BAB XC

1.4K 225 9
                                    

"Yang Mulia Ratu," Jungkook membungkuk dalam pada sosok Ratu di depannya sedang memasuki ruang makan mansion di Pulau Shinki. Keluarga kerajaan masih bertahan di Pulau Shinki sampai radiasi setelah ledakan menghilang.

"Pangeran, kau sudah kembali dan sepertinya..." Beliau menepuk-nepuk pipi Jungkook yang semakin tirus. "Kau harus perbaikan gizi, nak. Mari kita makan siang bersama-sama. Makan yang banyak, Jeon Jungkook."

Jungkook terkekeh kecil melihat kekhawatiran ibunya itu padanya. "Setidaknya aku masih sehat, Yang Mulia. Sekretaris Kim selalu mengingatkan aku untuk makan tepat pada jamnya."

Ratu tersenyum lembut. "Kau boleh memanggilku "ibu" saat ini. Ah, aku juga mengundang seseorang untuk acara makan siang kita ini."

Kedua alis Jungkook terangkat, "Siapa?"

Awalnya mood Jungkook tadinya sangat bagus, ketika melihat sosok yang memasuki ruang makan mansion khusus keluarga kerajaan itu adalah Kim Jungah, ujung-ujung bibir Jungkook menekuk. Ia memalingkan wajahnya untuk tidak memandang perempuan yang saat itu memakai hanbok berwarna hijau toska dan merah muda itu.

Jungah mengambil posisi duduk tepat berseberangan dengan Jungkook. Pandangannya menunduk, tidak seperti biasanya. Apakah perempuan itu telah berubah semenjak Jungkook memberitahu jati diri aslinya?

Jungkook pun berdehem, "Ibu, apakah ini alasanmu mengundangku untuk makan siang bersama?"

Ratu tersenyum lagi, "Apakah aku tidak boleh makan bersama anak-anakku?"

"Tapi, Ibu—"

"Yang Mulia, maafkan saya apabila saya telah lancang. Tetapi, bukankah kita sudah membicarakan hal ini sebelumnya?" Jungah memotong perkataan Jungkook.

"Pembicaraan apa?" Jungkook menaikkan suaranya, ia tidak suka apabila dua orang di depannya itu kembali memaksanya.

"Bukan, maksud saya, Yang Mulia Ratu, bukankah kita sudah membicarakan hal ini sebelumnya kalau saya akan," Jungah berhenti sambil menghela nafas panjang. "Saya akan mundur dari calon istri Pangeran Jeon Jungkook."

Seketika ruangan itu hening. Dalam beberapa saat yang canggung, suara dentingan sumpit yang ditaruh di atas mangkuk Ratu membuat Jungkook dan Jungah mengangkat kepala mereka secara bersamaan.

"Laksanakan pernikahan ini secepatnya. Aku tidak peduli dengan pendapat kalian. Apa kalian tidak pernah berpikir bagaimana pandangan rakyat kalian apabila pernikahan ini dibatalkan? Begitu juga denganmu, Jeon Jungkook. Kau harus mengisi kursi takhta secepat mungkin kalau tidak ingin negara ini kembali hancur."

Jungkook benar-benar tidak suka dengan pembicaraan ini. Sejak kapan pula ibunya berubah menjadi sosok keras kepala seperti ini? Dimana sosok ibunya yang selalu memberikan kebebasan padanya? Apakah saat ini ibunya sedang dirasuki roh ayahnya sehingga sifat keras kepala itu merasuki jiwanya?

"Yang Mulia, saya tidak bisa melakukannya. Saya—"

Kalau begini terus, perdebatan ini tidak akan pernah selesai. Hal ini hanya akan membuat nafsu makan Jungkook berkurang. Ia harus mengatakannya.

"Yang Mulia, bagaimana kalau saya memundurkan diri dari takhta?"

Ratu terlihat mengeraskan rahangnya. "Kau tidak bisa melakukannya, Pangeran. Ini perintah langsung dariku. Kau harus melaksanakan pernikahan ini. Tidak ada pengunduran diri."

"Bagaimana kalau calon istri Pangeran diganti saja? Saya akan mengundurkan diri, Yang Mulia," kata Jungah. Mata perempuan itu berkaca-kaca ketika mengatakannya. Jungkook kembali merasa bersalah, Jungah pasti berat sekali mengatakannya.

THE SELECTION [KookV] ✅Where stories live. Discover now