BAB XCIII

1.2K 189 12
                                    

Jungkook memberikan hormat kepada Ibunya sebelum mengambil posisi untuk duduk. Ia membiarkan Ibunya mendiamkan dirinya, ia tahu maksud sikap dari Ibunya.

"Meskipun kau membawanya ke sini, keputusanku tentang pernikahan ini tetap sama. Aku tidak akan memberikan restu untuk hubungan kalian."

Jungkook membuka mulutnya, ia harus memprotes kata-kata Ibunya, tetapi ia tahu setiap kata yang ia keluarkan pasti terdengar salah oleh beliau.

"Yang Mulia—"

Ratu melembutkan suaranya, "Nak, aku bicara sekarang sebagai Ibumu, bukan petinggi yang harus kau hormati. Aku mengkhawatirkan pandangan rakyat tentang dirimu. Aku tidak ingin kau dibuat malu olehnya, aku tidak ingin melihat anakku dihukum hanya karena perasaan pribadinya. Aku—"

Tanpa diduga, Ratu terdiam. Ketika mata Jungkook bertemu dengan mata Ibunya, ia melihat wanita setengah baya itu sedikit menitikkan airmatanya, namun segera ia hapus dengan saputangan putih bergambar kupu-kupunya itu.

Rasa bersalah itu pun kembali muncul.

"Maafkan aku, Ibu... Aku telah mengecewakanmu."

"Kau telah mengecewakanku, nak. Tidak hanya diriku, tetapi ayahmu yang berada di surga juga. Rakyatmu terutama dan tunanganmu yang telah sepenuh hatinya mencintaimu. Dunia ini terlalu susah menerima hubungan seperti itu, nak. Sadarlah..."

Jungkook mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas lututnya. Kepalanya tertunduk. Ia sadar akan hal itu juga, tetapi hatinya berkata ia ingin sekali saja melakukan hal egois. Sekali saja ia bisa lepas dari semua kekhawatiran itu. Jungkook menginginkan hidup normal di mana ia tidak perlu memperdulikan nasib yang lain. Jangan lupa ancaman yang diberikan Jungah itu. Ia hanya ingin hidup bahagia bersama Taehyung, itu saja.

"Kau anakku satu-satunya, harapanku, harapan negeri ini. Kita baru saja memenangkan peperangan. Rakyatmu mengagungkan dirimu, mengharapkan sesuatu yang lebih dari sebuah perubahan. Bukankah itu keinginanmu semenjak kecil? Menginginkan perubahan berupa penghilangan sistem kasta di negeri ini? Nak, kau bisa mewujudkannya dengan menjadi pemimpin negeri ini."

Suara Ratu mulai serak. Beliau begitu memohon kepada Jungkook agar tetap pada jalannya sekarang. Atau lebih tepatnya, melepas Taehyung demi melakukan itu semua.

"Bukankah itu semua bisa dilakukan dengan Raja yang lain? Aku bahkan tidak pantas disebut sebagai Raja apabila aku salah mengambil dalam keputusan. Rakyat menginginkan seorang Raja yang sempurna. Makhluk yang sempurna."

"Tapi kau tidak sempurna, anakku. Kau hanyalah manusia!"

"Itu sebabnya, Ibu!" Jungkook sadar ia telah menaikkan suaranya, tetapi ia tidak berhenti melakukannya. "Aku manusia, aku berhak melakukan kesalahan. Aku berhak memperbaikinya, tetapi kalau rakyat mengetahui kesalahanku—aku membelok dari takdirku, mereka akan meremehkanku selamanya!"

Ratu terdiam sebentar, ia sedikit kebingungan dengan pernyataan anaknya barusan.

"Apa maksudmu? Apa kau "telah" melakukan kesalahan akhir-akhir ini?"

Namun, Jungkook diam saja. Lelaki itu bingung hendak menjelaskannya atau tidak. Bukan, perasaan Jeon Jungkook sekarang lebih tepatnya... takut.

"Katakan padaku, nak. Apa yang telah kau lakukan? Astaga, mengapa kau menjadi seperti ini. Aku membesarkanmu bukan untuk terus melakukan kesalahan."

Keadaan Jungkook yang terus diam seperti itu membuat Ratu khawatir. Namun, ia mengesampingkan kekhawatirannya itu sebentar ketika seorang dayang tergopoh-gopoh mendatanginya. Ia membisikkan sesuatu di telinga sang Ratu. Berita yang dibawa oleh sang dayang hampir saja membuat Ratu terkena serangan jantung.

THE SELECTION [KookV] ✅Where stories live. Discover now