang sedang dipegang, oleh Rebecca. Melihat hal tersebut, membuatnya langsung mengerti, dengan apa yang ingin, dilakukan oleh Rebecca, "Aku tak akan membiarkanmu membunuhku, Rebecca" batinnya, yang kemudian langsung menghilang begitu saja.

Kedua matanya Rebecca pun langsung membelalak, saat ia melihat Dervla yang menghilang, bak ditelan oleh kegelapan, "Sialan! Ke mana vampir baru itu? Kenapa menghilang begitu saja?" batinnya.

Bhuk!

Rebecca pun langsung terjatuh, saat ada seseorang, yang menendangnya dari belakang, sehingga membuat sebotol air suci yang dipegangnya, jadi terjatuh ke tanah.

"Maaf Rebecca, tapi aku jauh lebih pintar, dari dirimu" ujar Dervla, sambil mengambil botol tersebut.

Melihat Dervla, yang sudah berada di depannya, membuat Rebecca membulatkan kedua matanya, dan menggelengkan kepalanya, "Jadi, kau yang menendangku?" ucapnya.

"Tentu, memangnya siapa lagi? Dan kini, saatnya aku membalas, apa yang telah kau lakukan, pada Franc" ujar Dervla, sambil menyunggingkan seringaian, dan membuka botol air suci itu.

Segera Rebecca bangkit dari posisinya, dan hendak berlari. Tapi dengan cepat, Dervla menarik bajunya, sehingga membuat langkahnya langsung terhenti.

"Kau pantas mendapatkan ini, Rebecca!" ucap Dervla, sambil menyiramkan sebotol air suci, tepat di wajahnya Rebecca, sehingga membuatnya langsung teriak kesakitan.

Lalu Dervla pun langsung meraba-raba, saku celananya Rebecca, dan mencari sesuatu. Setelah menemukannya, ia pun segera mengeluarkannya, "Rupanya, kau berniat untuk membakarku juga, Rebecca. Dan, kau ingin melakukan hal itu, agar tidak ada satupun, yang menghidupkanku kembali, kan?" ucapnya, sambil memegang sebuah kayu runcing, dan juga korek api.

"Tidak Dervla, tidak! Kumohon jangan bunuh aku. Karena aku tak ingin mati, untuk yang ketiga kalinya" ujar Rebecca, sambil menutupi wajahnya yang berasap, dengan kedua telapak tangannya.













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang