BAB LXXXIII

1.7K 283 21
                                    


"Ayo, kemarilah. Ia sudah tewas," Jimin mengulurkan tangannya pada tunangannya yang bersembunyi di balik tubuhnya itu.

Min Yoongi terlihat pucat setelah Jimin membunuh musuh yang sedang mengejar tiga orang yang ia yakini juga bagian dari warga sipil. Lelaki itu juga sempat tidak nyaman setelah membuat tunangannya melihat dirinya membunuh seseorang. Tetapi, Jimin berusaha tenang meskipun tangannya yang masih menggenggam pistol bergetar hebat.

Ketika Jimin mengetahui siapa yang telah ia selamatkan, gemetar itu perlahan-lahan menghilang digantikan perasaan lega sekaligus bahagia.

"Hyung! Kalian ternyata ada—Kau...." Sapaan Jimin terhenti ketika ia melihat siapa yang sedang digendong oleh Hoseok.

"Siapa dia, Oppa?" tanya tunangannya kali ini.

Jimin tergagap-gagap hendak menjawabnya. Pada akhirnya, Taehyung menganggukkan kepalanya sekali sebagai tanda hormatnya kepada dua orang yang memiliki kasta lebih tinggi darinya itu.

"Selamat siang, saya Taehyung. Saya—"

"Ia teman kami," potong Hoseok. "Kami akan menjelaskannya bagaimana kami bertiga bisa berada dalam situasi seperti ini. Tetapi kami akan melakukannya nanti. Sebaiknya kita harus segera menjauh dari sini dikarenakan pintu besi yang baru saja dihancurkan oleh tentara dari musuh tadi memungkinkan musuh yang lain akan datang dalam waktu dekat."

Jimin sepertinya bisa membaca situasi dengan cepat. Ia pun menggenggam tangan Yoongi dan tersenyum lembut. "Kau tidak keberatan, bukan? Atau kau sudah lelah?"

Yoongi menggeleng dan membalas senyuman tunangannya, "Tidak, Oppa. Aku baik-baik saja."

"Setidaknya pasangan yang di depanku membuatku masih berpikir kalau aku tidak dikelilingi orang yang membelok dari takdirnya," gumam Namjoon. Untung saja orang yang ia singgung tidak mendengar. Kalau tidak, mungkin salah satunya akan melototinya atau lebih parahnya lagi akan memukulinya.

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, suasana lebih ramai daripada sebelumnya. Jimin dan Yoongi tidak masalah apabila mereka lebih lambat daripada pengungsi yang lain. Mereka lebih memilih berjalan bersama Taehyung dan lainnya.

"Kau ingin bergantian menggendongnya?" tawar Namjoon.

Awalnya Hoseok ingin menolak, tetapi Taehyung tahu bahwa Hoseok sudah lelah membawanya apalagi setelah berlari menghindari kejaran musuh tadi.

"Renggangkan otot-ototmu dulu, Hoseok-ah," tepuk Taehyung pada pundak kiri Hoseok.

Hoseok menghela napas sebelum menurunkan tubuh Taehyung dari punggungnya. Kali ini giliran Namjoon yang memberikan punggungnya agar dinaiki oleh Taehyung.

Sebelum Taehyung menaiki punggung lebar milik Namjoon, Taehyung berbisik, "Maaf kalau aku berat. Dan sampaikan maafku kalau Seokjin cemburu melihatku menaiki punggungmu."

Namjoon hanya menyeringai geli sambil membenarkan posisi tubuh Taehyung di punggungnya. "Eo? Berat badanmu lebih ringan daripada lelaki normal biasanya, huh?"

Taehyung tahu, itu bukan sebuah pujian melainkan sebuah singgungan mengenai lekuk sampai berat badannya yang sangat mirip dengan seorang wanita. Alhasil, Taehyung memukul pelan lengan Namjoon yang disambut erangan palsu dari Namjoon. Teman-temannya yang lain tertawa mendengar argumen kecil mereka.

Lega rasanya, suasana yang tadinya sempat menegangkan kembali mencair. Semuanya berharap suasana akan cair seperti itu sampai mereka diangkut oleh militer yang bertugas mengangkut mereka ke tempat evakuasi.

"Jadi, bagaimana bisa kalian ada di terowongan ini? Bukankah ini terowongan khusus pegawai istana?" tanya Taehyung pada Jimin dan Yoongi.

Yoongi meremas tangan tunangannya, merasa keberadaan Taehyung seperti ancaman dikarenakan penampilan Taehyung yang babak belur. Jimin membalas remasan itu, memberikan suatu energi hangat nan menenangkan.

THE SELECTION [KookV] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang