#11

489 35 0
                                    

"Xandreeeeeeeeeee"

Franc berteriak, dan langsung membuka kedua matanya, dengan nafas yang terengah-engah.

Dervla pun langsung berjalan menghampiri Franc, dan melihat vampir yang dicintainya itu, sedang duduk di atas kasur, dengan kepala yang ditundukkan.

"Franc, apa kau baik-baik saja?" tanya Dervla, sambil memegang bahunya Franc, dan menatapnya dengan khawatir.

"Xandre sudah mati" ujar Franc, tanpa menoleh ke arah Dervla.

Kedua matanya Dervla pun langsung membelalak, setelah mendengar, apa yang baru saja Franc katakan, "Apa?! Mati? Bagaimana bisa? Apakah, kau mendapat penglihatan lagi?" tanyanya.

"Tidak, tapi aku bermimpi tentang Xandre, yang dibunuh oleh seorang pria" jawab Franc, yang kemudian menoleh ke arah Dervla.

"Jadi, itu hanya mimpi saja? Bukan penglihatanmu?" tanya Dervla kembali, dan Franc hanya menjawabnya, dengan anggukan saja. Dervla pun langsung menghela nafasnya dengan lega, dan menarik Franc ke dalam pelukannya, lalu ia berkata, "Franc, itu kan hanya mimpi saja, dan mimpi adalah bunga tidur. Dan kejadian, yang terjadi di dalam mimpimu, tidak akan benar-benar terjadi. Jadi, kau tidak perlu khawatir, atau pun panik, karena kuyakin, Xandre pasti akan baik-baik saja. Karena ia pasti bisa, menjaga dirinya. Kau tenang saja, ya?".

Namun Franc hanya diam saja, sambil menatap ke depan, dengan tatapan yang kosong. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Joe, aku tak akan pernah memaafkanmu, jika sesuatu yang buruk, terjadi pada kakakku! Dan, aku akan melakukan pembalasan, terhadap dirimu, dan juga bangsamu!".




************************




Franc menyunggingkan seringaian, saat ia melihat seorang pria, yang sedang tertidur dengan nyenyaknya. Ya, saat ini Franc dan Dervla, memang sedang berada di dalam kamar, dari sebuah rumah, yang letaknya lumayan jauh, dari rumah kakek dan neneknya Franc, yang mereka tempati.

Tanpa lama-lama berpikir, Franc pun mulai berjalan menghampiri pria itu, dan berdiri di dekatnya. Lalu ia menatap pria itu, dan kembali menyunggingkan seringaian. Dan perlahan, ia merendahkan tubuhnya, pada leher pria itu. Seakan tahu, apa yang akan dilakukan, oleh vampire yang dicintainya, membuat Dervla buru-buru berjalan menghampiri Franc, dan berdiri di sebelahnya.

"Franc! Jangan lakukan hal itu! Apa kau lupa, dengan yang kau katakan?" ujar Dervla, sambil memegang bahunya Franc.

Franc pun langsung menoleh ke arah Dervla, dan mengerutkan dahinya, "Yang aku katakan? Yang mana?" tanyanya.

"Kalau kau akan berburu mangsamu, dengan cara baru, bukan dengan cara, yang biasa kita lakukan. Karena hal tersebut, akan membuat orang-orang sekitar, jadi curiga dan berpikir, kalau di sekitar sini, ada bangsa vampir" jawab Dervla, dengan suara yang sengaja, ia pelankan.

Mendengar jawabannya Dervla, membuat Franc langsung terdiam, dan kembali menegakkan tubuhnya. Lalu ia menghela nafasnya dengan kasar, dan berkata, "Aku hampir saja lupa, dengan hal tersebut. Dan untungnya, kau mengingatkanku".

"Ini" ujar Dervla, sambil memberikan sebuah pisau dapur, pada Franc.

Namun dahinya Franc malah mengerut, saat melihat benda tersebut, yang berada pada Dervla, "Kenapa benda itu, bisa berada padamu?" tanyanya, yang terlihat bingung.

Dervla pun langsung menyunggingkan senyuman, dan berkata, "Tadi, saat kau sedang tertidur, aku tak sengaja, melihat pisau ini, yang tergeletak di dekat tempat tidurmu. Jadi aku mengambilnya, dan menyimpannya kembali di dapur. Dan, sebelum kau mengajakku untuk berburu, aku mengambil benda ini terlebih dulu, karena ku yakin, kau pasti akan membutuhkannya, saat kita berburu".

Sebuah senyuman pun, mulai terukir di wajahnya Franc. Ia tak menyangka, jika rupanya, Dervla bisa inisiatif juga. Lalu ia mengambil pisau tersebut dari tangannya Dervla, dan berkata, "Terima kasih, sayang".

Namun Dervla hanya mengganggukkan kepalanya saja, sambil menyunggingkan senyuman.

Dan kemudian, Franc beralih menatap pria itu, yang sama sekali tidak terusik. Lalu ia menyunggingkan seringaian lagi, dan mulai menusukkan pisau yang dipegangnya, pada perut pria itu.

Pria itu pun langsung membuka matanya, saat merasakan ada benda tajam, yang menusuk dan merobek kulit perutnya. Dan betapa terkejutnya ia, saat melihat Dervla dan Franc, yang sedang berdiri di dekatnya.

"S-Siapa kalian?" ucap pria itu, sambil menatap mereka berdua, dengan begitu takut.

"Kau tak perlu takut, lanjutkan saja tidurmu. Karena setelah ini, kau akan tertidur untuk selamanya" ujar Franc, dengan disertai senyuman, yang mengerikan.

Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat pria itu langsung bangkit dari tempat tidurnya, dan berlari menuju pintu kamarnya. Lalu ia mencoba membuka pintu tersebut, namun tidak bisa.

"Kau mencari ini?" ujar Franc, sambil memegang sebuah kunci.

Segera pria itu menoleh ke arah Franc, dan membulatkan kedua matanya, "Kembalikan kunci kamarku!" ucapnya, sambil membalikkan tubuhnya.

Namun Franc malah kembali menyeringai, dan berjalan menghampiri pria itu, sehingga membuat pria itu, jadi semakin ketakutan, dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan setelah sudah sampai, di dekat pria itu, Franc segera menghentikan langkahnya, dan berdiri tepat, di depan pria itu.

"Katakan selamat tinggal, pada dunia" ujar Franc, sambil mengarahkan pisaunya, pada leher pria itu.

"Tidak! Jangan bunuh aku, aku tidak mempunyai salah apa pun, pada kalian" ucap pria itu, dengan tatapan memohon.

Tapi Franc terus saja, mengarahkan pisaunya pada pria itu. Dan tiba-tiba. . .














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora