#88

122 11 0
                                    

Bhuk. . .

Ia langsung menghentikan langkahnya, saat punggungnya menabrak pintu, sehingga membuatnya meringis kesakitan, "Tolong, jangan sakiti aku" ucapnya, sambil menatap Draven, dengan tatapan memohon.

Namun Draven terus saja berjalan menghampiri pria itu, dan berdiri, tepat di depannya, "Tenang saja, aku tak akan menyakitimu. Tapi aku hanya ingin menghisap darahmu" ucapnya, sambil menatap pria itu dengan disertai seringaian, yang terukir di wajahnya.

Kedua mata pria itu pun langsung membulat, setelah mendengar, apa yang baru saja Draven katakan, "Jadi, kau adalah--"

"Tidak usah banyak bicara! Sekarang, pejamkan kedua matamu, dan jangan membukanya sedikitpun" ujar Draven, sambil mengarahkan satu tangannya, di depan wajah pria itu, lalu ia menggerakkannya, dengan perlahan.

Pria itu pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan mulai memejamkan matanya, tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Melihat hal tersebut, membuat Draven tersenyum penuh kemenangan. Karena rupanya, ia sudah berhasil, menghipnotis pria itu. Lalu ia pun segera membuka mulutnya, dan mengarahkan wajahnya, pada leher pria itu. Kemudian, ia mulai menancapkan gigi-giginya yang tajam, pada kulit leher pria itu, sehingga menjadi robek, dan mengeluarkan darah.

Sedangkan Dervla dan Franc, hanya memperhatikannya saja, dari dekat jendela.

"Rupanya, ia cepat tanggap juga, sama seperti dirimu" ujar Franc, sambil melipat kedua tangannya di dada, dan menoleh ke arah Dervla.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla menjadi terkekeh, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kau ini bisa saja" katanya.

"Tapi memang benar, kan? Ia sama seperti dirimu, cepat tanggap" ujar Franc, sambil menatap Dervla, dari samping.

Namun Dervla hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan menyunggingkan senyuman.




************************




Kini, Dervla sedang termenung seorang diri, dan menatap keluar jendela kamarnya.

"Aku masih tak menyangka, jika kini Draven sudah besar. Rasanya, waktu berjalan dengan begitu cepat" batinnya.

Clek. . .

Ia pun langsung menoleh, saat mendengar pintu kamarnya, yang dibuka oleh seseorang. Dan dapat ia lihat, Franc yang baru saja datang, dan memasuki kamarnya.

"Franc, aku kira siapa" ucapnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Kau sedang apa?" ujar Franc, sambil berjalan menghampiri Dervla, dan berdiri di sebelahnya.

"Tidak sedang apa-apa, hanya sedang memikirkan Draven, yang kini sudah besar" jawab Dervla, sambil menatap Franc, dan menyunggingkan senyuman.

Namun Franc hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan merangkul bahunya Dervla.

"Oh ya, kau bilang, bunga yang kau berikan padaku kemarin, kau membelinya di toko bunga, kan?" ujar Dervla, dan Franc langsung mengganggukkan kepalanya, "Bagaimana bisa, kau pergi ke toko bunga? Apakah, penjaga tokonya tidak curiga padamu?" tanyanya, sambil mengerutkan dahinya, dan mulai terlihat penasaran.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc langsung terkekeh, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak, dan lagipula, aku pergi dengan memakai pakaian, yang cukup tertutup, ditambah aku juga memakai, kaca mata hitam" jawabnya.

"Umm. . . Pantas saja, penjaga tokonya tidak curiga dengan kulitmu, yang begitu pucat" ujar Dervla, sambil menggangguk-anggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangan, ke depan.

"Oh ya, ada sesuatu, yang harus kau ketahui. Karena aku tak ingin, menyembunyikan sesuatu darimu" ujar Franc, sambil menatap keluar jendela.

Dervla pun langsung menoleh ke arah Franc, dan mengerutkan dahinya, "Sesuatu yang harus kuketahui? Apa?" tanyanya, yang mulai terlihat bingung.

Dengan kasar, Franc menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Aku telah membunuh Luke, beberapa hari yang lalu" jawabnya.

Kedua matanya Dervla pun langsung membulat, setelah mendengar, apa yang baru saja Franc katakan, "Apa?! Kau telah membunuh Luke? Tapi, kenapa kau membunuhnya, Franc? Memangnya, ia mempunyai salah padamu?" ucapnya, yang terlihat begitu terkejut.

Segera Franc mengangkat kepalanya, dan menoleh ke arah Dervla, "Iya, aku telah membunuhnya. Dan, ia memang tak mempunyai salah apa pun, padaku. Hanya saja, aku begitu takut, jika suatu hari, ia merebutmu dariku" ujarnya, sehingga membuat Dervla, menatapnya tidak percaya, "Tapi bukan hanya itu saja, alasanku membunuhnya. Ada alasan lain, mengapa aku membunuhnya" sambungnya.

"Alasan lain? Apa?" tanya Dervla, sambil mengerutkan dahinya.

"Aku takut, jika suatu saat, ia membunuhmu dengan cara membakarmu, secara hidup-hidup, seperti di dalam mimpimu" jawab Franc, sambil menatap Dervla, dengan dalam.

Deg!

Jantungnya Dervla pun langsung berhenti berdetak, setelah mendengar, apa yang baru saja Franc katakan. Dan kini, ia jadi teringat, dengan mimpi itu, yang membuatnya ketakutan, setengah mati.

"Dervla, aku tahu aku salah. Tapi aku membunuhnya, untuk melindungimu. Agar, ia tak bisa membunuhmu ataupun merebutmu dariku. Dan kumohon, maafkan aku" ujar Franc, sambil memegang kedua tangannya Dervla, dan menatapnya dengan dalam.

Dengan kasar, Dervla menghela nafasnya, dan menggangguk-anggukkan kepalanya, "Kau tidak perlu meminta maaf, Franc. Karena aku sudah memaafkanmu, dan lagipula, kau melakukannya untuk melindungiku. Dan kurasa, ia pantas mendapatkan hal itu, karena dulu ia memutuskanku begitu saja, dan pergi meninggalkanku" tuturnya.

"Jadi, kau tak marah padaku?" tanya Franc, tanpa melepaskan pandangannya, dari Dervla.

Segera Dervla mengganggukkan kepalanya, dan menyungingkan senyuman, "Tentu saja tidak, Franc. Justru, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu, karena telah melakukan, hal yang tepat. Sebab, bisa saja suatu saat, ia membunuhku saat mengetahui, siapa diriku yang sebenarnya" jawabnya.

Sebuah senyuman pun langsung terukir di wajahnya Franc, setelah mendengar, apa yang baru Dervla katakan, "Terima kasih juga Dervla, karena kau tak marah padaku" ucapnya, sambil memeluk vampir yang dicintainya itu, dengan erat.

Namun Dervla hanya menyunggingkan senyuman saja, dan membalas pelukannya Franc. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Maafkan aku Luke, aku tidak bisa menahan Franc, agar tidak membunuhmu. Karena aku tak tahu, saat ia merencanakan hal tersebut. Dan terima kasih, telah hadir di dalam kehidupanku, meskipun kau yang lebih dulu memutuskanku, dan mengakhiri hubungan kita".













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Where stories live. Discover now