#84

110 13 0
                                    

Kedua matanya langsung membulat, saat ia tak sengaja melihat Luke, yang sedang berjalan, di bawah sana.

Melihat hal tersebut, membuat Franc menyunggingkan senyum, yang mengerikan, "Akhirnya, aku dapat menemukannya" batinnya. Dan kemudian, ia pun langsung melompat ke bawah, dan berdiri tepat di depannya Luke, sehingga membuat Luke, langsung menghentikan langkahnya.

Luke pun begitu terkejut, saat ia melihat Franc, yang tiba-tiba berdiri, di depannya, "S-Siapa dirimu?" ucapnya, dengan dahinya yang ia kerutkan, dan tak mengenali Franc. Karena ia sudah lupa, dengan apa yang terjadi, kemarin malam. Di saat, ia tak sengaja bertemu dengan Dervla, Draven, dan Franc. Dan hal tersebut, karena hipnotisnya Dervla.

Mendengar apa yang baru saja Luke katakan, membuat Franc menyunggingkan seringaian, "Rupanya, ia benar-benar tak mengenaliku" batinnya.

"Hey, kenapa kau diam saja? Siapa dirimu? Dan, kenapa kau menghalangi jalanku?" ujar Luke, sehingga membuat Franc, langsung tersadar dari lamunannya.

Segera Franc menggelengkan kepalanya, dan menghela nafasnya, dengan kasar. Lalu ia mengarahkan satu tangannya, di depan wajahnya Luke, dan menggerakannya dengan perlahan, "Sekarang, kau kembali ke rumahmu, dan setelah kau tiba di rumahmu, kau bunuh dirimu sendiri, dengan cara apapun. Mengerti?" ucapnya.

Perlahan, Luke mengganggukkan kepalanya, dan membalikkan tubuhnya. Lalu ia mulai berjalan, dengan tatapan yang terlihat kosong.

Melihat hal tersebut, membuat Franc kembali menyunggingkan seringaian, dan melipat kedua tangannya, di dada, "Maafkan aku Luke, tapi jika kau tetap hidup, dan berada di sini, maka kau bisa saja, merebut Dervla dariku. Dan tentu saja, aku tak mau, hal itu terjadi" batinnya.


15 menit kemudian. . .


Luke baru saja tiba, di dalam rumahnya. Segera ia berjalan menuju dapur, dengan tatapan yang masih kosong.

Setelah sampai di dapur, ia menghentikan langkahnya, dan mengambil sebuah pisau, yang berada di sana. Lalu ia segera mengarahkan pisau itu, pada tangan kirinya, dan mulai menggoreskannya, tepat dipergelangan tangannya.

Darah segar pun langsung mengalir keluar, dari pergelangan tangannya Luke, tapi ia tak merasakan apa pun, dan hanya diam saja, seperti patung.

"Bagus, kau benar-benar melakukan, apa yang kusuruh, Luke" ucap Franc, yang baru saja datang. Karena tadi, ia mengikuti Luke, dan saat sampai di rumahnya Luke, ia langsung naik ke balkon, dan masuk melewati sebuah kamar, yang merupakan kamarnya Luke.

Segera Franc berjalan menghampiri Luke, dan berdiri di depannya. Lalu ia menatap Luke sesaat, dan meraih tangan kirinya Luke. Dan kemudian, ia mendekatkan mulutnya, dan mulai menghisap darah yang mengalir keluar, dari pergelangan tangannya Luke.

Merasakan darahnya yang mulai dihisap oleh Franc, tak membuat Luke, merasa kesakitan sedikitpun. Bahkan, ia tetap diam saja, dan menatap ke depan, dengan tatapan yang kosong. Dan hal tersebut, karena ia masih dalam pengaruh hipnotisnya Franc.

Beberapa saat kemudian, Franc menjauhkan wajahnya, dari tangannya Luke, dan menatapnya dengan seringaian, yang terukir di wajahnya, "Rupanya, darahmu segar juga" katanya.

Lalu ia memperhatikan ke sekitar dapur itu, dan melihat sebuah kulkas. Kemudian, ia segera berjalan menuju kulkas tersebut, dan membukanya.

Setelah kulkas itu dibuka, Franc pun langsung memandangi isinya, dan mengambil sebuah botol minuman, yang masih terisi penuh. Lalu ia segera membuka botol minuman itu, dan menuangkan isinya, ke dalam wastafel.

Kemudian, ia kembali berjalan, dan berdiri di dekatnya Luke, "Sekali lagi, maafkan aku Luke" ucapnya, sambil menyunggingkan seringaian, dan mengangkat tangannya Luke. Lalu ia menaruh pergelangan tangannya Luke, tepat di atas lubang botol itu, sehingga membuat darahnya Luke, langsung menetes ke dalam botol tersebut.




*************************




Saat ini, Dervla, Draven, dan Xandre sedang berdiri di dekat sebuah jendela, yang berada di kastilnya Franc.

"Kenapa Franc belum pulang juga, ya? Aku jadi khawatir padanya" gumam Dervla, yang terlihat begitu gelisah, dan menatap keluar jendela.

"Bu, izinkan aku untuk mencari ayah, ya?" ujar Draven, sambil menatap Dervla, dari samping.

"Tidak Draven! Kau belum tahu benar, bagaimana dunia luar. Dan, jika kau mencari ayahmu seorang diri, maka itu bisa membahayakan dirimu, apalagi jika kau sampai bertemu, dengan pemburu vampir" ucap Xandre, sehingga membuat Dervla, dan Draven, langsung menoleh ke arahnya.

"Benar Draven, ibu setuju dengan pamanmu. Dan sebaiknya, biar ibu saja, yang mencari ayahmu" ucap Dervla.

"Tidak juga, Dervla! Kau dan Draven, tidak boleh ke mana-mana, malam ini. Karena aku tak ingin, sesuatu yang buruk, terjadi pada kalian berdua" ucap Xandre, sambil menatap Dervla, dan Draven, dengan sedikit tajam, "Dan, biar aku saja yang mencari Franc" sambungnya, yang beralih menatap keluar jendela.

Dengan kasar, Dervla menghela nafasnya, dan mengganggukkan kepalanya, "Baiklah Xandre" ucapnya, sambil memalingkan pandangannya, ke depan.

"Ya sudah, kalau begitu aku per--"

"Ada apa ini? Kenapa kalian terlihat seperti sedang gelisah?" ujar Franc, yang baru saja datang, sehingga membuat ucapannya Xandre, jadi terpotong.

Melihat Franc yang baru saja datang, membuat Dervla menyunggingkan senyuman, dan langsung berlari, menghampiri vampir, yang sangat dicintainya itu, "Franc, akhirnya kau kembali juga. Kami sangat merindukanmu" katanya, sambil memeluk Franc, dengan erat.

Perlahan, Franc membalas pelukannya Dervla, dan menatapnya dengan bingung, "Khawatir? Kenapa khawatir? Tadi kan, aku sudah meminta izin pada kalian, kalau aku ingin pergi, untuk mencari mangsa" ucapnya.

Segera Dervla melepaskan pelukannya, dan menatap Franc, "Iya, kau memang sudah meminta izin, pada kami. Tapi tetap saja, kami mengkhawatirkan dirimu" ujarnya.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc langsung terkekeh, dan mengacak rambutnya Dervla, dengan gemas, "Terutama dirimu, kan?" ucapnya, dengan satu alisnya, yang terangkat, "Jangan khawatir, aku baik-baik saja" sambungnya.

"Yah, itu apa yang ayah pegang?" ujar Draven, sambil memperhatikan sebuah kantong plastik berwarna hitam, yang dipegang oleh Franc.

"Oh. . . Ini adalah darah untukmu, dan ibumu" jawab Franc, yang beralih menatap kantong plastik tersebut. Lalu ia membuka kantong plastik itu, dan mengeluarkan isinya, yang merupakan sebuah botol, yang berisi darah.

"Franc, sebaiknya kau menyimpan kantong darah lagi, seperti dulu. Agar, kalian tak perlu repot-repot mencari mangsa, setiap malamnya" ujar Xandre.

"Benar Franc, aku setuju pada kakakmu" ucap Dervla, yang meng-iyakan ucapannya Xandre.

Namun Franc malah terdiam, dan mendadak jadi patung. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Menyimpan kantong darah, seperti dulu? Padahal, baru saja aku ingin kembali, menjadi Tueur de Vampire".














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Onde histórias criam vida. Descubra agora