BAB LVI

4.5K 695 130
                                    

.

.

.

.

.

Kedua tombak bergigi lima itu menahan Jungkook tepat di hadapan dirinya dan kudanya. Kudanya meringkik ketika Jungkook menghentikan lari hewan itu secara tiba-tiba. Ia meotot marah pada pengawal yang berjaga di depan gerbang istana yang telah menghalangi kepergiannya.

.

"Buka pintunya! Aku ingin pergi!" Jungkook memerintah kedua penjaga itu dengan suara khas seseorang yang berkuasa. Tetapi, kedua penjaga yang bertugas itu sama sekali tidak menggerakkan senjata mereka. Mereka keukuh mempertahankan gerbang.

.

"Aku bilang, buka pintunya! Apa kalian tidak mau mematuhi perintah pemimpin kalian, hah?!" bentak Jungkook sekali lagi.

.

"Maafkan kami, Yang Mulia. Tetapi, kami juga harus mematuhi perintah pimpinan kami yang lebih tinggi." Ujar salah satu dari mereka dengan berani bertatapan mata dengan Sang Pangeran.

.

Jungkook semakin murka dibuatnya. Ini semua pasti ulah sang Yahnya lagi. Ia tifak mengerti mengapa Raja terus-terusan menghalagi dirinya untuk menyelamatkan orang yang ia sayangi. Kerja pengawal istana terlihat lamban dalam mencari Taehee, itu sebabnya Jungkook memutuskan untuk mencarinya sendiri diiringi beberapa pengawalnya tentu saja.

.

Tetapi, rupanya lagi-lagi aksinya harus ditahan. Ia tidak bisa membiarkan Taehee lebih lama lagi di tahan oleh musuh mereka.

.

"Pangeran, sudah kuduga kau akan lari dari Hanok-mu." Suara rencah nan familiar itu kembali terdengar di belakangnya. Sontak saja seluruh anak buah Jungkook turun dari kuda mereka dan memberikan hormat kepada sang raja. Hanya Jungkook yang tidak melakukannya, ia seolah tidak lagi mempunyai respek kepada beliau.

.

"Kau mulai berani bersikap tidak sopan di hadapanku?" singgung Raja.

.

Jungkook mengeraskan rahangnya. "Ayah, aku adalah calon Raja negara ini. Kalau saja aku tidak bisa menolong satu rakyatku saja, bagaimana bisa aku menolong jutaan orang lain?"

.

"Kau menolongnya karena kau memang memiliki perasaan pribadi pada orang itu. Kau melakukannya bukan karena sekedar sebagai calon Raja, melainkan seseorang yang kau khawatirkan." Sahut sang Raja.

.

"Benar." Jungkook turun dari kudanya. "Aku memang mendahulukan perasaan pribadiku untuk menolongnya. Tetapi, bukankah perasaan ingin menolong itu memang murni dari dalam diri kita? Bukan karena menginginkan maksud lain? Ayah, aku bukan sepertimu yang melakukan apapun selalu berdasarkan teori politik. Aku melakukannya karena aku ingin!"

.

Kedua tangan Raja terkepal. Kalau saja yang di depannya it ubukan anaknya, mungkin ia sudah menyruh pengawal di sekitarnya untuk membunuh lelaki itu tepat di depannya.

.

Tiba-tiba seorang pengawal berlari-lari kecil mendatangi sang Raja. Setelah memberikan hormat, sang Raja mendengarkan informaasi yang diberikan oleh pengawal kepadanya dengan suara yang hampir terdengar bagai bisikan hingga membuat Jungkook tidak bisa mendengarnya.

.

Sebuah senyum terlukis di wajah beliau. Senyumm yang selalu dipakai Ayahnya ketika perintah yang ia berikan kepada anak buahnya berhasil dilaksanakan. Senyum yang selalu ditakuti oleh Jungkook.

THE SELECTION [KookV] ✅Where stories live. Discover now