#81

135 14 8
                                    

Kini, Dervla, Draven, dan Franc, baru saja tiba, di dekat sebuah rumah, yang akan menjadi mangsa mereka, malam ini.

"Kalian naik lebih dulu, aku akan mengawasi, di sini" ujar Franc, dengan suara yang begitu kecil, bahkan hampir terdengar, seperti sebuah bisikan.

"Tapi Yah--"

"Tidak apa-apa Draven, ibumu akan mengajarimu, cara naik ke balkon itu" bisik Franc, sehingga membuat ucapannya Draven, jadi terpotong.

"Tapi, setelah kita naik ke balkon, kau harus cepat naik juga, sebelum ada yang melihat kita" ujar Dervla, dan Franc langsung mengganggukkan kepalanya. Dan kemudian, Dervla langsung melompat ke sebuah pohon besar, yang berada di depan rumah itu, "Ayo nak, kau ikuti ibu" katanya, sambil menatap Draven, dari bawah.

Namun Draven hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera melompat, ke pohon tersebut.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla menyunggingkan senyuman, dan mengusap kepala putranya, "Sekarang, kita melompat ke balkon itu" ucapnya, yang kemudian melompat lebih dulu, ke sebuah balkon, yang berada tak jauh, di depannya.

Tapi lagi-lagi, Draven hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan kemudian, ia segera melompat ke balkon tersebut, dan berdiri di sebelahnya Dervla.

"Anak pintar" ujar Dervla, sambil mengacak rambut putranya, dan menyunggingkan senyuman. Lalu ia beralih menatap Franc, yang masih berada di bawah sana, dan berkata, "Franc, ayo segera naik!".

"Tentu saja" ucap Franc, sambil mengganggukkan kepalanya, dan langsung melompat, ke pohon tersebut. Lalu ia melompat lagi ke balkon, dan berdiri di depannya Dervla, dan Draven.

"Lalu, setelah ini, apa yang akan kita lakukan?" ujar Draven, sambil menatap kedua orang tuanya.

"Tentu saja, masuk ke dalam rumah ini, nak" ucap Dervla, sambil menyunggingkan senyuman, dan mengusap kepalanya Draven.

Mendengar apa yang baru saja ibunya katakan, membuat Draven menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Masuk ke dalam rumah ini? Tapi, bagaimana caranya?" tanyanya.

Franc pun langsung terkekeh, dan berjalan lebih dulu, menuju sebuah jendela, yang berada tak jauh, di depannya, "Dengan cara masuk, dari jendela ini" jawabnya.

"Dari jendela itu? Tapi, jendelanya kan tertutup, dan kuyakin, pasti dikunci" ujar Draven, yang terlihat semakin bingung.

Namun Dervla malah terkekeh, dan merangkul bahu putranya, "Jendelanya memang ditutup, dan juga dikunci. Tapi kau jangan khawatir, karena kita bisa dengan mudah, membukanya" katanya.

Segera Draven menoleh ke arah Dervla, dan kembali mengerutkan dahinya, "Benarkah? Bagaimana caranya?" ucapnya.

"Caranya, hanya dengan ditarik seperti ini saja" ujar Franc sambil menarik jendela itu, sehingga membuat Dervla dan Draven, langsung beralih menatapnya, "Lalu, jendelanya pun langsung terbuka, seperti ini" sambungnya, sambil menoleh ke arah mereka berdua, dan menyunggingkan senyuman.

Kedua matanya Draven pun langsung membulat, setelah ia melihat ayahnya, yang dengan begitu mudahnya, membuka jendela tersebut, seakan jendela itu, tidak terkunci, "B-Bagaimana bisa?" ucapnya, yang terlihat begitu terkejut.

"Karena kita bukanlah, seorang manusia. Maka dengan begitu mudah, kita bisa membuka jendela itu" ujar Dervla, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Draven pun langsung menoleh ke arah Dervla, dan menatapnya dari samping, "Tapi, jendela itu kan terkunci" ucapnya, yang masih terlihat bingung.

"Dari pada bingung, sebaiknya kita segera masuk, ke dalam rumah ini" ujar Franc, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Benar, ayo kita masuk" ucap Dervla, yang meng-iyakan ucapannya Franc.

Namun Draven hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa. Dan kemudian, mereka segera memasuki rumah tersebut, melalui jendela yang sudah dibuka, oleh Franc.

Saat ini, mereka berada di dalam sebuah kamar, dari rumah tersebut. Dan dapat mereka lihat, seorang pria berumur sekitar 30 tahun, yang tengah tertidur, dengan lelapnya.

"Draven, kau lihat pria itu, kan?" ujar Franc, sambil menunjuk ke arah pria itu, dan memegang bahunya Draven.

"Iya, aku melihatnya" ucap Draven, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menatap pria itu.

"Sekarang, ayah akan menggigit leher pria itu, dan menghisap darahnya. Dan tugasmu adalah, memperhatikannya. Karena ini, tidaklah mudah untuk dilakukan, terutama oleh seorang vampir, yang belum pernah berburu mangsa, seperti dirimu" ucap Franc, sambil menatap putranya, dari samping.

"Baik Yah, aku akan memperhatikannya" ucap Draven, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, ayo ikuti ayah" ajak Franc, sambil berjalan menghampiri pria itu.

Namun Draven hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera berjalan, mengikuti ayahnya.

Setelah berada di dekat pria itu, mereka pun segera menghentikan langkah, dan berdiri di dekat sana.

"Sekarang, kau perhatikan setiap hal, yang ayah lakukan" bisik Franc, sambil menoleh ke arah Draven.

Tapi lagi-lagi, Draven hanya mengganggukkan kepalanya saja. Dan kemudian, Franc segera mencondongkan tubuhnya ke pria itu, dan mencari daerah, di sekitar lehernya. Setelah menemukannya, ia pun langsung membuka mulutnya, dan menancapkan gigi-giginya yang tajam, pada kulit leher, pria itu.

Melihat hal tersebut, membuat Draven langsung memejamkan kedua matanya, dan bergidik ngeri.
















To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now