#91

168 11 0
                                    

Pintu itu mulai terbuka, dengan perlahan.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla mulai menyunggingkan senyuman, karena ia telah berhasil, membuka pintu yang begitu tinggi itu.

Namun dahinya langsung mengerut, saat ia melihat, aula itu yang begitu gelap, sehingga ia tak bisa melihat apa pun, di dalam sana.

"Kenapa gelap sekali? Katanya ada sebuah acara, di sini. Apakah pria itu, salah tempat?" batinnya.

Dengan sedikit takut dan juga ragu, ia pun mencoba melangkah, dan memasuki aula itu, sambil memperhatikan ke sekitar. Namun tanpa ia sadari, gaun yang ia gunakan langsung menyala di dalam kegelapan, seperti bersinar di dalam gelap.

Dervla pun terus saja berjalan, sambil terus memperhatikan sekitar. Tapi tiba-tiba, lampu-lampu di aula itu mulai menyala, sehingga membuatnya menjadi terkejut, dan langsung menghentikan langkahnya.

Namun ia semakin terkejut, saat melihat ruangan tersebut, yang hampir di penuhi oleh orang-orang yang memakai topeng, yang entah sejak kapan, sudah berada di sana.

"Rupanya, aku tidak salah tempat. Tapi, kenapa semuanya memakai topeng? Sedangkan aku tidak" batinnya, sambil memperhatikan orang-orang itu, yang sedang menatap ke arahnya, seolah ia adalah satu-satunya objek yang menarik, di dalam ruangan, yang sangat besar itu.

Lalu ia pun kembali melanjutkan langkahnya, namun tanpa ia sadari, kini ia sedang berjalan di sebuah karpet merah yang panjang.

"Ramai sekali, sebenarnya acara apakah ini?" batinnya, sambil terus berjalan, dan memperhatikan ke sekitar.

Namun tiba-tiba, ia kembali menghentikan langkahnya, saat melihat seorang pria, yang sedang berdiri tak jauh di depan sana. Melihat hal tersebut, membuatnya menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya. Sebab, pria itu berpakaian rapih bak seorang pangeran, di dunia dongeng. Tapi sayang, ia memakai sebuah topeng, yang menutupi sebagian wajahnya, sehingga membuat Dervla, tak dapat mengenalinya.

Pria itu pun menatap Dervla, dengan sebuah senyuman, yang terukir di wajahnya. Lalu ia mengarahkan satu tangannya ke depan, dan menggerakkannya, seolah sedang menyuruh Dervla, untuk menghampirinya.

"Siapa pria itu? Kenapa ia menyuruhku, untuk menghampirinya?" ucap Dervla di dalam hati, sambil memperhatikan pria itu, dan mengerutkan dahinya. Namun ia merasa seperti tak asing, dengan postur tubuh pria itu. Ditambah senyumannya, yang seperti sudah sering, dilihat oleh Dervla.

Dan dengan sedikit takut dan juga ragu, Dervla pun kembali melanjutkan langkahnya, dan berjalan menghampiri pria itu, sehingga membuat pria itu, menyunggingkan senyuman.

Tak lama kemudian, Dervla menghentikan langkahnya, saat berada di depan pria itu. Dan dengan sedikit takut, dan juga gemetar, ia mencoba untuk menatap pria itu, dan berkata, "S-Siapa dirimu? Dan, di mana Franc, Draven, dan Xandre?".

Namun pria itu hanya tersenyum saja, dan mengulurkan satu tangannya, pada Dervla.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla menjadi bingung, tapi ia merasa tak asing, dengan telapak tangan pria itu. Dan dengan sedikit ragu, ia pun meraihnya.

Pria itu pun langsung menggenggam tangannya Dervla dengan kuat, dan mengajaknya untuk berdiri, di sebelahnya. Lalu ia beralih menatap ke arah orang-orang, yang berada di depannya, dan berkata, "Malam ini, adalah malam yang sangat spesial, untuk kami berdua. Karena malam ini, adalah pesta pernikahan kami, meskipun awalnya kami telah sepakat, untuk tidak mengadakannya. Tapi setelah saya pikir-pikir, tidak ada salahnya jika tetap mengadakannya, karena ini hanyalah sekali, di dalam hidup kami".

Kedua matanya Dervla pun langsung membulat, saat mendengar, suara pria itu, "Franc? Jadi, ini adalah dirimu?" ucapnya, sambil menatap pria itu, dari samping.

Segera pria itu menoleh ke arah Dervla, dan menyunggingkan senyuman. Dan perlahan, ia membuka topeng yang menutupi wajahnya, dan membuangnya begitu saja, "Iya sayang, ini adalah diriku, Franc" ujarnya.

Melihat raut wajah pria itu, membuat Dervla sangat terkejut, karena rupanya, pria itu memanglah Franc. Tapi ia langsung mendengus sebal, dan memukuli dada bidang, vampir yang dicintainya itu, dengan pelan, "Dasar menyebalkan! Rupanya, ini adalah rencanamu. Kau tahu? Kau hampir saja membuatku mati, karena ketakutan" ucapnya.

Franc pun langsung tertawa geli, dan segera menahan, kedua tangannya Dervla, "Maafkan aku sayang, sudah membuatmu menjadi ketakutan. Aku memang sengaja, merencanakan semua ini. Sebab, aku ingin memberikan sebuah kejutan, yang besar padamu. Dan lagipula, jika aku mengatakannya padamu, pasti kau tidak akan setuju, dan mengatakan, kalau acara ini tidaklah penting. Padahal, kita berdua sama-sama belum pernah merasakan, rasanya menjadi Sepasang Pengantin, seperti ini" tuturnya.

Dengan kasar, Dervla menghela nafasnya, dan melipat kedua tangannya, di dada, "Kau memang benar-benar menyebalkan, Franc!" ucapnya, sambil memalingkan pandangannya, ke depan.

"Menyebalkan? Tapi kau sangat sayang, dan begitu mencintainya, kan?" ujar seseorang, dari sisi sebelah kirinya.

Mendengar suara tersebut, membuat Dervla jadi terkejut, dan langsung menoleh, ke arah sumber suara. Namun betapa terkejutnya ia, saat melihat. . .















To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now