#51

263 23 0
                                    

Kini, Dervla tengah menggendong anaknya, di dalam kamarnya.

"Nak, jika kau sudah besar nanti, pasti kau begitu tampan, seperti ayahmu" ucapnya, sambil menatap wajah putranya.

"Sayang" ujar Franc, yang baru saja datang, sambil membawa sebuah botol susu.

Dervla pun langsung mengangkat kepalanya, dan beralih menatap Franc. Namun dahinya langsung mengerut, saat melihat sebuah cairan berwarna merah pekat, yang berada di dalam botol susu tersebut, "Franc, kau membawa apa?" tanyanya.

"Oh ini. . . Ini adalah darah, untuk Draven" jawab Franc, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat dahinya Dervla kembali mengerut, "Darah?" ucapnya, dan Franc langsung mengganggukkan kepalanya, "Jadi, Draven akan meminum darah juga?" tanyanya.

Franc pun langsung terkekeh, dan mengacak rambutnya Dervla, dengan gemas, "Tentu saja sayang, ia harus meminum darah juga, walaupun masih bayi" jawabnya.

"Kenapa ia tidak minum asi saja? Seperti bayi pada umumnya" ujar Dervla, dengan polosnya. Sehingga membuat Franc, kembali tertawa, dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sayang, apa kau lupa? Kalau Draven bukanlah bayi biasa, ia adalah bayi vampir" ujar Franc, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Iya, aku tahu hal itu. Tapi, apakah ia tidak bisa, diberikan asi saja?" ucap Dervla, yang terlihat bingung.

"Jika ia diberikan asi, maka yang ia hisap, bukanlah air susumu, tapi darahmu" ujar Xandre, yang entah sejak kapan, sudah berdiri di ambang pintu.

Mendengar apa yang baru saja Xandre katakan, membuat Dervla dan Franc, langsung menoleh ke arahnya.

"Benarkah?" ucap Dervla.

Franc pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan beralih menatap Dervla, "Benar sayang, jika ia diberi asi, maka yang ia hisap adalah darahmu, bukan air susumu" ucapnya, yang meng-iyakan ucapan kakaknya.

Dengan berat, Dervla menghela nafasnya, dan mengganggukkan kepala, "Baiklah, kalau begitu, tolong berikan botol susu, yang berisi darah itu, pada anak kita" ujarnya.

Segera Franc mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman. Lalu ia memberikan botol susu, yang berisi darah itu, pada anaknya, "Minum dulu ya, nak" ucapnya.

Draven pun langsung menghisap botol susu, yang berisi darah itu, dengan begitu kuat, seperti sedang kehausan. Bahkan hanya dalam sekejap, darah yang berada di dalam botol itu, langsung tinggal sedikit.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla begitu terkejut, dan membulatkan kedua matanya. Bagaimana tidak? Selama ini, ia belum pernah melihat, seorang bayi yang meminum darah segar. Karena biasanya, yang diminum bayi adalah asi, atau susu untuk bayi.

"Apakah ia haus sekali?" ujar Dervla, yang beralih menatap Franc.

Namun Franc malah terkekeh pelan, dan berkata, "Sepertinya memang begitu, karena ia menghisapnya, dengan begitu cepat".

Dervla pun hanya diam saja, dan kembali menatap Draven. Namun ia kembali terkejut, saat ia melihat darah, yang berada di dalam botol susu itu, yang sudah habis, dan tak tersisa sedikit pun.

"Sudah kuduga, kalau ia akan menyukainya" ujar Franc, sambil terkekeh dan mencabut botol susu itu, dari dalam mulutnya Draven.

Tapi Dervla tetap saja terdiam, sambil menggelengkan kepalanya, dan menatap anaknya, dengan tidak percaya.




************************




Franc melangkahkan kakinya di jalan, yang sudah begitu sepi. Karena saat ini, waktu sudah menunjukkan, pukul 1 malam.

Ia pun terus saja berjalan, sambil menundukkan kepalanya.

"Saat ini, aku merasa kebahagianku, sudahlah lengkap" ucapnya, sambil terus berjalan, dengan kepalanya, yang ia tundukkan.

Namun tanpa ia sadari, seseorang sedang mengikutinya, dari belakang. Tapi ia tidak mengetahui hal tersebut, dan terus saja berjalan. Dan tiba-tiba. . .

Bhuk. . .

Franc pun langsung terjatuh, saat ada seseorang, yang memukulnya dari belakang, dengan begitu keras.

"Akhirnya, aku menemukanmu, Franc" ucap seseorang itu, sambil menyunggingkan seringaian.

Segera Franc menoleh ke arah seseorang itu, dan menatap wajahnya. Namun betapa terkejutnya ia, saat melihat seseorang itu, yang merupakan Rebecca.

"R-Rebecca? Kau masih hidup?" ucap Franc, dengan dahinya yang ia kerutkan.

"Ya, ini adalah aku, Rebecca. Rupanya, kau masih mengingatku, Franc" ucap seseorang itu, yang merupakan Rebecca, seorang vampir yang pernah tinggal, di kastilnya Franc.

"Bukankah, kau sudah mati? Karena dibunuh, oleh pemburu vampir?" ucap Franc, yang kini mulai bingung. Karena di dalam penghilatannya, Rebecca memang sudah mati, karena dibunuh, oleh seorang pemburu vampir.

"Aku memang sudah mati, tapi apa kau lupa? Kalau seorang vampir, tidak pernah bisa mati, sepenuhnya" ujar Rebecca, dengan disertai seringaian, yang terukir di wajahnya.

"Dan itu artinya, ada seseorang yang menghidupkanmu?" tanya Franc.

"Benar" jawab Rebecca, sambil mengganggukkan kepalanya, "Ada seseorang, yang menemukan tengkorakku, lalu ia menyimpannya dengan baik. Dan beberapa hari yang lalu, ia mencoba untuk menghidupkanku, dan rupanya berhasil, sehingga membuatku dapat hidup kembali" sambungnya, tanpa melepaskan pandangannya, dari Franc.

Namun Franc hanya diam saja, sambil memalingkan pandangannya, dari Rebecca.

"Franc, aku sudah tahu, kenapa kau tidak pernah mau, menerima cintaku" ujar Rebecca, sehingga membuat Franc, langsung menoleh ke arahnya, "Itu karena, kau menyukai vampir baru itu, yang bernama Dervla. Dan kini, kau dan dirinya, sudah hidup dengan bahagia, karena kalian sudah memiliki, seorang anak. Ditambah, binatang menjijikkan itu, juga tinggal bersama dengan kalian" sambungnya, sambil memutar bola matanya.

Mendengar apa yang baru saja Rebecca katakan, membuat Franc menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Kenapa kau bisa tahu, tentang hal itu?" tanyanya.

"Karena semenjak aku hidup kembali, aku langsung mendatangi kastilmu, dan berniat, untuk kembali ke sana. Tapi, aku malah melihat sebuah pemandangan, yang membuat hatiku, terasa begitu sakit. Yaitu, saat kau sedang menggendong anakmu, yang kau dapat, dari vampir baru itu" jawab Rebecca, yang kembali memutar bola matanya, dan melipat kedua tangannya, di dada.

"Lalu, kenapa sekarang kau mengikutiku?" tanya Franc kembali.

"Karena aku ingin membunuhmu" jawab Rebecca, dengan disertai seringaian, yang terukir di wajahnya.

Kedua matanya Franc pun langsung membulat dengan sempurna, setelah mendengar, apa yang baru saja Rebecca katakan, "Tidak! Kau pasti sedang bercanda, kan?" ucapnya, sambil menggelengkan kepalanya.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now