#58

206 23 2
                                    

Dervla kembali termenung, di dekat jendela kamarnya, dan hanya seorang diri saja. Karena Joe, sedang tidak bersama dengannya.

"Apa kau masih ingin mati? Apa kau sudah cukup, mencicipinya?"

"Aku datang untuk menjawab doa-doamu. Hidup tak ada artinya lagi, bukan? Coke tak memiliki rasa lagi bagimu, dan makanan membuatmu muak. Tampaknya, tak ada alasan untuk tetap hidup, kan?"

"Bagaimana, jika aku bisa mengembalikannya padamu? Mencabut semua rasa sakit, dan memberikanmu kehidupan, yang baru? Yang tak pernah kau bayangkan, dan itu untuk sepanjang waktu. Penyakit dan kematian, tidak akan pernah bisa menyentuhmu lagi"

Ya, saat ini Dervla sedang teringat, saat pertama kali, ia bertemu dengan Franc. Dan, ia masih ingat benar, saat Franc yang tiba-tiba saja menyerangnya, dan menggigit lehernya, sehingga membuatnya, menjadi begitu terkejut.

Lalu ia juga teringat, saat Franc datang ke rumahnya, di pagi hari, di saat ia baru saja terbangun, dari tidurnya. Dan saat itu, Franc menawarkannya, untuk memberikannya kehidupan yang baru, dan mencabut semua rasa sakit.
Dan di malam harinya, ia datang ke pemakaman neneknya, untuk menemui Franc. Namun saat Dervla sedang mengobrol dengan makam neneknya, tiba-tiba saja, ia mendengar suaranya Franc, dari sebuah makam, yang berada tak jauh, di belakangnya. Dervla pun langsung terperanjat, dan berdiri. Tapi saat ia membalikkan tubuhnya, Franc sudah berada, tepat di depannya, sehingga membuatnya jadi terkejut. Dan tanpa mengatakan apa-apa, Franc pun langsung menggigit lehernya Dervla, dan menghisap darahnya, secara terus-menerus, sehingga membuat tubuhnya Dervla menjadi pucat, karena kehilangan cukup banyak darah.

Dan dari situlah, Dervla berubah, menjadi seorang vampir, seperti Franc.

Mengingat semua hal itu, membuat air mata, langsung mengalir pada pipinya Dervla. Dan kini, semua hal tersebut, berputar-putar di dalam kepalanya, sehingga membuatnya, jadi semakin merindukan Franc.

"Franc, aku benar-benar sangat merindukanmu" batinnya, sambil menatap keluar jendela.




*************************




Dervla menghela nafasnya dengan lega, saat akhirnya, ia tiba di sebuah pemakaman, yang merupakan makam neneknya. Ya, ia memang sengaja, datang ke makam neneknya, untuk mengunjungi tempat peristirahatan terakhir, orang yang sangat disayanginya itu.

Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya, sambil memperhatikan ke sekitar, yang begitu sepi, dan juga gelap. Karena kini, waktu sudah menunjukkan, pukul setengah 12 malam.

Saat tiba di sebuah makam, ia pun langsung menghentikan langkahnya, dan berjongkok, di dekat makam tersebut.

"Nek, ini aku, Dervla. Bagaimana kabarmu di sana, nek? Dan, apakah kau merindukanku? Seperti aku merindukanmu" ucapnya, sambil mengusap sebuah nisan, yang berada di makam tersebut. Ya, makam itu memanglah makam neneknya Dervla, yang biasa ia kunjungi, sewaktu ia masih menjadi manusia.

"Nek, aku baru saja kehilangan seorang pria, yang sangat kucintai. Pria itu begitu berjasa padaku, karena ia telah menyelamatkanku, dari keterpurukkan, dan memberikanku kehidupan yang baru. Tapi kini, ia telah mati, karena dibunuh oleh seorang wanita, yang mencintainya juga. Dan, aku tak tahu, harus bagaimana?" ujarnya, sambil menundukkan kepalanya, dengan air mata, yang mulai mengalir di pipinya.

"Sudahkah, kau mengucapkan selamat tinggal, pada cahaya?"

Ia pun langsung mengangkat kepalanya, dan menoleh ke arah sebuah makam, yang berada tak jauh, di belakangnya.

"Ternyata hanya perasaanku saja" ucapnya, sambil menghela nafasnya dengan kasar, saat tak melihat siapapun, di sana.

Dan kini, ia pun kembali teringat, saat Franc duduk, di makam tersebut.

"Aku sudah mengangkatmu, ke titik kematian. Jika aku meninggalkanmu di sini, kau akan mati, dengan tubuhmu yang sudah mulai sekarat ini. Atau, kau bisa menjadi selalu muda. Seperti diriku sekarang. Jadi, apakah kau masih ingin mati, atau ikut bersama denganku?"

Dervla kembali menghela nafasnya dengan kasar, saat ia mengingat, apa yang pernah dikatakan, oleh Franc waktu itu. Kala itu, Dervla sedang sekarat, karena kehilangan cukup banyak darah, yang dihisap oleh Franc.

"Franc, ini benar-benar menyiksaku. Sungguh, aku tak bisa, melanjutkan hidup tanpamu" batinnya, sambil menundukkan kepala, dan memegang batu nisan neneknya.

Tapi tiba-tiba, ia merasakan ada sebuah tangan, yang memegang bahunya, dari belakang. Merasakan hal tersebut, membuatnya begitu terkejut, sekaligus takut. Sebab, ia takut jika itu adalah orang jahat, atau pemburu vampir.

Perlahan, ia pun mencoba menoleh, ke belakang, untuk melihat seseorang itu. Namun betapa terkejutnya ia, saat melihat. . .













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang