#48

239 22 0
                                    

Saat ini, Dervla dan Franc sedang mengobrol di dalam kamarnya Franc.

"Sayang, apakah kau tahu? Aku sungguh tidak sabar, menunggu sampai anak ini lahir" ujar Franc, sambil mengusap perutnya Dervla, yang semakin membuncit.

Sebuah senyuman pun, terukir di wajahnya Dervla, lalu ia menatap Franc, dan berkata, "Kau harus tetap bersabar, Franc. Karena kuyakin, tidak akan lama lagi, anak kita pasti akan lahir".

Franc pun beralih menatap Dervla, dan menyunggingkan senyuman, "Terima kasih" katanya, sehingga membuat dahinya Dervla, jadi mengerut.

"Terima kasih? Untuk apa?" tanya Dervla, yang terlihat bingung.

"Terima kasih untuk semuanya, terutama untuk seorang anak, yang telah kau berikan untukku" jawab Franc, sambil menatap Dervla, dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya.

Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajahnya Dervla, lalu ia meraih wajahnya Franc, dan memegangnya, "Dan terima kasih juga untukmu" ucapnya.

"Terima kasih, untuk apa?" tanya Franc, dengan dahinya yang ia kerutkan.

"Untuk semuanya. Terutama untuk kehidupan kedua, yang telah kau berikan padaku" jawab Dervla, dengan disertai senyuman, yang masih mengembang di wajahnya.

Franc pun langsung menyunggingkan senyuman, dan menarik Dervla, ke dalam pelukannya, "Aku sangat beruntung, karena memiliki dirimu, Dervla" ucapnya, sambil mengusap rambut panjangnya Dervla.

Namun Dervla hanya tersenyum saja, sambil membalas pelukannya Franc. Tapi di dalam hatinya, ia merasa begitu senang, karena sudah menemukan cinta sejatinya, meskipun bukanlah seorang manusia.

Dan tanpa mereka sadari, Xandre sedang memperhatikan mereka, melalui celah pintu, karena pintu kamarnya Franc, tidak ditutup dengan rapat. Sebuah senyuman pun terukir di wajahnya Xandre, saat ia melihat pemandangan tersebut. Ya, ia begitu senang, melihat adiknya yang kini sudah bahagia, bersama dengan Dervla.

"Kuharap, suatu saat aku akan menemukan seorang gadis, yang akan menjadi pasanganku" ucap Xandre di dalam hati, sambil terus memperhatikan Dervla dan Franc. Dan kemudian, ia pun segera beranjak pergi, dan meninggalkan kedua insan itu, yang sedang berbahagia.




************************




Dervla terdiam, di dekat salah satu jendela puri miliknya Franc, sambil menatap keluar, yang sudah begitu gelap. Karena kini, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dan saat ini, Dervla merasa kesepian, dan juga bosan, karena Franc sedang pergi untuk mencari mangsa. Ya, Franc memang tidak mengizinkan Dervla, untuk mencari mangsa bersama dengannya, karena ia takut, hal tersebut akan membahayakan janin, yang berada di dalam perutnya. Apalagi jika mengingat, perutnya Dervla yang semakin lama, semakin membesar.

"Hey, kenapa melamun?" ujar seseorang, sehingga membuat Dervla, langsung menoleh ke arahnya. Dan dapat ia lihat, Xandre yang baru saja datang, dan berdiri di sebelahnya.

"Hai Xandre" sapa Dervla, sambil tersenyum begitu tipis, lalu ia kembali menatap keluar jendela, dan berkata, "Aku hanya sedang merasa begitu bosan, dan juga kesepian".

"Kesepian?" ujar Xandre, dengan satu alisnya yang terangkat, dan Dervla langsung mengganggukkan kepalanya. Xandre pun mengganggukkan paham, dan memalingkan pandangannya, ke depan, "Kalau begitu, aku akan menemanimu di sini, sampai Franc pulang" ucapnya.

Segera Dervla menoleh ke arah Xandre, dan menatapnya dari samping, "Benarkah? Tapi, apakah tidak merepotkanmu?" ucapnya.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Xandre langsung terkekeh, dan menoleh ke arah Dervla, "Tentu saja tidak. Dan lagipula, kan hanya menemani saja" katanya.

Namun Dervla hanya mengganggukkan kepalanya saja, sambil menatap keluar jendela lagi.

"Dervla?" ujar Xandre, tanpa melepaskan pandangannya, dari vampir itu.

"Iya kenapa?" tanya Dervla, sambil menoleh ke arah Xandre.

"Ingin kuceritakan sesuatu, agar kau tak merasa bosan lagi?" ujar Xandre, yang masih menatap Dervla.

"Boleh, memangnya apa yang ingin kau ceritakan?" ucap Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menatap Xandre, dari samping.

"Tentang awal mulanya, aku menjadi werewolf, kau belum mengetahuinya, kan?" ucap Xandre.

"Benar, aku belum mengetahui hal tersebut. Bahkan, Franc belum mengetahuinya juga" jawab Dervla.

"Kau salah, Dervla. Justru, Franc sudah kuberitahu lebih dulu" ujar Xandre, sambil terkekeh pelan, dan menatap ke depan.

"Oh ya? Kalau begitu, ayo ceritakan padaku, agar aku mengetahuinya juga" ucap Dervla, yang terlihat begitu antusias.

Xandre pun mengganggukkan kepalanya, dan menarik nafasnya dalam-dalam, lalu ia menundukkan kepalanya, dan berkata, "Beberapa tahun yang lalu, aku sengaja melarikan diri dari rumah, karena kedua orang tuaku, yang sering bertengkar. Ya, saat itu aku berpikir, dengan aku melarikan diri dari rumah, maka aku tidak akan lagi, melihat pertengkaran mereka. Dan saat itu, hari sudah malam, bahkan jalanan yang kulewati sudah sepi, dan tak ada seorang pun yang lewat, selain diriku. Aku pun terus saja, berjalan tanpa arah dan tujuan, karena aku tak tahu, ingin pergi ke mana. Tapi tiba-tiba, ada sesuatu yang besar, yang menabrakku dari belakang, sehingga membuatku langsung terjatuh. Namun betapa terkejutnya aku, saat melihat sesuatu itu, yang merupakan seorang Werewolf. Aku pun langsung berdiri, dan berlari sekencang mungkin, namun sayang, werewolf itu jauh lebih cepat dariku, sehingga ia bisa dengan mudahnya menangkapku. Saat berhasil menangkapku, ia memelukku dari belakang, dan tentu saja, aku memberontak dan berusaha untuk melepaskan diri, tapi sayang, tenagaku tak cukup kuat darinya. Dan tiba-tiba, ia menggigit bahu sebelah kananku, sehingga membuatku langsung berteriak, karena kesakitan. Tapi setelah itu, ia malah pergi begitu saja, dan meninggalkanku yang sedang merasa kesakitan. Pada saat itu, aku merasa kalau aku tak akan selamat, dan aku sudah begitu pasrah, jika aku akan mati, di tempat itu. Namun tak lama kemudian, ada dua orang pria yang datang, dan menghampiriku. Lalu salah satu dari mereka, melihat luka di bahu sebelah kiriku. Dan mereka mengajakku ke sebuah rumah, yang mereka tempati. Lalu di sana, mereka mengobati luka di bahuku, namun salah satu dari mereka mengatakan, kalau mereka sudah terlambat untuk menyelamatkanku, karena air liur dari werewolf itu, sudah mengalir di dalam darahku, sehingga membuatku akan menjadi werewolf juga, saat bulan purnama tiba. Tapi saat itu, aku tak percaya begitu saja, karena dulu aku tidak pernah percaya, dengan yang namanya vampir, atau pun werewolf. Bagiku, mereka semua hanya mitos saja, dan tak pernah ada, tapi kenyataannya, aku malah bertemu dan menjadi salah satu, dari mereka".












To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now