#89

142 12 0
                                    

3 hari kemudian. . .

Perlahan, Dervla membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan, ke seluruh ruangan. Dan ia mendapati dirinya, yang tengah berada di dalam kamarnya, dan hanya seorang diri saja, karena Franc sudah terbangun, sedari tadi.

Ia pun menghela nafasnya dengan kasar, dan bangkit dari posisinya. Lalu ia terdiam sejenak, sambil menundukkan kepalanya.

Dan beberapa saat kemudian, ia hendak bangkit dari tempat tidurnya, tapi tak sengaja, ia melihat sebuah kotak berwarna hitam, berserta dengan sebuah kertas di atasnya, yang terletak di atas nakas, di dekat tempat tidurnya.

Melihat hal tersebut, membuatnya menjadi bingung, dan menundukkan kepalanya, "Kenapa kotak itu, bisa berada di kamarku? Seingatku, tadi pagi saat aku hendak tidur, kotak itu tidak ada" ucapnya, dengan dahinya yang ia kerutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat hal tersebut, membuatnya menjadi bingung, dan menundukkan kepalanya, "Kenapa kotak itu, bisa berada di kamarku? Seingatku, tadi pagi saat aku hendak tidur, kotak itu tidak ada" ucapnya, dengan dahinya yang ia kerutkan.

Karena penasaran, ia pun mengambil kotak itu, dan menaruhnya di atas kasur. Lalu ia meraih sebuah kertas, yang berada di atasnya, dan mulai membacanya.

"Nanti malam, kau pakai semua benda, yang berada di dalam kotak ini. Dan, datanglah ke aula. Tapi ingat, jangan sampai tidak datang!"

Usai membaca sebuah tulisan, yang berada di dalam kertas itu, malah membuatnya menjadi semakin bingung. Lalu ia pun menaruh kertas itu di atas kasur, dan segera membuka, kotak tersebut. Namun kedua matanya langsung membulat, saat ia melihat isi kotak itu, yang merupakan sepasang sepatu kaca yang cantik, dan juga sebuah gaun, yang indah.

"Sebuah gaun, dan juga sepatu kaca? Siapa yang memberikannya? Apakah Franc?" batinnya.

"Tapi, jika ini memang dari Franc, untuk apa Franc memberikan kedua benda ini, padaku? Apakah jangan-jangan. . ." ucapnya, yang langsung terdiam, dan membulatkan kedua matanya, "Ah tidak! Tidak mungkin, jika Franc ingin mengadakan pesta pernikahan kami. Dan lagipula, kami kan sudah sepakat, untuk tidak mengadakannya" sambungnya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lalu, siapa yang memberikan ini? Apakah Draven?"

"Tapi tidak mungkin, jika Draven memberikan ini, padaku. Lalu siapa?"

"Sebaiknya, aku tanyakan saja pada Franc" ucapnya, yang langsung bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan keluar dari kamarnya.

"Dervla?" ucap Xandre, sehingga membuat Dervla, langsung menghentikan langkahnya.

"Ah, kebetulan sekali, aku bertemu denganmu. Aku ingin bertanya, apakah kau melihat Franc?" ujar Dervla.

Segera Xandre menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Tidak, bukankah tadi ia tidur, bersama denganmu?".

"Iya, tapi tadi saat aku terbangun, aku tak melihatnya, yang berada di sebelahku" ucap Dervla.

"Berarti ia sudah bangun, sedari tadi" ujar Xandre.

"Tapi di mana ia sekarang?" ujar Dervla, dan Xandre langsung menggidikkan kedua bahunya, sehingga membuat Dervla, menghela nafasnya dengan kasar.

Melihat raut wajahnya Dervla, membuat Xandre menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Memangnya kenapa kau mencari Franc?" tanyanya.

"Ada yang ingin kutanyakan padanya. Sebab saat aku bangun, tiba-tiba saja ada sebuah kotak, dan juga sepucuk surat, di atas nakas, yang berada di dekat tempat tidurku. Dan saat aku membukanya, ternyata isinya adalah sebuah gaun, dan juga sepasang sepatu kaca" jawab Dervla, sambil menundukkan kepalanya.

"Lalu, kenapa kau malah mencari Franc?" tanya Xandre kembali, sambil menatap Dervla, dengan bingung.

"Karena aku ingin menanyakan padanya, apakah kedua benda itu darinya? Jika iya, mengapa ia memberikannya padaku?" ujar Dervla.

"Kurasa, tidak mungkin jika Franc memberikan benda-benda itu, padamu. Karena setahuku, Franc bukanlah seorang pria, yang suka memberikan kejutan. Dan lagipula, ia bukan tipe pria, yang romantis. Justru ia begitu cuek, dan juga dingin" ujar Xandre, tanpa melepaskan pandangannya, dari Dervla.

Mendengar apa yang baru saja Xandre katakan, membuat Dervla langsung terdiam, dan mendadak jadi patung. Tapi menurutnya, apa yang baru saja Xandre katakan, memanglah benar, Franc bukanlah tipe pria, yang romantis dan suka memberikan kejutan.

"Tapi, jika itu bukanlah dari Franc, lalu dari siapa?" ucap Dervla, yang masih menundukkan kepalanya.

"Aku tidak tahu" jawab Xandre, sambil mengangkat kedua bahunya.

Dengan kasar, Dervla menghela nafasnya, dan menggangguk-anggukkan kepalanya, "Ya sudah, aku ingin mencari Franc lagi" katanya, yang kemudian melanjutkan langkahnya.

Namun Xandre hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa.

"Lalu, dari siapakah barang-barang itu? Apakah dari Joe? Tapi tidak mungkin, jika Joe memberikannya padaku. Untuk apa, ia melakukan hal itu? Dan lagipula, ia kan sudah berjanji pada Franc, untuk tidak mencoba merebutku kembali" ucap Dervla di dalam hatinya, sambil terus berjalan di lorong besar, yang berada di lantai dua, kastil tersebut.













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang