#46

264 27 0
                                    

"Franc, kau tahu kan? Kalau aku sangat mencintaimu, lebih dari apa pun? Dan kau tahu, kalau aku sangat takut, kehilangan dirimu?" ujar Dervla, sambil menatap Franc dengan dalam, sehingga membuat mata mereka, saling bertemu satu sama lain.

"Iya, aku tahu hal itu. Dan aku selalu mengingatnya. Tapi sekarang, aku harus membawa kakakku kembali ke sini, Dervla. Kumohon kau bisa mengerti" ucap Franc.

Dervla pun langsung menggelengkan kepalanya, tanpa melepaskan pandangannya dari Franc, "Tidak Franc, kau harus tetap berada di sini. Jika kau mengejar kakakmu, yang kini telah berubah menjadi werewolf, maka akan sia-sia, karena ia sedang kehilangan kesadarannya. Dan lagipula, kekuatannya sedang mencapai puncaknya, kan? Kau tidak akan bisa, membawanya secara paksa, untuk kembali ke sini. Karena ia sedang tak mengenal dirimu" tuturnya, sambil menatap Franc dengan dalam.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc langsung terdiam, dan menundukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa-apa. Namun ia berpikir, apa yang baru saja Dervla katakan, ada benarnya juga, ia tak akan bisa membawa Xandre secara paksa, untuk kembali ke kastilnya.

"Franc, sebaiknya sekarang kau beristirahat" ujar Dervla, sambil memegang lengannya Franc.

Namun Franc tetap saja terdiam, dan tak mengatakan apa-apa, bahkan kepalanya, masih ia tundukkan.

"Dan, aku punya sesuatu untukmu" ucap Dervla, sehingga membuat Franc, langsung menoleh ke arahnya.

"Ini. Minumlah, kau pasti haus dan juga lapar, kan?" ujar Dervla, sambil memegang sebuah botol, yang berisi cairan berwarna merah, yang kental.

Franc pun langsung mengerutkan dahinya, saat melihat isi, dari botol tersebut. Lalu ia beralih menatap Dervla, dan berkata, "Apakah itu darah?".

"Iya, ini adalah darah segar" jawab Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Dari mana kau mendapatkan darah ini?" tanya Franc, yang terlihat mulai penasaran.

Namun Dervla malah terkekeh, dan berkata, "Tentu saja dari seorang manusia. Tadi, saat aku hendak kembali ke sini, aku tak sengaja bertemu dengan seorang gadis, yang tengah mabuk, lalu aku membawanya ke tempat yang sepi, dan membunuhnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya aku meminum darahnya, dan menyisakannya untuk dirimu".

Sebuah senyuman pun mulao terukir di wajahnya Franc, lalu ia mengambil sebotol darah itu, dari tangannya Dervla, "Ternyata, kau membunuh mangsamu, dengan caraku. Padahal, kau selalu menolak, ketika kuajak untuk melakukan hal itu. Tapi sekarang, kau malah melakukannya" ujarnya, sambil mengacak rambutnya Dervla, dengan gemas.

Dervla pun langsung terkekeh, dan menundukkan kepalanya, "Ya, awalnya aku memang merasa takut, dan tidak tega. Tapi entah mengapa, tiba-tiba saja, aku ingin melakukan hal itu. Apakah, itu karena kemauan anak kita?" ujarnya, yang kemudian beralih, menatap perut buncitnya.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc mengangkat satu alisnya, dan ikut menatap perut buncitnya Dervla, "Oh ya? Tapi bisa juga, seperti itu" katanya, sambil mengusap perutnya Dervla.

"Jangan-jangan, kalau sudah besar nanti, ia akan menjadi seorang Tueur de Vampire juga, sama seperti ayahnya" ujar Dervla, sambil melirik ke arah Franc, sehingga membuat Franc langsung tertawa.

"Kita lihat saja nanti" ucap Franc, sambil mengusap-usap kepalanya Dervla. Namun di dalam hatinya, ia berkata, "Untuk yang kesekian kalinya, kau mampu membuatku lupa, dengan yang sedang kurasakan. Justru kau menggantikannya, dengan rasa bahagia. Sungguh, tak bisa kubayangkan, jika aku harus hidup tanpa dirimu, Dervla. Karena kau adalah penguatku, bersama denganmu, aku merasa bisa melewati, setiap rintangan. Dan, aku tidak akan pernah, membiarkan siapa pun, merebutmu dariku. Karena kau hanyalah milikku, dan untuk selamanya, kau tetaplah milikku seorang. Bahkan, aku rela bertaruh nyawa, untuk mempertahanmu, Dervla".














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now