BAB XLIII

3.5K 639 43
                                    


.
.
.
.
.
Taehyung tahu apa yang akan ia lakukan saat ini sangatlah beresiko. Tetapi setidaknya ia bisa meringankan apa yang dirasakan Jungkook, bukan?
.
Ketika kau merasa bahwa cintamu takkan pernah bisa terbalas, maka kau akan memilih untuk menyimpannya dan merasakan betapa sakit hatimu ketika orang yang kau cintai itu bahagia bersama orang lain.
.
Taehyung sudah tidak kuat melihat penderitaan Jungkook seperti itu. Seolah ia bisa merasakan penderitaannya, Taehyung memutuskan sebuah pilihan yang mungkin selamanya akan ia sesali. Ia mendekati Jimin yang sedang duduk sendirian di mejanya. Tunangannya, Min Yoongi masih sibuk berbaur dengan peserta seleksi dan tamu-tamunya. Mumpung masih sendiri, Taehyung pun mendekati lelaki itu untuk mengajak berbicara.
.
“tuan Park Jimin?” panggil Taehyung.
.
Lelaki perparas rupawan itu mendongak, ia tersenyum melihat kedatangan Taehyung. “oh, Taehee-ssi.” Ujarnya sambil mengucapkan nama samaran Taehyung. “silahkan duduk. Ah, aku masih tidak percaya pesta yang kau rencanakan ini sungguh luar biasa.”
.
“sebuah kehormatan, tuan. Pesta ini kami lakukan sesuai dengan apa yang anda minta. Tunangan anda juga  berperan banyak ketika membantu kami.” Sahut Taehyung sopan.
.
“kau bisa memanggilku, Jimin-ssi saja. Aku tidak mempunyai status sosial setinggi yang kau bayangkan. Toh, kita sama-sama memiliki kasta sejajar sekarang.”
.
Mau tidak mau, Taehyung merndahkan sedikit keformalannya pada lelaki di hadapannya itu.
.
“untuk sebuah acara yang di kerjakan hanya oleh tiga orang, kau termasuk orang yang luar biasa. ah, kedua temanmu juga aku kagumi atas pekerjaan mereka, kerjasama kalian sangat bagus.”
.
Taehyung menganggukkan kepalanya, “sekali lagi sebuah kehormatan bisa mendapatkan sanjungan anda, tuan Park Jimin. Maafkan kami juga apabila bunga-bunga yang kami pilih tidak sesuai dengan yang diinginkan tunangan anda.”
.
Jimin melihat sekelilingnya, pada gugusan bunga yang ditaruh setiap buffet dan meja tamu lebih tepatnya. Ia merasa bunga-bunga yang dipilih ketiga peserta seleksi itu baik-baik saja. “tidak masalah, aku rasa Yoongi masih menyukainya.”
.
Taehyung bisa merasakan betapa Jimin mencintai tunangannya itu. Ia masih tidak menyangka bahwa di balik kemesraan kedua pasang kekasih itu, ada seseorang jauh di sana hanya bisa mengagumi kebahagiaan mereka dan ada pula yang sakit hati melihatnya.
.
Entah apa yang mendorong Taehyung ingin melakukannya. Ia hanya merasa sedikit terganggu dengan tingkah Jungkook yang masih saja tidak mau menyatakan perasaannya pada Jimin. “Jimin-ssi, apa anda bahagia?”
.
Jimin nampaknya sedikit tidak mengerti dengan pertanyaan retoris yang Taehyung ajukan, ia pun tertawa canggung. “tentu saja aku bahagia, Taehee-ssi, mengapa kau bertanya?”
.
Ketika Jimin balik bertanya, saat itulah Taehyung memutuskan untuk mengatakannya. “tahukah anda, dibalik meriahnya pesta ini kemudian dibalut dengan kebahagiaan yang anda miliki, ada seseorang yang merasa terluka karena itu semua.”
.
“maaf?”
.
Taehyung tahu, ia harus menutup mulutnya sebelum resiko lebiah akan ia dapatkan. Taehyung sempat menggeleng pelan, ia mengingat Jungkook akan melupakan lelaki di depannya ini secepat mungkin, itu artinya Jungkook sudah tidak mempedulikan lagi apa yang akan dikatakan Taehyung nantinya, bukan? Beban Jungkook nantinya akan berkurang, bukan, apabila ia yang menyampaikan perasaan lelaki itu pada Jimin?
.
Apabila Jungkook tidak sempat mengatakannya, maka Taehyung lah yang akan melakukannya.
.
Taehyung menggerakkan dagunya, seolah sedang menunjuk seseorang. Jimin memasang wajah bingungnya, ia berusaha mengikuti arah dagu Taehyung menunjuk seseorang itu, tetapi ia masih tidak paham. “siapa? Siapa orang itu?” tanya Jimin yang sedikit memelankan nada suaranya.
.
Taehyung menarik nafasnya dalam-dalam. Kalau saja Jungkook terlebih dahulu melakukannya, mungkin lelaki itu bisa bernapas sedikit lega. Tidak peduli orang yang akan dia beritahukan perasaannya itu memandang aneh padanya, setidaknya Jungkook bisa merasakan bebannya hilang, bukan?
.
Well, itu teori yang coba Taehyung berikan. Ia sudah memikirkan hal itu selama beberapa hari ini. Ia sudah tidak sanggup lagi mendengar keluh kesah Jungkook tentang Jimin, padahal dirinya adalah kekasih Jungkook.
.
Oke, Taehyung akui ia cemburu! Maka dari itu ia melakukan ini semua!
.
Ia tahu, Jungkook pasti akan marah besar apabila ia melakukannya, tetapi ia sudah bertekad.
.
Sekali lagi Taehyung mengarahkan dagunya pada sosok yang sedang berbincang dengan tamu tersebut, Jimin pun kembali mengikuti arahannya, tetapi ia masih saja memasang ekspresi tidak mengerti.
.
“Pangeran.. Jeon Jungkook.” Ujar Taehyung pada akhirnya. Ia mengucapkannya dengan sangat pelan, tetapi ia yakin ketika Jimin membelalakkan matanya, lelaki itu mendengar apa yang Taehyung ucap. “ialah yang paling terluka ketika kau di tengah kebahagiaanmu ini, Jimin-ssi.”
.
“apa katamu?”
.
“kau akan mengira aku sedang membual sekarang, tetapi, aku di sini hanya sudah tidak sanggup mendengar keluh kesahnya tentang dirinya yang tidak bisa mendapatkan perhatianmu. Aku cemburu padamu, Jimin-ssi. Pangeran tidak memandangmu selayaknya kau memandang dirinya. Tidak ada pandangan sebagai sahabat atau kakak lelaki, tetapi ia, ia melihatmu pada sesuatu yang lebih. Ia memiliki sebuah perasaan yang tidak kau miliki padanya. Jeon Jungkook jatuh cinta padamu, ia mencintaimu.”
.
.
.
.
.
Jungkook memegangi kepalanya yang terasa berat. Ia tidak meyangka, minuman yang ia minum selama di pesta tadi kebanyakan adalah minuman beralkohol. Ia butuh istirahat. Itu satu-satunya pemikiran yang ada di kepalanya.
.
Ketika Jungkook melepaskan sepatunnya dengan sembarang di depan hanok dan segera di rapikan oleh dayang-dayangnya, seseorang memanggilnya dari belakang. Seolah pemikiran untuk beristirahaat secepatnya di gantikan oleh hasrat untuk meladeni sang pemilik suara yang memanggilnya.
.
“eoh, Jimin hyung? Ada apa?”
.
Jungkook tidak pernah melihat wajah Jimin seserius yang ia lihat sekarang. Terakhir kali ia melihatnya adalah ketika Jimin belajar bermain panah yang artinya itu sudah beberapa tahun yang lalu.
.
“kita butuh bicara, Jungkook.” Bahkan nada suaranya sempat membuat kedua bahu Jungkook terangkat. Sang  pangeran pun segera menyuruh anak buahnya menginggalkan mereka berdua.
.
Jimin menolak untuk diajak masuk ke dalam hanok oleh Jungkook, ia memilih untuk berbicara di luar. “benarkah itu?”
.
Dahi Jungkook berkerut mendengar pertanyaan menggantung Jimin. “apanya?”
.
“aku kira di antara kita tidak akan ada yang pernah menyimpan rahasia satu sama lain.” Jungkook semakin di buat heran oleh kata-kata Jimin.
.
Tanpa disangka-sangka, ia melihat Jimin mengepalkan tangannya di samping. Sebuah perasaan tidak enak menyelimuti diri Jungkook ketika melihat ekspresi yang Jimin berikan padanya. Wajah itu terlihat geram, marah, sedih, dan perasaan dikhianat tercetak jelas di sana.
.
Apa yang telah terjadi?
.
“mengapa kau tidak pernah menceritakannya? Mengapa kau tidak pernah mengatakannya padaku bahwa kau merasa terusik dengan hubunganku dengan Yoongi? Mengapa kau tidak pernah mengatakan bahwa kau jatuh cinta pada seseorang? Bahkan apabila seseorang yang membuatmu jatuh cinta itu adalah aku...”
.
.
.
.
.

THE SELECTION [KookV] ✅Where stories live. Discover now