BAB LVIII

3.5K 585 41
                                    


.

.

.

.

.

Seluruh pengawal memberikan hormat kepadanya, membuat Jungkook sedikit menundukkan kepalanya, menyambut kedatangan sang Raja.

.

"Selamat pagi, Ayah." Sapanya kepada sang Raja sekaligus Ayahnya itu.

.

Sang Raja menyembunyikan senyumnya, ia seolah puas melihat wajah frustasi anaknya itu. Ia tahu bahwa rencananya sukses seratus persen.

.

"Selamat pagi, Pangeran. Kau terlihat tidak bersemangat hari ini?" nada itu sengaja ia gunakan seolah-olah ia benar-benar khawatir selayaknya orang tua lain ketika melihat anaknya semalaman tidak ada di rumah dan pulang dengan wajah frustasi.

.

Jungkook sendiri hanya memberikan senyum kecilnya, ia tidak ingin berdebat dengan Ayahnya kalau ia lanjutkan pembicaraan ini.

.

"Ya, yang Mulia." Jawab Jungkook singkat. "Saya butuh istirahat, saya harap Anda mengizinkan saya untuk pamit."

.

Kepala Raja Jeon Won terangguk-anguuk. "Silahkan," ujar beliau. "Lagipula, nanti malam kau perlu menghadiri makan malam bersama pejaabat istana dan peserta seleksi."

.

Jungkook tiba-tiba menjadi sensitif setiap kali mendengar kata 'seleksi'. Kontes itu akan dilanjutkan tanpa Taehee. Pupus sudah harapannya untuk memberikan kebahagiaan pada gadis itu. Jungkook merasa hatinya begitu sakit, seharusnya ia dari awal memang tidak bermain tarik ulur dengan hubungan yang ia jalani dengan Taehee. Ia seharusnya tidak ragu kalau dari awal hatinya memang sudah sepenuhnya memilih Taehee. Apa yang ia pikirkan pada saat itu? Berani-beraninya selingkuh ketika perasaannya sudah diambang keyakinan kepada Taehee.

.

Ayahnya tahu bahwa Jungkook tidak ingin berdebat apapun lagi dengannya. Sang Raja memaklumi. Lagipula, setelah ini ia tahu bahwa Jungkook tidak akan keras kepala lagi ketika mendengar saran-oh, lebih tepatnya perintah darinya.

.

Selain itu, sebagai seorang yang tua, ia juga sudah tahu calon mana yang cocok untuk anaknya. Ia sudah memikirkan nama itu semenjak kontes seleksi dilaksanakan.

.

"Jeon Jungkook." Panggilnya sebelum Jungkook memberikan hormat untuk pamit.

.

Jungkook mengangkat badannya lagi dan menjawab panggilan Ayahnya. "Ya, Yang Mulia?"

.

"Pilihkan dengan bijak wannita yang akan menjadi pemimpin negara ini." Mata Jungkook berubah menjadi sayu. Ia tidak mau mendengar kelanjutan kata-kata Ayahnya. "Kim Taehee tidak layak menjadi pemimpin negara ini. Ia sebabnya ia mendapatkan hukumannya. Kalau kau ingin mendengaarkan saranku, kau bisa memilih wanita itu."

.

Jungkook tahu benar siapa yang di maksud Ayahnya. Tetapi, satu hal yang tidak Jungkook sadari. Bahwa dari balik kata-kata yang beliau ucapkan tadi, ada sebuah petunjuk bahwa ialah yang memberikan 'hukuman' kepada Kim Taehee.

.

"Baik, Ayah." Sahut Jungkook.

.

Ia tidak mau berpikir lagi. Sekarang ia sudah pasrah. Toh dari awal seleksi adalah kata lain dari perjodohan untuk dirinya. Meskipun ia berperan banyak dari memilih calonnya, pada akhirnya pilihan sesungguhnya dipegang oleh kedua orang tuanya. Bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa pernikahan antar bangsawan itu untuk menjalin hubungan politik?

THE SELECTION [KookV] ✅Where stories live. Discover now