#40

334 26 0
                                    

Perlahan, Joe membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan, ke seluruh ruangan. Dan ia mendapati dirinya, yang kini berada di dalam kamarnya. Ia pun menghela nafasnya sedikit kasar, dan mencoba untuk bangkit dari posisinya, namun ia merasakan sakit, pada perut di bagian kanannya, sehingga membuatnya meringis kesakitan.

Segera ia beralih menatap perutnya, dan dapat ia lihat, perutnya yang dibalut dengan perban putih.

"Perutku, apa yang terjadi?" ucapnya, sambil mengerutkan dahinya. Lalu ia terdiam sejenak, sambil mencoba mengingat-ingat, apa yang telah terjadi padanya. Namun ia tak sengaja, melihat pergelangan tangan kirinya, yang juga dibalut dengan perban.

Melihat hal tersebut, membuatnya menjadi semakin bingung. Tapi tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka, saat ada seseorang yang membukanya.

"Hey Joe, rupanya kau sudah sadar" ujar seseorang itu, yang merupakan Theo, sambil berjalan menghampirinya.

"Sadar? Memangnya, apa yang terjadi padaku?" tanya Joe, yang terlihat bingung, dan mengerutkan dahinya.

"Kemarin malam, kau pulang dengan langkah yang gontai, dan saat memasuki rumah, kau terjatuh dan tak sadarkan diri. Dan rupanya, hal tersebut di sebabkan karena dirimu, yang kehilangan cukup banyak darah, dari perut dan juga pergelangan tangan kirimu. Bahkan, tulang di pergelangan tangan kirimu, mengalami cedera, karena sebuah gigitan, yang cukup keras" tutur Theo, sambil duduk di tepi tempat tidurnya Joe.

Namun Joe malah kembali terdiam, sambil mencoba mengingat, apa yang terjadi padanya.

"Beruntung, kau masih bisa selamat, Joe. Kalau tidak, kita akan kehilangan sang Alpha, di wolf pack kita" ujar Theo, sehingga membuat Joe, langsung menatapnya.

Joe pun berhasil mengingat, apa yang membuatnya kehilangan, cukup banyak darah. Lalu ia segera bangkit dari tempat tidur, dengan amarah yang mulai menyala-nyala. Melihat hal tersebut, membuat Theo ikut bangkit juga, dan menatap Joe, dengan bingung.

"Kau mau ke mana, Joe?" tanya Theo.

"Ke rumah vampir itu! Karena aku harus membalas perbuatannya" jawab Joe, sambil menatap ke depan, dan mengepal tangan kanannya, dengan begitu kuat.

"Jangan Joe! Kau tidak perlu, membalas perbuatannya. Dan lagipula, di sana ada Xandre, ia pasti akan melindungi adiknya" ujar Theo.

"Aku tak peduli! Kalau perlu, aku akan bunuh keduanya" ucap Joe, tanpa menoleh ke arah Theo.

Kedua matanya Theo pun langsung membulat dengan sempurna, setelah mendengar, apa yang baru saja Joe katakan. Lalu ia menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Jangan Joe! Kau tidak boleh melakukan hal itu. Xandre adalah temanmu, bahkan seorang werewolf, di wolf pack kita. Dan lagipula, ini semua kan salahmu. Kalau saja, kau tak pernah mengusik kebahagiannya Franc, maka pertarungan kemarin malam, tidak akan pernah terjadi".

Bhuk. . .

Theo langsung tersungkur, dan menghantam dinding kamarnya Joe, setelah Joe berhasil melayangkan tonjokkan, pada pipinya.

"Tidak usah banyak bicara. Dan jangan pernah, mencampuri urusanku!" ujar Joe, sambil menatap ke arah Theo, dengan penuh amarah. Dan setelah itu, ia pun segera pergi meninggalkan kamarnya, tanpa mengatakan apa-apa lagi.

"Joe tunggu!" pekik Theo, sambil bangkit dari posisinya, dan berusaha untuk mengejar Joe.


15 menit kemudian. . .


Joe baru saja tiba di depan rumah, yang di tempati oleh Dervla dan Franc. Lalu ia mengatur nafasnya yang sedikit terengah-engah, dan memperhatikan ke sekitar, yang begitu sepi. Karena kini, waktu sudah menunjukkan, pukul setengah 12 malam. Kemudian, ia melompati pintu pagar rumah tersebut, dan berjalan di halamannya.

"Semoga saja, Dervla ada di dalam kamarnya" batinnya, sambil berjalan menuju sebuah pohon. Lalu ia menghentikan langkahnya, dan melompat ke pohon tersebut, dan berdiri di salah satu dahannya. Namun tiba-tiba, ia merasakan perut bagian kanannya, dan pergelangan tangan kirinya, yang terasa begitu sakit, sehingga membuatnya menoleh ke arah tangan kirinya. Namun kedua matanya langsung membelalak, saat melihat darah yang keluar, dari pergelangan tangannya, dan membuat perban putih, yang membalut lukanya, menjadi berwarna merah.

"Argh sial! Kenapa darahnya keluar lagi?!" umpatnya, sambil mendengus kesal. Lalu ia mengangkat baju yang dipakainya, dan melihat perban, yang membalut perutnya, yang juga jadi berwarna merah, karena darah dari dalam perutnya, keluar lagi dan membasahi, perban putih tersebut. Melihal hal tersebut, membuat Joe kembali mendengus, dan berkata, "Gara-gara vampir sialan itu, aku jadi terluka seperti ini!".

Dan kemudian, ia melompat ke arah balkon kamarnya Dervla, dan berjalan menuju jendela. Tapi ia kembali terkejut, saat melihat jendela itu, yang tertutup dengan gorden, sehingga membuatnya jadi tidak bisa mengintip, ke dalam kamarnya Dervla.

"Tumben sekali, gordennya ditutup. Apakah Dervla, sedang tidak ada di dalam?" gumamnya, yang mulai bertanya-tanya, pada dirinya sendiri.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Kde žijí příběhy. Začni objevovat