#26

363 27 0
                                    

"Arghhhhhhhhhh, menyebalkan!"

Theo pun segera keluar, dari sebuah rumah, yang ia tempati, bersama dengan para werewolf lain. Dan dapat ia lihat, Joe yang baru saja pulang, dan terlihat sedang begitu kesal. Melihat hal tersebut, membuat Theo menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya. Lalu ia pun berjalan menghampiri Joe, dan berdiri di sebelahnya, "Kau kenapa, Joe?" tanyanya, sambil memegang bahunya Joe.

Segera Joe menoleh ke arah Theo, dan berkata, "Aku sedang sangat kesal, pada Franc".

"Kesal pada Franc? Memangnya, apa yang dia lakukan padamu?" tanya Theo, yang semakin bingung.

"Ia membuat Dervla, mengandung anaknya" jawab Joe, sambil memalingkan pandangannya, ke depan.

"Hanya itu saja?" tanya Theo kembali, dan Joe langsung mengganggukkan kepalanya, "Lalu kenapa, kau jadi sangat kesal padanya? Bukankah, itu hal yang wajar? Mengingat, kini mereka berdua, sudah menjadi sepasang vampir" ujarnya.

Dengan kasar, Joe menghela nafasnya, dan menoleh ke arah Theo sejenak, "Apa kau lupa? Kalau aku mencintai Dervla?" ucapnya.

"Oh. . . Jadi kau kesal pada Franc, karena ia telah membuat gadis yang kau cintai, mengandung anaknya" ujar Theo, sambil menggangguk paham.

Namun Joe hanya diam saja, sambil terus menatap ke depan, dengan amarahnya, yang sudah siap, untuk meledak.

Theo pun mendengus, dan memalingkan pandangannya dari Joe, lalu ia berkata, "Joe Joe, lucu sekali dirimu. Hanya karena hal itu saja, kau jadi seperti ini".

Segera Joe menoleh ke arah Theo, dan mencengkram kerah bajunya, "Kau bilang apa?! Hanya karena hal, seperti itu saja?" ucapnya, dengan amarahnya, yang sudah semakin memuncak, "Hey, coba kau bayangkan, kau yang berada di posisiku! Apakah kau rela? Melihat seorang gadis yang kau cintai, sedang mengandung, anak dari pria lain?!" sambungnya, yang berusaha menahan emosinya.

Dan kemudian, ia melepaskan cengkramannya, dari bajunya Theo, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Aku akan berusaha, untuk merebut Dervla dari Franc! Dan kalau perlu, aku akan membunuh Franc, agar Dervla menjadi milikku" ucapnya, dengan seringaian, yang terukir di wajahnya.

Mendengar apa yang baru saja Joe katakan, membuat kedua matanya Theo, langsung membelalak. Bagaimana tidak? Sungguh ia tak menyangka, kalau Joe menjadi buta, hanya karena cinta. Lalu ia menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Joe, jangan pernah kau melakukan, kedua hal itu. Jika kau melakukannya, maka sama saja, kau mengibarkan bendera peperangan, pada bangsa mereka. Dan, apa kau lupa? Kalau Franc, adalah adik dari Xandre, teman di dalam wolf pack kita. Bisa kau bayangkan, bagaimana murkanya Xandre, jika kau membunuh adiknya".




*************************




Perlahan, Franc membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan, ke seluruh ruangan. Dan ia mendapati dirinya, yang tengah berada, di dalam kamarnya. Ia pun menghela nafasnya, dan mengusap wajah, dengan telapak tangannya.

"Franc, rupanya kau sudah bangun" ujar Dervla, sambil berjalan, memasuki kamarnya Franc.

Franc pun langsung menoleh ke arah sumber suara, namun ia begitu terkejut, saat melihat perutnya Dervla, yang sudah membuncit. Lalu ia beralih menatap Dervla, dan berkata, "Dervla, perutmu sudah mulai membesar?".

Segera Dervla mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Iya Franc, sejak aku bangun tidur tadi, tiba-tiba saja, perutku sudah seperti ini. Dan sepertinya, aku sudah mulai mengandung anakmu" ucapnya, sambil mendudukkan tubuhnya, di tepi tempat tidurnya Franc.

Namun Franc hanya diam saja, seakan mendadak jadi patung. Sungguh, ia tak menyangka, jika Dervla akan hamil, secepat itu.

Karena melihat raut wajahnya Franc, Dervla pun menepuk bahunya dengan pelan, dan berkata, "Hey, kenapa kau malah diam? Apakah kau tidak bahagia, melihatku yang sedang mengandung anakmu?".

Franc pun langsung tersadar dari lamunannya, dan menyunggingkan senyuman, "Tidak sayang, justru aku begitu senang, karena kau telah mengandung anakku. Hanya saja, aku begitu terkejut, saat melihat perutmu, yang sudah mulai membuncit, seperti ini" katanya, sambil memegang perutnya Dervla.

Dengan kasar, Dervla menghela nafasnya, dan menatap perut buncitnya, "Aku juga tak menyangka, jika prosesnya, akan secepat ini. Padahal, baru saja kemarin, kita melakukannya" ucapnya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Franc, lalu ia mengusap perut buncitnya Dervla, dan berkata, "Mungkin, itu karena dirimu, yang bukan lagi seorang manusia, makanya prosesnya jadi lebih cepat".

"Lalu, apakah perutku akan membesar, dalam jangka waktu, yang dekat?" tanya Dervla, yang beralih menatap Franc.

Franc pun langsung menghela nafasnya, dan mengidikkan kedua bahunya, "Aku tidak tahu. Tapi, aku pernah mendengar cerita, kalau seorang vampir, yang sedang mengandung, maka kandungannya, akan membesar dalam waktu yang cepat. Bahkan, setelah bayinya lahir, bayi itu akan tumbuh, dengan cepat juga. Namun, pertumbuhannya akan terhenti, saat ia memasuki usia 20 tahun" tuturnya.

Mendengar penuturannya Franc, membuat Dervla menggangguk paham, dan mengusap perut buncitnya, "Tapi, nanti saat aku hendak melahirkan, siapa yang akan membantuku, melewati proses persalinan? Apakah, kita harus pergi ke rumah sakit, dan meminta bantuan pada dokter?" tanyanya kembali.

Namun Franc hanya terdiam, sambil menatap Dervla, tanpa mengatakan apa-apa. Sebab, ia pun bingung ingin menjawab apa. Dan baginya, tidak mungkin jika nanti, ia membawa Dervla ke rumah sakit, dan meminta bantuan pada dokter, untuk melewati proses persalinannya Dervla.













To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang